EBM sebagai salah satu kemajuan ilmu kedokteran merupakan pedoman/acuan terkini utk pengambilan keputusan medis oleh para dokter dalam praktiknya sehari2. Dgn mempraktekkan EBM maka seorang dokter mengintegrasikan pengalaman klinis para ahli dgn bukti klinis yg telah ada dalam laporan penelitian. Dgn demikian,suatu prosedur atau tindakan medis yg dilakukan terhadap pasien tidak lagi berdasarkan opini seorang ahli atau pengalaman anekdotal lainnya,melainkan berdasarkan langkah sistematis utk mencari bukti penelitian yg terbaik. Bukti tersebut dijadikan alat bantu utk pengambilan keputusan dalam penanganan pasien utk meningkatkan keberhasilan terapi dan memperbaiki kualitas hidup pasien.

Langkah2 dalam EBM yaitu :
1. Memformulasikan pertanyaan tentang masalah kedokteran yg dihadapi.
2. Menelusuri bukti2 terbaik utk mengatasi masalah tersebut.
3. Mengkaji bukti,validitas,dan kesesuaiannya dgn kondisi praktik.
4. Menerapkan hasil kajian.
5. Mengevaluasi penerapannya.

Secara lebih rinci,EBM merupakan keterpaduan antara best research evidence,clinical expertise dan patient values. Best research evidence merupakan bukti2 ilmiah yg berasal dari studi2 dgn metodologi terpercaya yg dilakukan secara benar. Studi yg dimaksud juga harus menggunakan variabel2 penelitian yg dapat diukur dan dinilai secara obyektif serta memanfaatkan metode2 pengukuran yg dapat menghindari risiko "bias" dari peneliti. Utk bisa menjabarkan EBM dgn baik diperlukan kemampuan klinik (clinical expertise) yg memadai. Kemampuan tersebut mencakup pengidentifikasian secara cepat kondisi pasien,membuat perkiraan diagnosis secara cepat dan tepat,mengenali faktor2 yg menyertai,dan memperkirakan kemungkinan manfaat serta risiko dari bentuk penanganan yg akan diberikan. Kemampuan klinik ini hendaknya disertai pula dgn pengenalan secara baik terhadap nilai2 yg dianut dan harapan yg tersirat dari pasien (patient values).

Setiap pasien tentu mempunyai nilai2 tentang status kesehatan dan penyakitnya serta harapan atas upaya penanganan dan pengobatan yg diterimanya. Hal2 seperti itu harus dipahami benar oleh dokter agar setiap upaya pelayanan kesehatan yg dilakukan dapat diterima. Oleh karena itu,terapi harus berdasarkan bukti2 ilmiah yg mempertimbangkan nilai2 subyektif yg dimiliki pasien.

Alasan penerapan EBM adalah agar dapat memberikan terapi terbaik utk pasien. Selain itu,makin meningkatnya pengetahuan dan tingkat pendidikan pasien telah menuntut dokter utk melakukan yg terbaik menurut standar ilmu. EBM juga dapat melindungi dokter dari tuntutan malpraktek akibat keputusan terapi yg tidak berdasarkan bukti karena EBM merupakan sumber informasi terdepan mengenai diagnosis,prognosis,terapi dan pencegahan yg sangat dibutuhkan dalam praktik dokter.

0 comments to “Pengobatan Berdasarkan Bukti (Evidence Based Medicine/EBM)”