Tampilkan postingan dengan label Saluran Pernapasan (respiratory system). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Saluran Pernapasan (respiratory system). Tampilkan semua postingan

Pada tahun 1976 diadakan sebuah pertemuan para legiun veteran di Philadelphia, AS. 182 orang yang hadir mengalami keluhan gangguan kesehatan dan 29 orang diantaranya meninggal dunia.

Penyebab penyakit tersebut, yang baru ditemukan bulan Januari 1977, adalah bakteri kecil berbentuk batang. Karena bakteri ini menyebabkan penyakit legionaire maka ia dinamai legionela dan karena gejala utama penyakit legionaire adalah radang paru-paru maka nama lengkap bakteri itu adalah Legionella pneumophilla. Bakteri ini bisa hidup di dalam air selama beberapa bulan dan sering terdapat dalam cairan sistem pendingin ruangan.

Dari penelitian, angka kematian akibat penyakit tersebut 15%. Penyakit itu terutama menyerang paru-paru dan menimbulkan peradangan (pneumonia). Selain itu, bisa juga menyerang ginjal, saluran pencernaan, dan sistem saraf.

Keluhan penderita biasanya batuk yang cukup hebat tetapi tidak banyak dahak disertai demam yang cukup tinggi. Selain itu penderita kelihatan lemah, mengeluh pegal-pegal, sakit perut, mual dan mungkin diare. Pada penderita bisa juga ditemukan penumptkan cairan di selaput paru-parunya.

Lewat foto roentgen dada akan tampak gambaran seperti pneumonia pada umumnya, begitu pula pada pemeriksaan dokter. Pada pemeriksaan darah akan ditemukan berbagai kelainan seperti peningkatan jumlah sel darah putih, 10.000-20.000. Selain terdapat pula berbagai kelainan imunologik dan peningkatan kadar antibodi.

Mengingat keadaan penyakit yang cukup berat dan angka kematian yang cukup tinggi maka penderita perlu mendapat penanganan antibiotik eritromisin sebanyak 0,5 gram setiap 6 jam. Pengobatan harus diteruskan sampai sekitar 3 minggu untuk mencegah kekambuhan.

Obat pilihan lain adalah rifampisin yang merupakan pilihan kedua dan biasanya diberikan ketika pengobatan eritromisin tidak memadai.

Pada bulan Juni 1968 di sebuah gedung dinas kesehatan kota Pontiac, Michigan, AS terdapat penyakit akibat polusi AC di gedung itu yang disebabkan bakteri Legionella. Penyakit ini dinamakan Pontiac Fever.

Bakteri Legionella yang pada saat itu ditemukan, baru berhasil diisolasi pada tahun 1976 ketika terjadi penyakit Legionaire. Pontiac fever pada awalnya disangka gejala awal penyakit legionaire. Namun ternyata Pontiac fever merupakan penyakit tersendiri yang ditandai keluhan mirip influenza berat yang terjadi akibat mengisap udara atau uap air yang terkontaminasi.

Keluhan penderita Pontiac fever adalah influenza berat disertai demam, menggigil, sakit kepala, dan lemas. Dapat juga ditemui sakit perut, mual, muntah, sakit dada, pusing, dan sakit tenggorokan. Pada foto roentgen dada tidak ditemukan tanda pneumonia atau kelainan paru lainnya, begitu pula pada pemeriksaan dokter ditemukan paru-paru dalam batas normal.

Pontiac fever murni biasanya akan sembuh sendiri dalam beberapa hari, tanpa perlu pengobatan antibiotik. Penyakit ini pun tak menyebabkan kematian.

Bakteri legionela ternyata terdiri dari beberapa jenis yang berbeda. Yang khas menimbulkan penyakit legionaire adalah Legionella pneumophilla. Sebagian Pontiac fever juga disebabkan oleh bakteri Legionella pneumophilla tetapi sebagian lagi penyebabnya berbeda meski masih termasuk keluarga besar bakteri legionela.

Pada suatu laporan kasus, ditemukan spesies lain bakteri Pontiac fever dalam air mancur yang terkontaminasi, Legionella anisa. Kasus lainnya yang menyerang 371 pekerja industri perakitan mobil pada tahun 1984 disebabkan oleh Legionella feelei. Sementara dari Skotlandia pernah dilaporkan Pontiac fever menyerang 170 orang yang disebabkan oleh Legionella micdadei.

Pontiac fever dan penyakit legionaire dapat berlangsung sporadis dan mengenai banyak orang dalam suatu ruangan sekaligus. Bila ditemukan berbagai keluhan seperti yang telah dibahas pada suatu ruangan ber-AC, dianjurkan segera menghubungi dokter karena pengobatan harus dilakukan sedini mungkin. Bila penyakit dibiarkan berkelanjutan maka akan terjadi keterlambatan dalam penanganan yang mungkin bisa berakibat fatal.

Sesak napas merupakan keluhan subyektif (keluhan yang dirasakan oleh pasien) berupa rasa tidak nyaman, nyeri atau sensasi berat, selama proses pernapasan. Pada sesak napas, frekuensi pernapasan meningkat di atas 24 kali per menit. Sesak napas merupakan gejala dari suatu penyakit serius yang tidak boleh diremehkan karena dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu harus dicari penyebab awal dan segera diatasi.

Sesak napas dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan penyebabnya, yaitu organik (adanya kelainan pada organ tubuh) dan non organik (berupa gangguan psikis yang tidak disertai kelainan fisik). Sesak napas organik tidak hanya disebabkan oleh kelainan organ pernapasan, tetapi penyakit pada organ seperti jantung dan ginjal pun dapat menyebabkan terjadinya keluhan sesak napas. Selain karena kelainan organ, penyakit karena gangguan metabolisme pada kelainan ginjal, jantung, paru, dan kelainan metabolisme lainnya seperti diabetes, dapat pula menimbulkan sesak napas.

Sesak napas karena kelainan saluran pernapasan paling sering ditemukan pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Penyakit ini disebabkan oleh proses peradangan paru dan ditandai dengan gangguan aliran udara dalam saluran pernapasan yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali kekeadaan semula). Gejala lain yang menyertai adalah batuk lama (kronik) yang berdahak. Faktor resiko tonggi untuk menderita penyakit ini adalah perokok, usia di atas 40 tahun, sering terpapar debu dan zat kimia dalam jumlah banyak. Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu roentgen dada, tes fungsi paru dengan spirometri, pemeriksaan dahak (sputum), dan analisa gas darah. Cara menangani penyakit ini adalah segera berhenti merokok pada orang perokok, mengkonsumsi obat-obatan pelega pernapasan (bronkodilator), antiradang seperti pada golongan steroid, dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

Sesak napas pada asma muncul saat saluran pernapasan (bronkus) mengalami peradangan dan menyempit. Gejalanya berupa sesak napas yang disertai bunyi napas tambahan yang tidak normal seperti suara bersiul yang kasar, biasa disebut mengi (wheezing). Gejala lainnya adalah batuk dan nyeri dada. Orang yang mempunyai riwayat asma dalam keluarga memiliki rasiko tinggi untuk menderita penyakit ini. Selain itu pada bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg dan orang yang sering terpapar asap rokok, zat kimia dan polusi udar pun juga beresiko tinggi terkena asma. Pemeriksaan dilakukan dengan tes fungsi paru dengan spirometri dan peak flow meter. Asma tidak dapat disembuhkan tapi dapat dicegah dengan menghindari hal-hal yang dapat memicunya jadi harus diketahui pasti zat yang dapat merangsang serangan asma. Pada saat serangan, pasien diberi obat pelega seperti ipratropium.

Penyakit infeksi paru seperti pneumonia, TBC, flu babi, dan flu burung sering disertai dengan gejala sesak napas. Selain itu pasien juga akan mengalami demam, batuk, nyeri dada, dan badan lemas. Pada seseorang yang memiliki kekebalan tubuh rendah seperti penderita HIV-AIDS, beresiko tinggi terkena penyakit infeksi paru. Bayi dan orang berusia 65 tahun, perokok, dan orang yang sering bepergian ke negara dengan angka kejadian kasus flu babi (influenza A/H1N1) yang tinggi, juga beresiko tinggi mengalami infeksi paru. Pemeriksaan utama yang dilakukan untuk kepastian kuman penyebab yaitu dengan pemeriksaan dahak (sputum). Foto roentgen dada dan pemeriksaan laboratorium darah digunakan untuk menegakkan diagnosis. Terapi dan obat yang diberikan tergantung dari penyebab infeksi paru tersebut. Jika penyebabnya bakteri maka akan diberikan antibiotik, dan bila disebabkan oleh virus maka akan diberikan antivirus. Lama pengobatan bervariasi, tergantung penyebab dan kondisi pasien.

Kelainan jantung yang disertai keluhan sesak napas biasanya terjadi pada gagal jantung. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi pompa jantung dalam mengisi dan memompa darah dari paru, akibatnya terjadi penumpukan darah di paru (edema paru) dan menyebabkan peningkatan tekanan pada pembuluh darah paru. Maka fungsi paru pun terganggu dan terjadilah sesak napas. Keluhan sesak napas ini muncul saat beraktivitas, misalnya naik tangga, yang akan membaik setelah beristirahat. Jika tidak segera diatasi, keluhan tersebut dapat terus berlanjut walau pada saat istirahat, yaitu ketika pasien tidur terlentang. Oleh karena itu pasien harus tidur dengan banyak bantal menyangga kepala bahkan baru lega pada posisi setengah duduk. Keluhan lainnya yaitu kaki yang membengkak. Untuk kepastian diagnosis maka dilakukan pemeriksaan fisik, EKG, dan ekokardiografi. Obat yang diberikan antara lain obat yang mengurangi beban jantung, misalnya golongan diuretik.

Pada gangguan saluran pencernaan bagian atas yaitu Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD) dan dyspepsia, dapat terjadi keluhan sesak napas. Peningkatan asam lambung yang kemudian naik dan masuk ke esophagus (kerongkongan), menimbulkan rasa sakit dan nyeri terutama saat bernapas pada pasien penderita GERD. Sesak napas pada dyspepsia timbul karena perut yang terisi penuh oleh gas dan angin menyebabkan rasa kembung dan begah sehingga diafragma (otot pemisah antara rongga dada dan perut) terdesak ke arah rongga dada. Untuk mengatasi sesak napas pada GERD, diperlukan obat untuk menurunkan asam lambung. Penderita sesak napas pada GERD harus segera dibawa ke dokter karena bila tidak segera diatasi dapat menimbulkan penyakit kanker. Untuk dyspepsia diperlukan obat prokinetik (obat untuk memperlancar gerakan saluran cerna) agar gas yang ada tidak terlalu banyak dan proses pembukaan diafragma berkurang. Jika pemberian obat maag tidak mengurangi keluhan maka pasien harus segera dibawa ke dokter untuk mendapat pemeriksaan lanjutan karena dikuatirkan terjadi tukak lambung yang dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna.

Pada kelainan ginjal, sesak napas terjadi karena adanya gangguan keseimbangan asam-basa yang menyebabkan darah menjadi lebih asam (asidosis). Penggunaan obat-obatan diperlukan dan dilanjutkan dengan mengurangi cairannya. Kadang pasien diharuskan pula untuk melakukan cuci darah. Pada diabetes, sesak napas terjadi karena komplikasi asidosis diabetes. Darah menjadi asam sehingga tubuh mengkompensasi dengan cara napas yang dalam dan cepat untuk mengeluarkan asam di dalam darah. Pernapasan seperti ini disebut pernapasan kussmaul. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan cairan yang cukup, memperbaiki kadar gulanya dan mengurangi kadar asam basa darah.

Semua sesak napas akibat gangguan metabolisme dapat menyebabkan kematian, oleh karena itu pasien harus segera dibawa ke dokter. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan sebelum mendapat bantuan dokter yaitu dengan membebaskan jalan napas pasien bila ada gangguan, melonggarkan segala hal yang menyulitkan pernapasan, menjaga posisi tubuh pasien agar tidak menutup jalan napas. Jangan memberikan makanan dan minuman pada pasien jika sedang terjadi sesak napas.