• Setiap pemeriksaan untuk pengadilan  harus berdasarkan permintaan tertulis dari penyidik yang berwenang.
  • Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan benda bukti. Kalau korban datang sendiri dengan membawa surat permintaan dari polisi, tidak akan diperiksa oleh dokter dan korban akan disuruh kembali kepada polisi.
  • Setiap Visum et Repertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada tubuh korban pada waktu permintaan Visum et Repertum diterima oleh dokter.
Bila dokter telah memeriksa seorang korban yang datang di rumah sakit atau di tempat praktek atas inisiatif sendiri, bukan atas permintaan polisi, dan beberapa waktu kemudian polisi mengajukan permintaan dibuatkan Visum et Repertum maka dokter harus menolak karena segala sesuatu yang diketahui dokter tentang diri korban sebelum ada permintaan untuk dibuatkan Visum et Repertum merupakan rahasia kedokteran yang wajib disimpannya (KUHP pasal 322). Dalam keadaan seperti itu dokter dapat meminta kepada polisi supaya korban dibawa kembali kepadanya dan Visum et Repertum dibuat berdasarkan keadaan yang ditemukan pada waktu permintaan diajukan. Hasil pemeriksaan yang lalu tidak diberikan dalam bentuk Visum et Repertum tetapi dalam bentuk surat keterangan. Hasil pemeriksaan sebelum diterimanya surat permintaan pemeriksaan dilakukan terhadap pasien dan bukan sebagai corpus dilicti (benda bukti).
  • Ijin tertulis untuk pemeriksaan ini dapat diminta pada korban sendiri atau jika korban adalah seorang anak, dari orang tua atau walinya. Jelaskan terlebih dahulu tindakan-tindakan apa yang akan dilakukan pada korban dan hasil pemeriksaan akan disampaikan ke pengadilan. Hal ini perlu diketahui walaupun pemeriksaan dilakukan atas permintaan polisi, belum tentu korban akan menyetujui pemeriksaan itu dan menolaknya. Selain itu bagian yang akan diperiksa merupakan the most private part dari tubuh seorang wanita.
  • Seorang perawat atau bidan harus mendampingi dokter pada waktu memeriksa korban.
  • Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin dan jangan ditunda terlampau lama.
Hindarkan korban dari menunggu dengan perasaan was-was dan cemas di kamar periksa. Apalagi bila korban adalah seorang anak. Semua yang ditemukan harus dicatat, jangan tergantung pada ingatan semata.
  • Visum et Repertum diselesaikan secepat mungkin. Dengan adanya Visum et Repertum perkara dapat cepat diselesaikan. Seorang terdakwa dapat cepat dibebaskan dari tahanan bila ternyata ia tidak bersalah.
  • Kadang - kadang dokter yang sedang berpraktek pribadi diminta oleh seorang ibu/ayah untuk memeriksa anak perempuannya karena ia merasa sangsi apakah anaknya masih perawan atau karena ia merasa curiga kalau-kalau telah terjadi persetubuhan pada anaknya.
Dalam hal ini sebaiknya ditanyakan dahulu maksud pemeriksaan, apakah sekedar ingin mengetahui saja atau ada maksud untuk melakukan penuntutan. Bila dimaksudkan akan melakukan penuntutan maka sebaiknya dokter jangan memeriksa anak itu. Katakan bahwa pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan permintaan polisi dan biasanya dilakukan di rumah sakit. Mungkin ada baiknya dokter memberikan penerangan pada ibu/ayah itu bahwa jika umur anaknya sudah 15 tahun dan jika persetubuhan terjadi tidak dengan paksaan maka menurut undang-undang, laki-laki yang bersangkutan tidak dapat dituntut. Pengaduan mungkin hanya akan merugikan anaknya saja. Lebih baik lagi jika orang tua itu dianjurkan untuk minta nasehat dari seorang pengacara.

Jika orang tua hanya sekedar ingin mengetahuisaja maka dokter dapat melakukan pemeriksaan. Tetapi jelaskan lebih dahulu bahwa hasil pemeriksaan tidak akan dibuat dalam bentuk surat keterangan karena kita tidak mengetahui untuk apa surat keterangan itu. Mungkin untuk melakukan penuntutan atau untuk menuduh seseorang yang tidak bersalah. Dalam keadaan demikian umunya anak tidak mau diperiksa, sebaliknya orang tua malah mendesaknya. Sebaiknya dokter meminta izin tertulis untuk memeriksa dan memberitahukan hasil pemeriksaan kepada orang tuanya.

Pemeriksaan kasus-kasus persetubuhan yang merupakan tindak pidana, hendaknya dilakukan dengan teliti dan waspada. Pemeriksa harus yakin akan semua bukti yang ditemukan karena berbeda dengan pemeriksaan di klinik, ia tidak lagi mempunyai kesempatan untuk melakukan pemeriksaan ulang guna memperoleh lebih banyak bukti. Tetapi dalam melaksanakan kewajiban itu, dokter jangan sampai meletakkan kepentingan korban di bawah kepentingan pemeriksaan. Terutama bila korban masih anak-anak, hendaknya pemeriksaan itu tidak sampai menambah trauma psikis yang sudah dideritanya.

Visum et Repertum yang dihasilkan mungkin menjadi dasar untuk membebaskan terdakwa dari penuntutan atau sebaliknya untuk menjatuhkan hukuman. Di Indonesia, pemeriksaan korban persetubuhan yang diduga sebagai tindak kejahatan seksual umumnya dilakukan oleh dokter ahli Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, kecuali di tempat yang tidak ada dokter ahli demikian maka dokter umumlah yang harus melakukan pemeriksaan itu.

Sebaiknya korban kejahatan seksual dianggap sebagai orang yang telah mengalami cedera fisik dan/atau mental sehingga sebaiknya pemeriksaan ditangani oleh dokter di klinik. Penundaan pemeriksaan dapat memberikan hasil yang kurang memuaskan.

Undang - Undang

Agar kesaksian seorang dokter pada perkara pidana mencapai sasaran yaitu membantu pengadilan dengan sebaik-baiknya, maka dokter harus mengenal undang-undang yang bersangkutan dengan tindak pidana itu sehingga mengetahui unsur-unsur yang harus dibuktikan secara medik atau yang memerlukan pendapat medik.

KUHP pasal 284
ayat 1
Dihukum dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan untuk :
  1. Seorang pria yang telah kawin, yang melakukan gendak (overspel), padahal diketahui bahwa pasal 27 BW (Burgerly Wetboek) berlaku baginya.
  2. Seorang wanita yang telah kawin, yang melakukan gendak, padahal diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya.
  3. Seorang pria yang belum kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin.
  4. Seorang wanita yang belum kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27 BW berlaku baginya.
ayat 2
Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan untuk bercerai atau pisah-meja dan ranjang karena alasan itu juga.

ayat 3
Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.

ayat 4
Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum dimulai.

ayat 5
Jika bagi suami-istri itu berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap.

BW pasal 27
Dalam waktu yang sama seorang pria hanya diperbolehkan mempunyai satu orang perempuan sebagai istrinya, seorang perempuan hanya satu orang pria sebagai suaminya.

KUHP pasal 285
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Pada tindak pidana di atas perlu dibuktikan telah terjadi persetubuhan dan telah terjadi paksaan dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan. Dokter dapat menentukan apakah persetubuhan telah terjadi atau tidak, dan apakah terdapat tanda-tanda kekerasan. Tetapi dokter tidak dapat menentukan apakah terdapat unsur paksaan pada tindak pidana ini.

Ditemukannya tanda kekerasan pada tubuh korban tidak selalu merupakan akibat paksaan, mungkin juga disebabkan oleh hal-hal lain yang tak ada hubungannya dengan paksaan. Demikian pula jika dokter tidak menemukan tanda kekerasan, maka hal itu belum merupakan bukti bahwa paksaan tidak terjadi. Pada hakekatnya dokter tidak dapat menetukan unsur paksaan yang terdapat pada tindak pidana perkosaan sehingga dokter juga tidak mungkin menentukan apakah perkosaan telah terjadi. Yang berwenang untuk menentukan hal tersebut adalah hakim karena perkosaan adalah pengertian hukum bukan istilah medis sehingga dokter jangan menggunakan istilah perkosaan dalam Visum et Repertum.

Dalam bagian kesimpulan Visum et Repertum hanya dituliskan
  1. Ada tidaknya tanda persetubuhan
  2. Ada tidaknya tanda kekerasan serta jenis kekerasan yang menyebabkannya.
KUHP pasal 286
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Pada tindak pidana di atas harus terbukti bahwa perempuan berada dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya ketikan terjadi persetubuhan. Dokter harus mencatat dalam anamnesa apakah korban sadar ketika terjadi persetubuhan, adakah penyakit yang diderita korban yang sewaktu-waktu dapat mengakibatkan korban pingsan atau tak berdaya misalnya epilepsi, katalepsi, syncope, dan lainnya. Jika korban mengatakan ia pingsan maka perlu diketahui bagaimana terjadinya keadaan pingsan itu, apakah terjadi setelah korban diberi makanan atau minuman.

Pada pemeriksaan perlu diperhatikan apakah korban menunjukkan tanda-tanda bekas hilang kesadaran atau tanda-tanda telah berada di bawah pengaruh alkohol, hipnotik atau narkotik. Apabila ada petunjuk bahwa alkohol, hipnotik atau narkotik telah dipergunakan maka dokter perlu mengambil urin dan darah untuk pemeriksaan toksikologik.

Jika terbukti bahwa si terdakwa telah sengaja membuat wanita itu pingsan atau tak berdaya, ia dapat dituntut telah melakukan tindak pidana perkosaan karena dengan membuat wanita itu pingsan atau tidak berdaya ia telah melakukan kekerasan.

KUHP pasal 89
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan.

KUHP pasal 287
ayat 1
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

ayat 2
Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan kecuali jika umur wanita itu belum sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan pasal 294.

Tindak pidana ini merupakan persetubuhan dengan wanita yang menurut undang-undang belum cukup umur. Jika umur korban belum cukup 15 tahuntetapi sudah di atas 12 tahun, penuntutan baru dilakukan bila ada pengaduan dari yang bersangkutan. Jadi dengan keadaan itu persetubuhan tersebut merupakan delik aduan, bila tidak ada pengaduan maka tidak ada penuntutan.

Tetapi keadaan berbeda jika :
  1. Umur korban belum cukup 12 tahun, atau
  2. Korban yang belum cukup 15 tahun itu menderita luka berat atau mati akibat perbuatan itu (KUHP pasal 291), atau
  3. Korban yang belum cukup 15 tahun itu adalah anaknya, anak tirinya, muridnya, anak yang berada di bawah pengawasannya, bujangnya atau bawahannya (pasal 294).
Dalam keadaan diatas, penuntutan dapat dilakukan walaupun tidak ada pengaduan karena bukan lagi merupakan delik aduan.

Pada pemerikasaan akan diketahui umur korban. Jika tidak ada akte kelahiran maka umur korban yang pasti tidak diketahui. Dokter perlu menyimpulkan apakah wajah dan bentuk badan korban sesuai dengan umur yang dikatakannya.

Keadaan perkembangan payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan perlu dikemukakan. Ditentukan apakah gigi geraham belakang ke-2 (molar ke-2) sudah tumbuh (terjadi pada umur kira-kira 12 tahun), sedangkan molar ke-3 akan muncul pada usia 17-21 tahun atau lebih. Juga harus ditanyakan apakah korban sudah pernah mendapat haid bila umur korban tidak diketahui.

Jika korban  menyatakan belum pernah haid, maka penentuan ada/tidaknya ovulasi masih diperlukan. Muller menganjurkan agar dilakukan observasi selama 8 minggu di rumah sakit untuk menentukan adakah selama itu ia mendapat haid. Kini untuk menentukan apakah seorang wanita sudah pernah mengalami ovulasi atau belum, dapat dilakukan pemeriksaan 'vaginal smear'.

Hal di atas perlu diperhatikan mengingat bunyi kalimat : padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduga bahwa wanita itu umurnya belum lima belas tahun dan kalau umurnya tidak jelas bahwa belum waktunya untuk dikawin. Perempuan yang belum pernah haid dianggap sebgai belum patut dikawin.

KUHP pasal 291
ayat 1
Kalau salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 286, 287, 288, dan 290 itu berakibat luka berat, dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya 12 tahun.

ayat 2
Kalau salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 285, 286, 287, 289, dan 290 itu berakibat matinya orang, dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya 15 tahun.

KUHP pasal 294
Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya atau anak piaraannya, anak yang dibawah pengawasannya, orang dibawah umur yang diserahkan kepadanya untuk dipelihara, dididiknya atau dijaganya, atau bujangnya atau orang yang dibawah umur, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 7 tahun.

Dengan itu dihukum juga :
  1.  Pegawai negeri yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dibawahnya/orang yang dipercayakan/diserahkan kepadanya untuk dijaga.
  2. Pengurus, dokter, guru, pejabat, pengurus atau bujang di penjara, ditempat bekerja kepunyaan negeri, tempat pendidikan, rumah piatu, Rumah sakit jiwa atau lembaga semua yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dimasukkan disitu.

Oleh : Muhammad Baiquni

Teruntuk seseorang yang pernah ku sakiti.
Teruntuk seseorang yang kecewa dengan tingkahku selama ini, untuk dia yang terus berdiam diri, untuk seseorang yang pernah mengisi namanya dihatiku ini.

Assalamu’alaikum wahai engkau yang pernah tersakiti,

Lama kita tidak saling mengirim kabar, teramat lama juga kita membangun luka antara sesama kita. Maafkanlah aku yang terus kecewa, maafkan aku yang begitu posesif ingin melindungimu namun aku tak pernah mengerti cara yang dewasa yang kau anggap baik untuk melindungimu. Maafkanlah aku yang tak pernah dewasa dalam mengambil sikap.

Teramat lama aku ingin segera mengakhiri perang dingin ini. Teramat lama aku ingin kita kembali berteman seperti dulu lagi, tanpa harus ada makian antara aku dan kamu. Teramat lama dan telah teramat sesak aku menunggu waktu yang tepat untuk mengucapkan kata maaf ini. Maka maafkanlah aku.
Apakah engkau harus terus memegang kata: tidaklah mudah untuk memaafkan.

Bukankah Tuhan saja Maha Pemaaf, namun mengapa aku atau engkau tidak mampu memaafkan? Sudah menjadi tuhan-tuhan kecilkah kita?
Atau memang engkau telah memaafkan segala kesalahanku? Namun mengapa telah terputus tali silaturahmi diantara kita?

Jangan seperti itu. Sungguh jangan seperti itu. Janganlah begitu mudah memutuskan sesuatu yang berat, janganlah begitu mudah membenci sesuatu. Hal yang engkau anggap ringan itu sebenarnya adalah sesuatu yang berat di mata Allah. “Dan janganlah kebencianmu pada suatu kaum membuatmu berlaku tidak adil.”
Masih ingatkah engkau suatu kisah, dimana engkau bercerita: “Aku pernah memiliki seekor domba, dulu domba itu begitu kusayang. Kemana aku pergi domba itu mengikutiku, dan kemana domba itu beranjak akupun mengikutinya. Namun suatu hari aku amat begitu buruk dan membencinya, domba itu mulai sering mengomel. Dia mengoceh betapa aku harus lebih sering mandi, dia terus berkelakar bahwa tidak baik jika aku tidak mandi. Dia mulai sering mengkritikku. Aku marah. Aku ku tinggalkan domba itu sendiri. Tidak peduli dia mau mati atau terisak nangis sendiri. Bahkan domba itu mulai membentak bahwa selama ini aku tidak ikhlas menemaninya, padahal aku ikhlas.”

Dan aku pun tersenyum mendengar kisahmu. Aku pun berkata, “Mengapa tidak kau temani lagi dombamu yang sedang merajuk itu?”
Kau pun ketus menjawab, “TIDAK! Dia bukan dombaku!”

Tahukah engkau wahai seseorang yang pernah ku sakiti, aku pun kini merasakan apa yang dialami oleh domba itu. Terlalu sakitkah dirimu sehingga engkau begitu membenciku dan menjadikan aku laksana domba dalam ceritamu?

Jangan seperti itu. Sungguh jangan seperti itu. Janganlah engkau seperti Yunus ketika meninggalkan kaumnya karena kemarahannya akibat kezaliman kaumnya dan Allah pun memperingatkan Yunus, “Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.”

Dulu kita pernah berteman baik sekali, hingga aku pun mengerti kapan kau akan sakit dalam tiap-tiap bulanmu. Dulu engkau begitu pengasih, hingga tahu betapa aku menginginkan sesuatu dan engkaupun memberikannya. Dulu, kita berdua begitu baik.

Namun mengapa setelah datang kebaikan, timbul keburukan?

Sedari awal, aku telah memaafkanmu. Bahkan aku merasa, kesalahanmu di mataku adalah akibat salahku. Aku yang memulai menanam angin, dan aku melihat badai di antara kita. Badai dingin yang amat begitu menyesakkan. Paling tidak untukku.

Jangan takut jika engkau khawatir perasaan cinta yang dulu melekat akan kembali timbul. Aku bukanlah seorang baiquni seperti yang dulu lagi. Aku telah mengubah sudut pandangku tentang seseorang yang layak aku cintai. Aku sekarang sedang mencari bidadari.

Ingin aku bercerita kepadamu, kandidat-kandidat bidadariku.

Mengapa setelah habis cinta timbul beribu kebencian. Mengapa tidak mencoba membuka hati untuk seteguk rasa maaf. Jujur, bukan dirimu saja yang tersakiti, namun aku juga. Namun aku mencoba membuang semua sakit yang begitu menyobek hati. Andai engkau tahu wahai engkau yang pernah kusakiti.
Pernahkah engkau menangis karenaku seperti aku menangis karenamu? Seperti aku terisak dihadapanmu. Pernahkah?

Mungkin dirimu telah menemukan seseorang yang begitu engkau sayangi. Seseorang yang mampu membangkitkan hidupmu lagi, tetapi aku? Pernahkah engkau berpikir betapa hal yang engkau lakukan terhadapku begitu berdampak laksana katrina. Bahkan setelah itu aku masih memaafkanmu, bahkan aku menunduk memintamu memaafkan aku.

Sudah menjadi tuhan kecilkah dirimu? Bahkan Tuhan saja memaafkan.

Tahukah wahai engkau yang pernah tersakiti, betapa aku meneteskan air mata saat menulis ini. Betapa aku seolah pendosa laksana iblis yang terkutuk. Apakah engkau mengerti apa yang kurasakan? Mengertikah dirimu?

Tak pernah ada manusia yang luput dari suatu kekhilafan. Tidak aku, tidak juga kamu wahai engkau yang pernah tersakiti. Maka, bukalah pintu maafmu itu.
Untuk surat ini, untuk kekhilafanku yang lampau, untuk kenangan yang membuatmu sakit, untuk segala sesuatu tentang kita, aku minta maaf.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

copas from http://www.facebook.com/note.php?note_id=412314156041


P.S : dari notes ini, aku mulai belajar memaafkan untuk yang kesekian kalinya. Dimulai dari yang terkecil hingga yang terbesar yang pernah menyumbangkan rasa sakit di hatiku. Beragam tanggapan kalian tapi aku sudah mengambil sikap. Yang pertama kulakukan ini adalah demi tuhanku, Alloh Subhana wa Ta'ala, selanjutnya untuk kalian dan terakhir tentulah untuk hatiku.

Maka mulai detik ini, kuikrarkan : aku akan belajar menjadi orang yang mudah memaafkan permintaan maaf orang lain semudah aku meminta maaf pada orang lain. Jika Alloh dan RosulNya bisa memaafkan kesalahan-kesalahan terberat dari orang lain, mengapa diriku yang hanya manusia biasa dan bukan seorang nabi akan menjadi begitu susah memaafkan... Tak ada alasan, penjelasan maupun landasan utk jalan itu jadi lakukanlah sesuai aturan karena memang aturan itu dibuat demi kebaikan.

Category: Labels: | 0 Comments

Menurut penelitian oleh David B Larson dan timnya dari the American National Health Research Center [Pusat Penelitian Kesehatan Nasional Amerika], pembandingan antara orang Amerika yang taat dan yang tidak taat beragama telah menunjukkan hasil yang sangat mengejutkan. Sebagai contoh, dibandingkan mereka yang sedikit atau tidak memiliki keyakinan agama, orang yang taat beragama menderita penyakit jantung 60% lebih sedikit, tingkat bunuh diri 100% lebih rendah, menderita tekanan darah tinggi dengan tingkat yang jauh lebih rendah, dan angka perbandingan ini adalah 7:1 di antara para perokok. 1

Ibadah dan keimanan kepada Allah memiliki lebih banyak pengaruh baik pada kesehatan manusia daripada keimanan kepada apa pun yang lain.

Dalam sebuah pengkajian yang diterbitkan dalam International Journal of Psychiatry in Medicine, sebuah sumber ilmiah penting di dunia kedokteran, dilaporkan bahwa orang yang mengaku dirinya tidak berkeyakinan agama menjadi lebih sering sakit dan mempunyai masa hidup lebih pendek. Menurut hasil penelitian tersebut, mereka yang tidak beragama berpeluang dua kali lebih besar menderita penyakit usus-lambung daripada mereka yang beragama, dan tingkat kematian mereka akibat penyakit pernapasan 66% lebih tinggi daripada mereka yang beragama.

Para pakar psikologi yang sekuler cenderung merujuk angka-angka serupa sebagai "dampak kejiwaan". Ini berarti bahwa keyakinan agama meningkatkan semangat orang, dan hal ini berpengaruh baik pada kesehatan. Penjelasan ini mungkin sungguh beralasan, namun sebuah kesimpulan yang lebih mengejutkan muncul ketika orang-orang tersebut diperiksa. Keimanan kepada Allah jauh lebih kuat daripada pengaruh kejiwaan apa pun. Penelitian yang mencakup banyak segi tentang hubungan antara keyakinan agama dan kesehatan jasmani yang dilakukan oleh Dr. Herbert Benson dari Fakultas Kedokteran Harvard telah menghasilkan kesimpulan yang mencengangkan di bidang ini. Walaupun bukan seorang yang beragama, Dr. Benson telah menyimpulkan bahwa ibadah dan keimanan kepada Allah memiliki lebih banyak pengaruh baik pada kesehatan manusia daripada keimanan kepada apa pun yang lain. Benson menyatakan, dia telah menyimpulkan bahwa tidak ada keimanan yang dapat memberikan banyak kedamaian jiwa sebagaimana keimanan kepada Allah. 2

Apa yang mendasari adanya hubungan antara keimanan dan jiwa raga manusia ini? Kesimpulan yang dicapai oleh sang peneliti sekuler Benson adalah, dalam kata-katanya sendiri, bahwa jasmani dan ruhani manusia telah dikendalikan untuk percaya kepada Allah. 3

Kenyataan ini, yang oleh dunia kedokteran pelan-pelan telah mulai diterima, adalah sebuah rahasia yang dinyatakan dalam Al Qur'an dengan kalimat ini "...Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar Ra’d, 13:28). Alasan mengapa orang-orang yang beriman kepada Allah, yang berdoa dan berharap kepada-Nya, lebih sehat secara ruhani dan jasmani adalah karena mereka berperilaku sesuai dengan tujuan penciptaan mereka. Filsafat dan sistem yang tidak selaras dengan penciptaan manusia selalu mengarah pada penderitaan dan ketidakbahagiaan.

Kedokteran modern sekarang sedang mengarah menuju pemahaman tentang kebenaran ini. Seperti kata Patrick Glynn: "Penelitian ilmiah di bidang psikologi selama lebih dari 24 tahun silam telah menunjukkan bahwa, ... keyakinan agama adalah satu di antara sejumlah kaitan paling serasi dari keseluruhan kesehatan jiwa dan kebahagiaan." 4

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Patrick Glynn, God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason in a Postsecular World (California: Prima Publishing: 1997), 80-81.
2. Herbert Benson, and Mark Stark, Timeless Healing (New York: Simon & Schuster: 1996), 203.
3. Ibid., 193.
4. Glynn, God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason in a Postsecular World, 60-61.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

copas from http://www.facebook.com/notes/kembang-anggrek/bukti-ilmiah-yang-membuktikan-hati-penuh-kedamaian-bagi-orang-yang-tidak-terlepa/10150174686105570

Kenapa Harus Bangun pagi buta untuk Sholat Subuh?? Bagi seorang muslim mungkin pertanyaan ini dengan mudah dijawab ; karena sholat subuh adalah bagian dari ibadah wajib yang harus dikerjakan sebagai bukti ketaatan pada Tuhannya. Tapi kenapa ya harus pagi buta gitu sholatnya?? lagi enak-enak tidur kok disuruh sholat.???

Pertanyaan-pertanyaan ini untuk sebagian orang mungkin dianggap bodoh dan bisa dianggap nyeleneh. Tapi untuk orang-orang yang berfikir ilmiah pertanyaan tersebut adalah stimulasi ide besar untuk pembuktian. Kenapa harus dibuktikan?? Yang jelas gak ada satu halpun yang Alloh dan Rasul-Nya perintahkan kepada umatnya tanpa kebermanfaatan.

Jika kita amati, ada satu hal yang berbeda dari ritual sholat subuh dibandingkan sholat lima waktu lainnya. Kalimat yang terdengar dari suara adzan sedikit berebda dengan adzan pada sholat yang lain. iya nggak??? kalimat “ash shalatu khairun minan naum”, menjadi titik perbedaannya. Arti kalimat itu adalah shalat itu lebih baik dari pada tidur. Kenapa kalimat itu hanya muncul pada adzan subuh dan tidak pada adzan lainnya???

Memang ada banyak hikmah yang bisa diambil dari ritual di pagi buta ini. Dari peluang rezeki yang besar karena sudah mulai sejak subuh sampai manfaat terhindar dari kemacetan terutama di kota metropolitan seperti jakarta. Ternyata bukan itu saja arti kebermanfaatan yang Alloh berikan. Sholat subuh juga mempunyai manfaat mengurangi kecenderungan terjadinya gangguan kardiovaskular. Gimana bisa??

Begini ceritanya…..
di dalam tubuh manusia ada kekuatan yang terus bekerja tanpa kita komando. Gak peduli kita melek atau tidur. Kekuatan yang mengatur gerak usus kita sehingga bisa dikeluarkan menjadi feses setelah menyerap zat-zat bermanfaat untuk tubuh. (kebayangkan kalo gak bisa BAB. (walaupun perlu dicatat juga banyak faktor yang dapat mempengaruhi bisa tidaknya seseorang BAB). Kekuatan syaraf otonom mempunyai 2 fungsi yang bekerja secara antagonis, biasa kita sebut sebagai syaraf simpatis dan syaraf parasimpatis.

nah, gak tau kenapa kita mempunyai irama tubuh yang biasa disebut irama sirkadian tubuh dimana mulai jam 3 dini terjadi peningkatan adrenalin. Akibatnya tekanan darah manusia juga meningkat. herann kan?? padahal kita lagi tidur pulas. lo kok bisa gitu ya?? biasanya adrenalin kita bekerja saat kita beraktifitas atau dalam keadaan stress. Selain itu terjadi pula penyempitan pembuluh darah otak yang menyebabkan oksigenasi otak berkurang sehingga kita merasa berat kalo bangun pagi dan cenderung mengantuk. Peningkatan adrenalin juga mengaktivasi sistem pembekuan darah dimana sel-sel trombosit berangkulan membentuk suatu trombus. Trombus inilah yang menyebabkan gangguan kardiovaskuler pada manusia. Semuanya adalah kerjaan saraf simpatis.

Terus apa hubungannya dengan Sholat???

Hasil penelitian Furchgott dan Ignarro serta Murad tentang suatu zat didalam dinding sel yang dapat melebarkan pembuluh darah menjawab pertanyaan di atas. Zat yang ditemukan itu bernama NO (Nitrit Oksida). Yang luar biasa adalah ternyata Nitrit Oksida ini diproduksi terus menerus selama istirahat termasuk ketika manusia tidur. Zat ini juga mencegah terbentuknya trombus dengan menghambat agregasi/penempelan trombosit. Hasil temuan ini mendapat hadiah NOBEL tahun 1998.

Aktivitas Bangun pagi untuk sholat subuh apa lagi dengan berjalan ke mesjid untuk berjamaah dapat meningkatkan kadar Nitrit oksida dalam pembuluh darah sehingga oksigenasi ke otak juga bertambah akibat melebarnya pembuluh darah otak dan yang pasti trombosit dicegah untuk saling menempel jadinya pembuluh darah tidak bertambah sempit.. Aktivitas mengejan yang ditimbulkan pada gerakan rukuk dalam sholat meningkatkan tonus syaraf parasimpatis yang melawan efek dari syaraf simpatis seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Subhanallah bukan?? dengan menjalankan sholat subuh apa lagi dengan berjalan ke mesjid (terutama untuk yang laki-laki ni) kita dapat mencegah proses gangguan pada sistem kardiovaskular kita.

Untuk orang-orang yang berfikir, demikian hikmah dari ajakan-Nya “ash shalatu khairun minan naum”. =)

PS : barusan terjadi satu sinaps lagi dalam otak saya… Itu sebabnya kenapa banyak orang yang stroke terjadi pada pagi/dini hari? Alhamdulillah…..

(Artikel ini disumbangkan oleh Bpk.Jupri Muhammad – semoga Allah SWT senantiasa melindungi anda sekeluarga)

copas from http://www.facebook.com/notes/kembang-anggrek/keajaiban-di-balik-perintah-shalat-subuh/10150174609830570

Prof. Petro Petrini Seorang neorolog di Fakultas Kedokteran Universitas of Pisa, Italia dia meneliti pengaruh sikap memaafkan dan toleran terhadap kinerja otak
Dia ingin membuktikan bahwa sikap memafkan dan toleran mampu membuat kondisi kesehatan menjadi lebih baik

Contoh wanita yang tidak mampu memafkan suaminya yang telah mengkhianatinya dia mengatakan penceraian menimbulkan kesedihan dengan presentasi yang cukup tinggi dan bisa mempengaruhi keseimbangan seseorang baik jiwa ataupun sarafnya

DR. Muhammad Mahmud Abdul Kadir menulis dalam makalahnya puasa-chemical atau puasa ditinjau dari sisi kimia dan keajaiban pituitary ( kelenjar bawah otak ); marah, benci, atau dengki terhadap orang lain dapat merusak seseorang karena pesan marah, benci dan dengki tadi akan di sebar dan di pindahkan ke seluruh sisi sisi otak bagian atas dan diterima pusat pusat kimia otak, lalu berinteraksi dengannya

Pesan tadi dibawa lagi dengan proses kimia yang amat ajaib ke organ yang disebut Hypotalus. Disana pesan dibawa ke kelenjar Puitary yang bertugas menyemprotkan hormon hormon utama ke dalam darah ( yang membawa semua perintah ke kelenjar kelenjar hormon dalam tubuh dan bertugas menstimulus pengeluaran hormon ).

Pada saat kemarahan memuncak , kelenjar adrenal mengeluarkan hormon hormonnya berdasarkan perintah yang diterima dari kelenjar Pituitary. Kelenjar ini pun mengeluarkan kelenjar Adrenalin, kelenjar Costisone dan hormon hormon lain yang dapat merusak proses kimia tubuh dan memorak porandakan jaringan jaringan tubuh. Tubuh menjadi mudah terserang penyakit seperti angina pectoris ( kejang jantung ), arteriosclerosis ( penyempitan pembuluh nadi/pengerasan nadi ), diabetes, peningkatan kolesterol dan tekanan darah tinggi.

Barang siapa menahan marah padahal ia mampu meluapkan, Alloh swt akan memanggilnya di atas kepala para makhluk sehingga Alloh swt menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia inginkan agar dijadikan pasangannya. ( HR. Ashabus sunan )

Dan ternyata salah satu tanda orang bertaqwa adalah senantiasa memafkan kesalahan orang lain ( Ali Imron : 133-134 )

Sudahkah anda memaafkan kesalahan orang lain?

copas from http://www.facebook.com/note.php?note_id=410922701041

Category: Labels: | 0 Comments

Pada saat seseorang menggelar sajadah untuk menunaikan shalat tahajud, ia berada dalam kondisi layaknya orang yang melakukan meditasi dan relaksasi. Jika kita pernah mendengar lirik lagu Tombo Ati yang didendangkan budayawan kondang Emha Ainun Nadjib bersama kelompok musik Kiai Kanjeng, tahajud disebut sebagai salah satu pengobat hati. Sebab shalat sunah yang ditunaikan di keheningan malam itu, mengantarkan orang yang menunaikannya menjadi lebih dekat dengan Allah. Hati yang dekat dengan Tuhannya adalah hati yang damai.

Orang yang rindu tahajud adalah orang yang mempunyai kadar keikhlasan lebih. Ia rela untuk menghentikan kelelapan tidurnya dan bersimpuh pada Sang Khalik. Alquran memuji mereka dengan menyebutnya sebagai orang-orang yang menjauhkan lambungnya dari tempat peraduan.

Tahajud diketahui sebagai ibadah yang ditunaikan pada malam hari, saat setiap orang mengistirahatkan tubuhnya dari kelelahan aktivitas di siang hari. Banyak kalangan menyatakan bahwa idealnya masa tidur di malam hari adalah enam hingga delapan jam. Tidur di malam hari akan memberikan energi baru bagi seseorang untuk melakukan aktivitasnya di pagi hingga siang hari.

Namun kemudian muncul sebuah pendapat lain dari seorang ilmuwan bernama Ray Meddis. Ia menyatakan bahwa masa tidur yang sempurna hanyalah tiga hingga empat jam setiap harinya. Seseorang akan mengalami DEEP SLEEP sekitar tiga hingga empat jam saja. Tentu seorang Muslim mampu memanfaatkan sisa masa tidur itu untuk memadu cinta dengan Tuhannya, melalui shalat tahajud.

“Bangunlah untuk shalat di malam hari kecuali sedikit daripadanya. Yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Alquran dengan perlahan-lahan.” (Al-Muzammil [73]: 2-4).

Seorang ilmuwan Muslim asal Mesir, Fadhlalla Haeri, menyatakan bahwa ayat tersebut memberikan panduan bagi muslim untuk mencapai keseimbangan. Di sisa masa istirahatnya, tiga jam masa efektif tidur malam, maka ia pun semestinya bangun untuk menjalankan aktivitas yang bermanfaat. Bangun di waktu malam adalah salah satu aktivitas yang memberikan manfaat.

Ia menambahkan, pada saat itu energi did lam tubuh seseorang berada dalam kondisi rndah. Selain itu, medan refleksi juga begitu bersih. Dalam tradisi India, kondisi seperti itu disebut sebagai tahap pembentukan kesadaran yang terjadi pada titik energi ketujuh atau cakra mahkota. Dampaknya, akan meningkatkan intuisi seseorang dan kesadaran diri untuk mampu mengendalikan emosi negatif.

Menurut Haeri, pada saat seseorang menggelar sajadah untuk menunaikan shalat tahajud, ia berada dalam kondisi layaknya orang melakukan meditasi dan relaksasi atas kelenjar pineal. Ini akan menspiritualkan intelektual sesorang disertai dengan kemampuan personal untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah serta menjalin hubungan yang harmonis dengan sesamanya.

Tak hanya itu, pada saat matahari terbenam, kelenjar pineal mulai bekerja dan memproduksi hormon melatonin dalam jumlah besar dan mencapai puncaknya pada pukul 02.00 hingga 03.00 dini hari. Hormon inilah yang kemudian menghasilkan turunan asam amino trytophan dalam jumlah besar pula.

Tahukah Anda? Tahajud menjadi sarana untuk mempertahankan melatonin dalam jumlah yang stabil.

Hormon melatonin akan membentuk sistem kekebalan dalam tubuh dan membatasi gerak pemicu tumor seperti estrogen. Haeri mengungkapkan bahwa pada masa kanak-kanak melatonin yang ada di dalam tubuh berjumlah 120 picogram. Namun jumlah tersebut akan semakin menurun pada usia 20 30 tahun. Selain secara alamiah, pengurangan jumlah melatonin di dalam tubuh juga diakibatkan adanya pengaruh eksternal, seperti: tidur larut, medan elektromagnetik, dan polutan kimia misalnya pestisida, yang pada akhirnya menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi dan sakit kepala. Pada titik tertentu bahkan menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh.

Kafein yang terkandung di dalam kopi, teh hitam, dan soda tertentu juga akan menyebabkan kemampuan antioksidan melatonin berkurang. Keadaan ini akan membahayakan sel-sel tubuh saat seseorang tengah terjaga. Dengan demikian, kata Haeri, yang harus menjadi perhatian adalah bukan kuantitas tidur seseorang untuk memberikan kebugaran pada tubuh, tetapi justru kualitas tidur. Tiga jam adalah waktu yang cukup untuk itu.

Tahajud tidak hanya memberikan pengaruh pada posisi melatonin. Gerakan ibadah di sepertiga malam terakhir ini juga memberikan pengaruh tertentu pada tubuh. Setidaknya, pada saat berdiri tegak dan mengangkat takbir secara tidak langsung akan membuat rongga toraks dalam paru-paru membesar. Ini akan menyebabkan banyak oksigen yang masuk ke dalamnya. Ada kesegaran yang dirasakan ketika seseorang dapat menghirup udara segar ke dalam paru-parunya di keheningan malam itu. Pada saat sujud, seluruh berat dan daya badan dipindahkan sepenuhnya pada otot tangan, kaki, dada, perut, leher, dan jari kaki. Proses ini dilakukan berulang-ulang sesuai jumlahrakaat shalat tahajud yang kita lakukan.

Setelah oksigen masuk ke dalam paru-paru, oksigen diedarkan ke seluruh tubuh dengan lancar karena adanya pergerakan otot selama ruku’ dan sujud. Selain itu, dalam shalat seseorang juga melakukan gerakan duduk di antara dua sujud dan tahiyat yang menyebabkan adanya gerakan tumit, pangkal paha, jari tangan, jari kaki, dan lainnya. Tentu peredaran oksigen akan menjadi lancar.

TAMBAHAN : Sumber = http://veleista.wordpress.com/2009/08/04/shalat/

Shalat dalam Islam tidak saja memberikan implikasi kuat terhadap kantong rohani seseorang yang terefleksikan melalui ketenangan hati, ketentraman jiwa, sikap optimisme dan keyakinan diri dalam menjalankan roda kehidupan ini. Akan tetapi, tak kalah pentingnya pula, bahwa ibadah memberikan implikasi kuat terhadap ketahanan fisik atau kekebalan tubuh dari berbagai penyakit. Terdapat dua unsur yang mendukung efek kesehatan tubuh dalam shalat, seperti unsur penetapan waktu, unsur gerakan-gerakan shalat dan unsur bacaan shalat yang mengeluarkan genderang kuat. Jikalau ketiga unsur ini dikerjakan secara sempurna sesuai dengan tuntunan Nabi s.a.w., secara ikhlas dan fokus atau khusyu’ maka seorang muslim akan merasakan manfaat kesehatan badan sepanjang waktu.

Salah satu shalat yang ingin kami angkat dalam kesempatan ini adalah shalat Tahajjud. Allah s.w.t. berfirman dalam Qs. Al Isra’: 179:

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.” (Qs. Al Isra: 179)

Satu hal yang istimewa dalam shalat Tahajjud, bahwa satu-satunya shalat sunnah yang perintahnya terdapat langsung dalam Al Qur’an adalah Tahajjud. Hal ini mengisyaratkan kedudukan tinggi yang memiliki derajat yang hampir setara dengan shalat wajib, bahkan Rasulullah s.a.w. sendiri menegaskan bahwa jikalau tidak memberatkan umat Islam niscaya beliau mewajibkan umatnya mengerjakan shalat tahajjud. Selain itu pula, perintah tersebut mengisyaratkan banyaknya rahasia-rahasia ilahi yang tersimpan dalam “peti” shalat tahajjud ini berupa hikmah dan manfaat bagi pelakunya. Banyak hadits-hadits shahih, mutiara-mutiara alim ulama dan pengalaman spritual yang membuktikan kebenaran keutamaan shalat yang dikerjakan di sepertiga malam terakhir ini, bahkan kalangan medis pun turut serta mengadakan riset ilmiah manfaat tahajjud dari sisi medis.

Salah satunya adalah Drs. KH. Ibnu Hajar dalam bukunya “Kiat Sehat Alami Tanpa Obat” menjelaskan bahwa shalat Tahajjud dapat mencegah terhadap kebekuan lemak tubuh. Menurutnya bahwa cuaca pada malam hari biasanya dingin/lembab, banyak lemak jenuh yang melapisi syaraf kita menjadi beku. Sehingga kalau system pemanas tubuh tidak diaktifkan maka syaraf menjadi kedinginan, bahkan cholesterol dan asam urat berubah menjadi pengkapuran. Sehingga ketika seseorang mengerjakan shalat Tahajjud secara tidak langsung ia mengaktifkan system pemanas tubuh untuk menghentikan pembekuan lemak.

Selain itu pula, shalat tahajjud dapat mencegah penyakit paru-paru basah. Karena saluran kelebihan uap air dan paru-paru ke ginjal yang ada dibagian belakang tubuh kita kalau terlalu lama tidur akan tergencet berat badan kita sehingga menyebabkan paru-paru menjadi lembab dan saluran tersebut tersumbat.

Subhanallah, Maha Besar Allah yang telah menitipkan manfaat medis dalam pengabdian kepada-Nya, begitu besar fungsi proteksi Tahajjud terhadap tubuh manusia dari segala penyakit, khususnya di era modern ini yang menawarkan menu-menu makanan fast food (siap saji) yang justru amat rentan dengan penyakit, dan fasilitas-fasilitas kendaraan yang menjadikan seseorang memanjakan tubuhnya dari melakukan gerakan-gerakan yang mengaktifkan system pemanas tubuh.

Suatu hal yang menarik pula untuk direnungkan, dr. Mohammad Saleh salah satu dosen IAIN Surabaya telah melakukan riset tentang shalat tahajjud ini. menurutnya bahwa shalat sunnah itu bisa membebaskan seseorang dari serangan infeksi penyakit kanker.

Tidak percaya? Cobalah anda rajin-rajin shalat tahajjud. Jika anda melakukannya secara rutin, benar, khusuk, dan ikhlas, niscaya anda terbebas dari infeksi dan kanker. Dalam sebuah desertasinya yang berjudul “Pengaruh shalat tahajjud terhadap peningkatan perubahan respon ketahanan tubuh imonologik: Sautu pendekatan siko-neuroimonologi”, ia mengungkapkan bahwa shalat tahajud dapat menumbuhkan respons ketahanan tubuh (imonolog) khususnya pada imonoglobin M, G, A dan limfositnya yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi. Shalat Tahajjud yang dimaksudkan shalat bukan sekedar menggugurkan status shalat yang muakkadah itu, namun lebih dititik beratkan pada sisi rutinitas shalat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan. Selama ini, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai persoalan mental psikis.

Namun sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan teknologi kedokteran. Ikhlas yang selama dipandang sebagai misteri, dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol. Parameternya, bisa diukur dengan kondisi tubuh.

Penemuan DR. Shaleh ini melalui penelitian terhadap 41 responden siswa SMU Luqman Hakim pondok pesantren Hidayatullah Surabaya, mereka semua diperintahkan untuk melakukan shalat tahajjud setiap malam. Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan shalat Tahajjud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan shalat Tahajjud selama dua tahun. shalat dimulai pukul 02.00-3.30 sebanyak 11 rakaat, masing-masing dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Kemudian, hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium. Hasilnya ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin tahajjud secara ikhlas berbeda jauh dengan orang yang tidak melakukan tahajjud.

Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajjud memiliki ketahanan tubuh dan kemamuan individual untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. Jadi shalat tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang efektif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress.

Orang yang stress itu biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan shalat tahajjud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker.

Dengan demikian, berdasarkan hitungan teknik medis menunjukkan bahwa shalat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik. “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugerah yang diberikan oleh Allah kepadanya.

Kesimpulan dari uraian ini, bahwa shalat tahajjud tidak hanya memiliki implikasi terhadap nilai spritual saja, namun tak kalah pentingnya, tahajjud memiliki fungsi proteksi yang mencegah pelakunya dari berbagai penyakit seperti Kanker, infeksi, paru-paru basah dan kebekuan lemah. Inilah refleksi maqamaam mahmuda (derajat mulia) yang Allah berikan kepada orang-orang yang gemar mengerjakan shalat tahajjud, sehat secara lahir dan sehat secara bathin. Semoga Allah s.w.t. senantiasa memberikan taufiq dan hidayah-Nya untuk melakukan pengabdian diri secara totalitas. Amin

Oleh: Subhan Nur
copas from http://www.facebook.com/notes/kembang-anggrek/menyingkap-rahasia-sains-tahajud/10150179279470570

Berhati-hatilah Terhadap Cermin 2 Sisi

When you visit Public places like toilets, bathrooms, spas, hotel rooms or changing rooms; how many of you are sure that the Mirror hanging on the wall is a true mirror and not a Two-way mirror?

Ketika kita menggunakan sarana umum seperti toilet, WC, tempat pemandian/spa, kamar hotel ataupun kamar ganti, seberapa besar keyakinan Anda untuk memastikan bahwa cermin yang tergantung di dinding itu adalah cermin sejati dan bukan sebuah cermin yang memiliki 2 sisi ?

A Two-way mirror is actually a window through which people from other side can see you, but you can't see them. There have been many cases of people installing 2-way mirrors in female changing rooms.

Sebuah cermin 2 sisi sebenarnya merupakan sebuah jendela yang pada prinsipnya : seseorang dapat melihat ke dalami jendela namun orang yg berada di dalam jendela tersebut tidak dapat melihat orang yang melihatnya.

It's very difficult to identify the surface by just looking at it.So, How Can You Determine What Type of Mirror are You Looking at?

Sangatlah sulit untuk menentukan sisi cermin agar dapat membedakan cermin dgn jendela tadi bila diidentifikasi hanya dengan melihatnya. Lalu, bagaimana cara untuk menentukan jenis cermin yang kita lihat ?

Just place the tip of your fingernail against the reflective surface and if there is a gap between your fingernail and the image of the nail, it is a true mirror. However, if your fingernail directly touches the image of your nail....then be aware...you could be looking into a 2-way mirror!

Cukup letakkan ujung jari Anda pada permukaan cermin lalu amatilah. Bila terlihat jarak antara ujung jari yang Anda tempelkan ke permukaan cermin dengan bayangan ujung jari yang terbentuk di dalam cermin, maka itu adalah cermin sejati. Namun bila saat Anda sentuh permukaan cermin dengan ujung jari dan kemudian langsung terlihat bayangan ujung jari tersebut maka berhati-hatilah karena Anda sedang berhadapan dengan cermin 2 sisi !

Every time you strip in front of a mirror, please do this simple test. Inshallah it might save you from getting photographed, recorded or simply "VISUALLY RAPED".

Setiap Anda berdiri di depan cermin, lakukanlah test sederhana ini, insya Alloh hal ini akan menyelamatkan Anda dari pemotretan, perekaman maupun pemerkosaan secara visual.

http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest¬e_id=377117228341&id=334202182680

Category: Labels: | 0 Comments

Allah knows what’s best for us
So why should we complain
We always want the sunshine
But He knows there must be rain

We always want the laughter
And the merriment of cheer
But our hearts will lose their tenderness
If we never shed a tear.

Allah tests us often
With suffering and with sorrow
He tests us not to punish us
But to help us meet tomorrow

For growing trees are strengthened
If they withstand the storm
And the sharp cut of the chisel
Gave the marble grace and form

Allah tests us often
And for every pain He gives to us
Provided we’re patient
Is followed by rich again

So whenever we feel that everything is going wrong
It is just Allah’s way
To make our spirit’s strong.

By Ayesha Khan
copas from http://www.facebook.com/group.php?gid=112867452063083

Category: Labels: | 0 Comments

[Satan said:] “I will lead them astray and fill them with false hopes. I will command them and they will cut off cattle’s ears. I will command them and they will change Allah’s creation.” Anyone who takes satan as his protector in place of Allah has clearly lost everything.” (Surat an-Nisa’, 119)

The above verse contains the expression “yubattikunna,” which derives from the verb "battaka” meaning ”to cut off or break off.” The term “yughayyirunna” in the verse derives from the verb “ghayyara,” meaning “to change, alter, impair a thing’s original form.” At the end of both verbs appears the confirmatory letter ”nun.” With these expressions, verse 119 of Surat an-Nisa’ may, in one aspect, be pointing to the scientific activity of copying or cloning of organisms. (Allah knows the truth.) That is because cloning experiments are generally conducted with cells taken from an animal’s ear. To put it another way, a replica living thing is produced with the taking of cells from tissue samples “cut from animals’ ears,” just as described in the verse.

A report by the German Federal Agricultural Research Center provides the following information:

The tissue collection phase is short and simple. Once an animal has been located and restrained, a tissue sample like an ear clipping can be collected within seconds. Furthermore, somatic cells can be collected from all species. … For cattle, pigs, sheep, goats, camelids and llamas, a unified and identical procedure can be used by obtaining a tissue sample from the ear using notchers which are also used for setting earmarks… Clearly, for all species lymphocytes could be used, but somatic cells from ear clippings will be much easier to obtain and are therefore preferable. 1

Some reports concerning organisms cloned by taking samples from ear tissue include:

- According to a report by Reuters dated 1 May, 2002, a research veterinarian at the University of Sao Paolo in Brazil, Jose Visintin, produced cloned embryos for the first time in the country by using cells taken from the ear of an adult cow.2

- According to a BBC report, South Korean scientists cloned a dog called Snuppy from cells taken from a 3-year-old Afghan hound. Researchers at the Seoul National University extracted genetic material from the cells taken from the ear and placed it into an empty egg cell. An embryo was then obtained by stimulating the cell to divide.3

- Another BBC report said that a new clone had been produced using ear cells from an adult cow in research carried out by Dr. Jean-Paul Renard et al. at the Institute National de la Recherche Agronomique in France.4

- According to information of the official Human Genome Project website, in February 2002, scientists from the Advanced Cell Technologies (ACT) biotechnology company carried out experiments on cloning a cow embryo using the skin cell of the donor cow’s ear.5

- A report by Associated Press, dated 24 January, 2000, announced that Japanese scientists had cloned the clone of a bull for the first time. In the re-cloning, skin tissue samples from the first generation cloned bull’s ear were taken when it was four months old. These cells were then fused with an unfertilized egg from which the nucleus had been removed.6

The way that changes in the creation of living things are referred to in the Qur’an and the expression “cutting off cattle’s ears,” at a time when no branches of science such as genetics or embryology existed, shows that the Qur’an has come down from the Sight of our Lord, Allah, Who is unfettered by time. We are also told at the end of the verse that these people will be disappointed when they alter what Allah has created. The verse may therefore be indicating that cloning will give rise to various problems for human beings. (Allah knows the truth.) Indeed, statements from the Genetic Science Learning Center of the University of Utah provide the following information:

When we hear of cloning successes, we learn about only the few attempts that worked. What we don't see are the many, many cloning experiments that failed! And even in the successful clones, problems tend to arise later, during the animal's development to adulthood.7

Information from the Human Genome Project website take this form:

Dolly, the first mammal to be cloned from adult DNA, [died on] Feb. 14, 2003. Prior to her death, Dolly had been suffering from lung cancer and crippling arthritis. … More than 90% of cloning attempts fail to produce viable offspring. … In addition to low success rates, cloned animals tend to have more compromised immune function and higher rates of infection, tumor growth, and other disorders. Japanese studies have shown that cloned mice live in poor health and die early. … Appearing healthy at a young age unfortunately is not a good indicator of long term survival. Clones have been known to die mysteriously. For example, Australia's first cloned sheep appeared healthy and energetic on the day she died, and the results from her autopsy failed to determine a cause of death.8

In general terms, the risks arising from cloning experiments are as follows:

1) A high failure rate: The level of success is just 0.1%-3%. That means a failure rate of 970-999 for every 1000 experiments.9

2) Problems during development: Cloned animals that do survive generally have abnormally larger organs compared to the originals. This may lead to respiration and circulation difficulties, unhealthy kidneys and brain, and an impaired immune system.

3) Abnormal gene expression patterns: Although clones have the same DNA sequences as the originals, the cell nucleus in the clone does not have the same program as that in a natural embryo. To put it another way, the DNA cannot express the right set of genes essential for the development of the clone at the right time. For example, cells of all kinds, nerve, bone, blood or skin for example, all have different programs but the genetic programs in the clone embryo do not work as healthily as those in a natural embryo.

4) Telomeric differences: Chromosomes are shortened as cells divide. The reason for this is that DNA sequences at both ends of a chromosome, known as telomeres, are shortened during each DNA replication. As an animal grows older, the telomeres shorten as part of that aging. Therefore, the copied life form has shortened chromosomes from the moment it is born, just as if it were actually older.

Genetic material taken from living cells is used in cloning experiments, but fertilization takes place artificially. The reproduction mechanism created by Allah is thus impaired with these methods, and unidentified diseases, developmental deficiencies and early deaths are encountered. The way that it was reported 1400 years ago that scientists would engage in cloning and that the problems awaiting people therefrom are emphasized, clearly reveals that the Qur’an is a Divine scripture.

In the cloning process, DNA from a cell of the living thing planned to be copied is placed under the microscope and placed into an egg cell from another member of the same species. The DNA of the animal intended to be copied is used for this. An electric shock is then applied, which stimulates the egg cell to start dividing. The embryo continues to divide and is placed into the womb of a member of the species, and is then left to develop and be born.



1 http://www.fao.org/docrep/008/a0070t/a0070t05.htm

2 http://ngin.tripod.com/010502b.htm

3 http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/4742453.stm

4 http://news.bbc.co.uk/1/hi/sci/tech/331793.stm

5 http://www.ornl.gov/sci/techresources/Human_Genome/elsi/cloning.shtml

6 http://www.gene.ch/info4action/2000/Jan/msg00061.html

7 http://learn.genetics.utah.edu/units/cloning/cloningrisks/

8 http://www.ornl.gov/sci/techresources/Human_Genome/elsi/cloning.shtml

9 http://learn.genetics.utah.edu/units/cloning/cloningrisks/

Copas from http://www.facebook.com/group.php?gid=147068678595

Sesak napas merupakan keluhan subyektif (keluhan yang dirasakan oleh pasien) berupa rasa tidak nyaman, nyeri atau sensasi berat, selama proses pernapasan. Pada sesak napas, frekuensi pernapasan meningkat di atas 24 kali per menit. Sesak napas merupakan gejala dari suatu penyakit serius yang tidak boleh diremehkan karena dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu harus dicari penyebab awal dan segera diatasi.

Sesak napas dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan penyebabnya, yaitu organik (adanya kelainan pada organ tubuh) dan non organik (berupa gangguan psikis yang tidak disertai kelainan fisik). Sesak napas organik tidak hanya disebabkan oleh kelainan organ pernapasan, tetapi penyakit pada organ seperti jantung dan ginjal pun dapat menyebabkan terjadinya keluhan sesak napas. Selain karena kelainan organ, penyakit karena gangguan metabolisme pada kelainan ginjal, jantung, paru, dan kelainan metabolisme lainnya seperti diabetes, dapat pula menimbulkan sesak napas.

Sesak napas karena kelainan saluran pernapasan paling sering ditemukan pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Penyakit ini disebabkan oleh proses peradangan paru dan ditandai dengan gangguan aliran udara dalam saluran pernapasan yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali kekeadaan semula). Gejala lain yang menyertai adalah batuk lama (kronik) yang berdahak. Faktor resiko tonggi untuk menderita penyakit ini adalah perokok, usia di atas 40 tahun, sering terpapar debu dan zat kimia dalam jumlah banyak. Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu roentgen dada, tes fungsi paru dengan spirometri, pemeriksaan dahak (sputum), dan analisa gas darah. Cara menangani penyakit ini adalah segera berhenti merokok pada orang perokok, mengkonsumsi obat-obatan pelega pernapasan (bronkodilator), antiradang seperti pada golongan steroid, dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

Sesak napas pada asma muncul saat saluran pernapasan (bronkus) mengalami peradangan dan menyempit. Gejalanya berupa sesak napas yang disertai bunyi napas tambahan yang tidak normal seperti suara bersiul yang kasar, biasa disebut mengi (wheezing). Gejala lainnya adalah batuk dan nyeri dada. Orang yang mempunyai riwayat asma dalam keluarga memiliki rasiko tinggi untuk menderita penyakit ini. Selain itu pada bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg dan orang yang sering terpapar asap rokok, zat kimia dan polusi udar pun juga beresiko tinggi terkena asma. Pemeriksaan dilakukan dengan tes fungsi paru dengan spirometri dan peak flow meter. Asma tidak dapat disembuhkan tapi dapat dicegah dengan menghindari hal-hal yang dapat memicunya jadi harus diketahui pasti zat yang dapat merangsang serangan asma. Pada saat serangan, pasien diberi obat pelega seperti ipratropium.

Penyakit infeksi paru seperti pneumonia, TBC, flu babi, dan flu burung sering disertai dengan gejala sesak napas. Selain itu pasien juga akan mengalami demam, batuk, nyeri dada, dan badan lemas. Pada seseorang yang memiliki kekebalan tubuh rendah seperti penderita HIV-AIDS, beresiko tinggi terkena penyakit infeksi paru. Bayi dan orang berusia 65 tahun, perokok, dan orang yang sering bepergian ke negara dengan angka kejadian kasus flu babi (influenza A/H1N1) yang tinggi, juga beresiko tinggi mengalami infeksi paru. Pemeriksaan utama yang dilakukan untuk kepastian kuman penyebab yaitu dengan pemeriksaan dahak (sputum). Foto roentgen dada dan pemeriksaan laboratorium darah digunakan untuk menegakkan diagnosis. Terapi dan obat yang diberikan tergantung dari penyebab infeksi paru tersebut. Jika penyebabnya bakteri maka akan diberikan antibiotik, dan bila disebabkan oleh virus maka akan diberikan antivirus. Lama pengobatan bervariasi, tergantung penyebab dan kondisi pasien.

Kelainan jantung yang disertai keluhan sesak napas biasanya terjadi pada gagal jantung. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi pompa jantung dalam mengisi dan memompa darah dari paru, akibatnya terjadi penumpukan darah di paru (edema paru) dan menyebabkan peningkatan tekanan pada pembuluh darah paru. Maka fungsi paru pun terganggu dan terjadilah sesak napas. Keluhan sesak napas ini muncul saat beraktivitas, misalnya naik tangga, yang akan membaik setelah beristirahat. Jika tidak segera diatasi, keluhan tersebut dapat terus berlanjut walau pada saat istirahat, yaitu ketika pasien tidur terlentang. Oleh karena itu pasien harus tidur dengan banyak bantal menyangga kepala bahkan baru lega pada posisi setengah duduk. Keluhan lainnya yaitu kaki yang membengkak. Untuk kepastian diagnosis maka dilakukan pemeriksaan fisik, EKG, dan ekokardiografi. Obat yang diberikan antara lain obat yang mengurangi beban jantung, misalnya golongan diuretik.

Pada gangguan saluran pencernaan bagian atas yaitu Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD) dan dyspepsia, dapat terjadi keluhan sesak napas. Peningkatan asam lambung yang kemudian naik dan masuk ke esophagus (kerongkongan), menimbulkan rasa sakit dan nyeri terutama saat bernapas pada pasien penderita GERD. Sesak napas pada dyspepsia timbul karena perut yang terisi penuh oleh gas dan angin menyebabkan rasa kembung dan begah sehingga diafragma (otot pemisah antara rongga dada dan perut) terdesak ke arah rongga dada. Untuk mengatasi sesak napas pada GERD, diperlukan obat untuk menurunkan asam lambung. Penderita sesak napas pada GERD harus segera dibawa ke dokter karena bila tidak segera diatasi dapat menimbulkan penyakit kanker. Untuk dyspepsia diperlukan obat prokinetik (obat untuk memperlancar gerakan saluran cerna) agar gas yang ada tidak terlalu banyak dan proses pembukaan diafragma berkurang. Jika pemberian obat maag tidak mengurangi keluhan maka pasien harus segera dibawa ke dokter untuk mendapat pemeriksaan lanjutan karena dikuatirkan terjadi tukak lambung yang dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna.

Pada kelainan ginjal, sesak napas terjadi karena adanya gangguan keseimbangan asam-basa yang menyebabkan darah menjadi lebih asam (asidosis). Penggunaan obat-obatan diperlukan dan dilanjutkan dengan mengurangi cairannya. Kadang pasien diharuskan pula untuk melakukan cuci darah. Pada diabetes, sesak napas terjadi karena komplikasi asidosis diabetes. Darah menjadi asam sehingga tubuh mengkompensasi dengan cara napas yang dalam dan cepat untuk mengeluarkan asam di dalam darah. Pernapasan seperti ini disebut pernapasan kussmaul. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan cairan yang cukup, memperbaiki kadar gulanya dan mengurangi kadar asam basa darah.

Semua sesak napas akibat gangguan metabolisme dapat menyebabkan kematian, oleh karena itu pasien harus segera dibawa ke dokter. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan sebelum mendapat bantuan dokter yaitu dengan membebaskan jalan napas pasien bila ada gangguan, melonggarkan segala hal yang menyulitkan pernapasan, menjaga posisi tubuh pasien agar tidak menutup jalan napas. Jangan memberikan makanan dan minuman pada pasien jika sedang terjadi sesak napas.

bila yg disebut TERORIS adalah,
mereka yg membela Mujahidin dan kaum Muslimin,,
mereka yg membela Kesucian Agama dan Kehormatan Umatnya,,
maka, YA SAYA ADALAH SEORANG TERORIS!!

mengapa harus menjadi banci bila dicap sebagai TERORIS,, bila pasukan kuffar dgn biadab melakukan tindak keperibinatangan kpd saudara-saudara kita tanpa belas kasihan secara terang-terangan di berbagai belahan dunia,,??!!!

bila yg disebut FUNDAMENTAL adalah,
mereka yg melawan kekafiran berpikir ala liberal,,
mereka yg memusuhi antek-antek dajjal,,
maka, YA SAYA ADALAH SEORANG FUNDAMENTAL!!

mengapa harus menjadi pengecut bila dicap sebagai FUNDAMENTAL,, kalau mereka yg idiot saja berani dgn lantang menamakan diri mereka liberal dgn topeng murahan sebagai intelektual gombal bahkan dgn kekafiran berfikirnya dgn lancang menghina ‘ulama, menghina Rosul saw yg mulia bahkan ingin merevisi Alqur-an,,??!!!

bila yg disebut RADIKAL adalah,
mereka yg berani melawan kemunkaran,,
mereka yg siap Jihad Pemikiran sampai turun di medan juang,,
maka, YA SAYA ADALAH SEORANG RADIKAL!!

mengapa harus menjadi pecundang bila dicap sebagai RADIKAL,, kalau orang-orang idiot edan dgn congkaknya berani mencetuskan fiqh lintas agama yg terbantahkan secara mutlak dgn logika sehat apalagi dalil-dalil dlm agama,,??!!!

bila yg disebut FANATIK AGAMA adalah,
mereka yg mencintai Alqur-an dan Assunnah,,
mereka yg mencoba belajar dan mengamalkannya,,
maka, YA SAYA ADALAH SEORANG FANATIK AGAMA!!

mengapa harus terlalu takut dicap sebagai FANATIK AGAMA,, bila para pendosa dgn bangga menjalani ladang-ladang bisnis kemaksiatan yg cabangnya dimana-mana,,??!!!

maka, inilah saya,,
saya adalah seorang TERORIS, FUNDAMENTAL, RADIKAL dan FANATIK AGAMA!!
adakah yg salah dgn saya,,??

by : Abdullah

Tes ini dibuat hanya untuk mengetahui tingkat keparahan GANGGUAN KENCING yang Anda alami dan BUKAN KEPARAHAN PENYAKIT SESUNGGUHNYA. Gangguan kencing yang timbul bisa diakibatkan adanya masalah pada prostat. Untuk pria yang sudah berumur di atas 40 tahun, wajib memperhatikan gejala-gejala gangguan kencing yang dirasakan.

Tandai keadaan yang menggambarkan besarnya gangguan yang timbul dari masing-masing gejala. Kemudian jumlahkan skor yang diperoleh untuk tiap gejala. Waspadalah dan segera konsultasi ke dokter ahli jika hasil yang Anda peroleh melebihi batas normal.

Selama 1 bulan terakhir, seberapa sering Anda merasa tidak lampias (merasa puas karena sudah merasa keluar semua) saat selesai kencing ?
Tidak pernah = 0
Kurang dari sekali dari 5 kali kencing = 1
Kurang dari setengah = 2
Kadang-kadang = 3
Lebih dari setengah = 4
Hampir selalu = 5

Selama 1 bulan terakhir, seberapa sering Anda harus kembali kencing dalam waktu kurang dari 2 jam setelah kencing terakhir ?
Tidak pernah = 0
Kurang dari sekali dari 5 kali kencing = 1
Kurang dari setengah = 2
Kadang-kadang = 3
Lebih dari setengah = 4
Hampir selalu = 5

Selama 1 bulan terakhir, seberapa sering Anda mendapatkan bahwa Anda kencing terputus-putus ?
Tidak pernah = 0
Kurang dari sekali dari 5 kali kencing = 1
Kurang dari setengah = 2
Kadang-kadang = 3
Lebih dari setengah = 4
Hampir selalu = 5

Selama 1 bulan terakhir, seberapa sering Anda sulit menahan kencing ?
Tidak pernah = 0
Kurang dari sekali dari 5 kali kencing = 1
Kurang dari setengah = 2
Kadang-kadang = 3
Lebih dari setengah = 4
Hampir selalu = 5

Selama 1 bulan terakhir, seberapa sering pancaran kencing Anda lemah ?
Tidak pernah = 0
Kurang dari sekali dari 5 kali kencing = 1
Kurang dari setengah = 2
Kadang-kadang = 3
Lebih dari setengah = 4
Hampir selalu = 5

Selama 1 bulan terakhir, seberapa sering Anda harus mengedan atau kesulitan mengeluarkan saat mulai kencing ?
Tidak pernah = 0
Kurang dari sekali dari 5 kali kencing = 1
Kurang dari setengah = 2
Kadang-kadang = 3
Lebih dari setengah = 4
Hampir selalu = 5

Selama 1 bulan terakhir, seberapa sering Anda harus bangun dari tidur untuk kencing pada malam hari ?
Tidak pernah = 0
Kurang dari sekali dari 5 kali kencing = 1
Kurang dari setengah = 2
Kadang-kadang = 3
Lebih dari setengah = 4
Hampir selalu = 5

Bagaimana Anda menilai kualitas hidup yang Anda jalani ?
Senang sekali = 0
Senang = 1
Pada umumnya puas = 2
Antara puas dan tidak puas = 3
Pada umumnya tidak puas = 4
Tidak puas = 5
Buruk sekali = 6

Interpretasi hasil dari total skor yang didapatkan adalah sebagai berikut:

0-7 : Tingkat keparahan gejala termasuk ringan. Hal ini ditandai dengan sedikit gangguan seperti rendahnya sisa volume urin setelah kencing dan pancaran kencing.

8-19 : Tingkat keparahan gejala termasuk sedang. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa gangguan seperti penurunan pancaran kencing dan tingginya sisa volume urin setelah kencing namun tidak ada tanda-tanda kerusakan pada prostat.

>20 : Tingkat keparahan gejala termasuk berat dan kemungkinan terjadi kerusakan parah pada prostat Anda .

Bismillahirrohmanirrohiim.

Tulisan ini dikutip dari buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan oleh Prof. Dr. Soekidjo Notoadmojo. Lumayan jadi dokumentasi pas ngerjain skripsi hehee. Moga bermanfaat. Amiin.

Prinsip 1 : Belajar adalah suatu pengalaman yang terjadi di dalam diri si pelajar yang diaktifkan oleh individu itu sendiri.

Proses belajar dikontrol oleh si pelajar sendiri dan bukan oleh si pengajar. Perubahan persepsi pengetahuan, sikap, dan perilaku adalah suatu produk manusia itu sendiri, bukan kekuatan yang dipaksakan kepada individu. Belajar bukan berarti melakukan apa yang dikatakan atau yang diperbuat oleh pengajar saja tetapi suatu proses perubahan yang unik di dalam diri si pelajar sendiri. Oleh karena itu mengajar bukan berarti memaksakan sesuatu terhadap si pelajar tetapi menciptakan iklim atau suasana sehingga si pelajar mau melakukan dengan kemauan sendiri apa yang dikehendaki oleh si pengajar.

Prinsip 2 : Belajar adalah penemuan diri sendiri.

Hal ini berarti bahwa belajar adalah proses penggalian ide-ide yang berhubungan dengan diri sendiri dan masyarakat sehingga pelajar dapat menentukan kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai. Untuk itu segala sesuatu yang relevan bagi pelajar harus ditemukan oleh pelajar itu sendiri.

Prinsip 3 : Belajar adalah konsekuensi dari pengalaman.

Seseorang menjadi bertanggung jawab ketika ia diserahi tanggung jawab. Ia menjadi atau dapat berdiri sendiri bila ia mempunyai pengalaman dan pernah berdiri sendiri. Manusia tidak akan mengubah perilakunya hanya karena seseorang mengatakan kepadanya untuk mengubahnya. Untuk belajar yang efektif tidak cukup jika hanya dengan memberikan informasi saja, tetapi kepada pelajar tersebut perlu diberikan pengalaman.

Prinsip 4 : Belajar adalah proses kerja sama dan kolaborasi.

Kerja sama akan memperkuat proses belajar. Manusia pada hakikatnya senang saling bergantung dan saling membantu. Dengan kerja sama, saling berinteraksi dan berdiskusi, di samping memperoleh pengalaman dari orang lain juga dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran dan daya kreasi individu.

Prinsip 5 : Belajar adalah proses evolusi, bukan revolusi karena perubahan perilaku memerlukan waktu dan kesabaran.

Perubahan perilaku adalah suatu proses yang lama karena memerlukan pemikiran-pemikiran dan pertimbangan orang lain, contoh, dan mungkin pengalaman sebelum menerima atau berprilaku baru. Bagaimanapun menguntungkannya bagi dirinya, belajar akan selalu dirasakan sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan dan sangat mengganggu. Untuk itu dalam mengajar hasilnya tidak dapat diperoleh dengan segera dan tidak boleh tergesa-gesa tetapi memerlukan kesabaran dan ketekunan.

Prinsip 6 : Belajar kadang-kadang merupakan suatu proses yang menyakitkan karena menghendaki perubahan kebiasaan yang sangat menyenangkan dan sangat berharga bagi dirinya, bahkan mungkin harus melepaskan sesuatu yang menjadi jalan hidup atau pegangan hidupnya.

Untuk itu dalam memperkenalkan hal-hal baru yang menghendaki seseorang berprilaku baru sebaiknya dilakukan tidak secara drastis dan radikal. Harus berhati-hati dan sedikit demi sedikit sehingga individu mau meninggalkan perilaku lama dengan senang hati, tidak menyakitkan hati, dan tidak menimbulkan frustasi.

Prinsip 7 : Belajar adalah proses emosional dan intelektual.

Belajar dipengaruhi oleh keadaan individu atau si pelajar secara keseluruhan. Belajar bukan hanya proses intelektual tetapi emosi juga turut menentukan. Oleh karena itu hasil belajar sangat ditentukan situasi psikologis individu pada saat belajar. Bila seseorang sedang dalam keadaan kalut, murung, frustasi, konflik, dan tidak puas, maka jangan dibawa ke dalam suatu proses belajar.

Prinsip 8 : Belajar bersifat individual dan unik.

Setiap orang mempunyai gaya belajar dan keunikan sendiri dalam belajar. Untuk itu pengajar harus menyediakan media belajar yang bermacam-macam sehingga tiap individu dapat memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan keunikan dan gaya masing-masing.


Seluruh prinsip-prinsip tersebut mencakup situasi proses belajar yang menguntungkan, mempunyai ciri-ciri komunikasi yang bebas dan terbuka, konfrontasi penerimaan, respek, diakuinya hak untuksalah, kerja sama kolaborasi, saling mengevaluasi, keterlibatan tiap individu, aktif, kepercayaan, dan lainnya.

Category: Labels: | 0 Comments

All perfect praise is due to Alloh. I testify that there is none worthy of worship except Alloh and that Muhammad is His Slave and Messenger, may Alloh exalt his mention, as well as that of his family and all his companions.

Intermixing between the sexes, in the specific sense, applies to when marriageable men and women sit together, it may or may not include them looking at each other and conversing. What is the Islaamic ruling regarding such intermixing ? Is intermixing, as defined above, prohibited or permissible ? In order to answer this question, let us ask the following question: Is intermixing between a woman and a man the same as that between a man and another man?

The answer is certainly no, nobody ever said that the two are the same, as intermixing between men is permissible, in principle, while it is prohibited, in principle, between people of the opposite sex.

The following are real life stories of incidents that resulted from this prohibited intermixing:

· A woman began to develop feelings for her husband’s friend and started hating her husband, which eventually led her to divorcing him.

· A man began telephoning his friend's wife in an attempt to convince her to have an illicit sexual relationship with him. When she reacted furiously, his reply was to say, “Why do you not talk in the same manner to your husband ? He is having exactly this type of relationship with the wife of so and so.”

· A married woman worked for a married man. He fell in love with her and exerted all efforts in order to have an illicit sexual relationship with her; he also hoped that the woman's husband would divorce her so that she could be his.

Before intermixing became prevalent, a western man asked a Muslim, “Why don’t your women mix with (marriageable) men ?” The Muslim replied, “Because they do not wish to become pregnant from other than their husbands.” Words from the west regarding intermixing:

A female British writer wrote, “It is a disgrace that our country makes its girls an example of immorality and indecency by allowing them to intermix with men.”

Another female British writer wrote, “The more intermixing occurs, the more illegitimate children we will have. Statistics in our country have consistently proved that the rate of pregnancies out of wedlock is increasing as a result of men intermixing with women. Teaching women to stay away from men and enlightening them of the evil consequences of this intermixing will have a very positive effect in reducing the numbers of such pregnancies.”

H. Stanberry, who was a western reporter who spent a few weeks in an Arab capital said of her experience there, "The Arab community is healthy and perfect. It adheres to its traditions and restricts the intermixing of its young men and women, within reasonable limits. This community is quite different from the European and American communities. It has manners that it has inherited that sets limits for young women, and it also necessitates respect of parents. Moreover, it forbids the licentiousness that has destroyed American and European communities and families. They (i.e., the Arabs) forbid intermixing between men and women, limit the freedom of their young women, and go back to the age of Hijaab, and this is far superior to the licentiousness and shamelessness of the American and European communities."

The following are shocking facts and statistics that were the case twenty-five years ago in the United States. If that was the case then, how would it be now ?

· 70-90% of working women committed adultery with colleagues or managers.

· Half of those who were asked in a survey stated that they have had sexual relationships with their bosses, whether willingly or otherwise.

· Many male university professors had sexual relationships with their female students, and likewise, many female professors had such relationships with their male students; this is in addition to such relationships that took place between the students themselves.

· 50-70% of married men and 32% of married women had extra marital affairs.

· 90% of married women were not virgins at the time of their marriage.

· More than half a million husbands practiced wife-swapping on a regular basis.

· 50% of youths had sex before the age of fifteen.

· One in every eight women was raped at least once after the age of puberty, which made a total of almost a million women.

· One and a half million babies are aborted every year.

Intermixing between the sexes in the west has done nothing except enflame people’s lusts and desires, which has resulted in indecency becoming prevalent; this is a refutation and a rebuttal of those who claim that intermixing reduces people’s lusts, helps them to better manage their desires, releases the sexual tension and suppression that they undergo, and guards them against suppression and psychological complexes.

Contrary to this claim, the similitude of intermixing is like that of a thirsty person who drinks sea water to quench his thirst, which does nothing except to add to his craving. It is evident in those countries that have set no limits regarding intermixing or how exposed their women can dress that none of what was claimed has materialised, in fact, it has only added to people’s lusts rather than controlling or regulating them. People in those lands have become wild, just like the thirsty man who drinks sea water only to become progressively thirstier. The psychological complexes and diseases that they claimed were a result of depriving people from intermixing or by veiling women were actually fuelled by intermixing; moreover, homosexuality has also become prevalent in their lands. These two matters are a direct result of intermixing.

No sane person would suggest that it is possible to throw a person in the middle of the sea and demand from him not to get his clothes wet, nor would he request a person who was thrown in the middle of a huge fire to avoid being burnt, likewise, no sane person can believe that allowing women and men to intermix can preserve people’s chastity. Therefore, the Muslims who call for such intermixing are, in reality, holding in their hands a lethal instrument by which they will destroy their families and the Muslim community at large, under the pretext of being 'modern' and 'civilised.'

This is a forbidden matter in Islam because it arouses lusts and desires and leads to immorality and sin. There are many texts from the Qur’aan and the Sunnah proving this. The following are some of them:

“…And when you ask [the wives of the Prophet sallallaahu 'alayhi wa sallam] for something, ask them from behind a partition. That is purer for your hearts and their hearts…” [Al-Ahzaab: 53]

Additionally, the Prophet sallallaahu 'alayhi wa sallam prohibited intermixing, even in the mosque, by separating the rows of the men from those of the women.

The Prophet sallallaahu 'alayhi wa sallam would remain sitting in the same position that he prayed in, with his back to the congregation, in order to give enough time for the women to leave the mosque, according to a narration of Umm Salamah, may Alloh be pleased with her [Al-Bukhaari]

Ibn ‘Umar, may Alloh be pleased with him, narrated that the Prophet sallallaahu 'alayhi wa sallam said, “Let this door (i.e., one of the doors of his mosque) be exclusively for women.” Naafi’, may Alloh have mercy upon him, who was the servant of Ibn ‘Umar, may Alloh be pleased with him, said that Ibn ‘Umar, may Alloh be pleased with him, never again entered the mosque from that door after hearing this statement. [Abu Daawood]

The Prophet sallallaahu 'alayhi wa sallam said, according to the narration of Abu Hurayrah, may Alloh be pleased with him, “The best rows (in prayer) for men are those furthest to the front, and the worst of them are those furthest to the back; and the best rows (in prayer) for women are those furthest to the back, and the worst of them are those closest to the men’s (rows).” This encouragement is to prevent intermixing in a location where ill-thoughts are unlikely to cross the minds of people. If this is the preventive measure used in the mosque, then it is surely much more applicable outside the mosque.

Abu Usayd, may Alloh be pleased with him, was once coming from the mosque when he heard the Prophet sallallaahu 'alayhi wa sallam addressing women due to him seeing that the men and women were walking very close to each other after having exited from the mosque, “Stay back! You should not walk in the middle of the street, rather, walk to one of its sides.” Abu Usayd, may Alloh be pleased with him, added, “Thereafter, the women would walk so close to the walls on the side of that street that their garments would scrape against it.” [Abu Daawood]

We know that this sin has become prevalent nowadays but the following should be noted:

· We do not approve of it, nor willingly do it, especially during Islaamic lectures and gatherings.

· We must try to avoid it as much as possible and take all measures to reduce it, like designating separate entrances for men and women.

· We must fear Alloh and lower our gaze.