Pengaturan gizi juga diperlukan pada penyakit tiroid. Pengaturan tersebut diperlukan untuk mencegah komplikasi berbahaya yang mungkin timbul. Pada hipertiroid dapat terjadi penurunan berat badan berlebih karena metabolisme tubuh yang meningkat. Bahayanya adalah banyak turun bukan lemaknya melainkan massa otot. Massa otot adalah protein yang jika turun terlalu banyak dapat menyebabkan kematian.

Kebalikan dari hipertiroid, pada penderita hipotiroid tubuh cenderung menjadi gemuk karena laju metabolisme menurun sehingga zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak)banyak yang dialihkan metabolismenya dan tertimbun dalam tubuh sebagai sel lemak. Akibat dari penumpukan sel lemak tersebut dapat mengakibatkan resistensi insulin (penyakit diabetes melitus) dan mempercepat aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).

Kalau penderita sudah tahu gejala hipotiroid seperti cepat lelah, peningkatan berat badan padahal makan sama seperti biasa, serta depresi, sebenarnya sudah harus dilakukan pengaturan diet. Pada hipertiroid gejala akan lebih jelas seperti tremor (gemetar) dan gelisah. Pada keadaan tersebut, pengaturan makanan sudah diperlukan agar kelainan tidak berlanjut pada penurunan berat badan atau gangguan metabolisme energi.

Penderita hipertiroid harus menghindari penurunan berat badan yang terlalu drastis dengan menunjang pengobatannya. Waktu meminum obat harus benar-benar dipantau karena obat dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi, contohnya seng, besi, dan yodium akan terganggu penyerapannya jika dimakan bersama obat. Jarak antara makan dan minum obat paling tidak antara 2-4 jam.

Pada hipertiroid dianjurkan menghindari makanan yang menyebabkan peningkatan aliran darah seperi kopi, coklat, teh kental. Peningkatan aliran darah akan menyebabkan naiknya laju metabolisme.

Penderita hipotiroid harus benar-benar mengontrol pola makannya. Timbang berat badan setiap satu kali seminggu untuk mengontrol adanya peningkatan berat badan atau tidak. kalau ada, porsi makan harus dikurangi namun dengan komposisi yang tetap yaitu 50-60% karbohidrat, protein 15%, dan lemak 25%. Waktu meminum obat seperti hormon tiroid harus 2-4 jam setelah atau sebelum makan.

Untuk hipotiroid harus dihindari makanan yang mengandung zat goitrogenik. Zat ini merupakan senyawa kimia beracum terhadap tiroid sehingga jika dimakan akan semakin memperburuk keadaan. Sebenarnya hampir setiap sayur pasti mengandung zat tersebut namun sayuran yang cukup banyak memilikinya antara lain bayam, brokoli, kangkung, dan kacang tanah. Kandungan paling banyak terdapat pada singkong. Kandungan zat goitogenik pada sayuran bisa dikurangi dengan proses memasak seperti sayur dicacah kemudian direbus.

Penderita hipotiroid dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi mineral yang penting untuk mensekresi tiroksin dan mengubah tiroksin T4 jadi T3 seperti seng, selenium, dan coper yang banyak terdapat pada hati dan makan a yang bersumber dari daging hewan. Biasanya dianjurkan juga lebih banyak mengkonsumsi makanan laut seperti ikan, kerang, namun usahakan yang masih segar bukan yang sudah diolah seperti ikan asin.

Vitamin A dan asam lemak omega 3 juga penting untuk dikonsumsi. Hal itu disebabkan vitamin A dan asam lemak omega 3 bisa meningkatkan pengikatan hormon tiroid dalam proses metabolisme. Vitamin A banyak terdapat di sayuran berwarna oranye seperti wortel dan tomat sementara omega 3 banyak di ikan dan minyak goreng. Kandungan omega 3 akan lebih maksimal jika minyak goreng hanya digunakan untuk satu kali pemakaian.

Kelainan tiroid pada kehamilan dapat mengganggu kesehatan janin. Penyakit ini juga dapat menimbulkan kelainan pertumbuhan pada bayi yang dilahirkan kelak. Diperlukan kewaspadaan agar penyakit yang diderita tidak membahayakan ibu hamil dan janin yang dikandung karena kondisi hormon yang tidak terkontrol dapat membawa efek buruk.

Golongan wanita yang perlu diwaspadai atau dilakukan skrining adalah mereka yang memiliki riwayat hipertiroid atau hipotiroid, struma, diabetes melitus tipe 1, kelainan autoimun, riwayat radiasi daerah leher dan kepala, riwayat keguguran, riwayat melahirkan bayi prematur, infertilitas, dan perempuan dengan gejala gangguan tiroid.

Pada ibu hamil penderita hipertiroid, yang perlu diperhatikan adalah gejala hipertiroid yang menyerupai kondisi ibu hamil, seperti banyak berkeringat, tremor/gemetar, serta takikardi (jantung berdetak cepat). Keserupaan ini dapat menyebabkan tidak terdeteksinya gejala hipertiroid karena penderita ataupun dokternya menyangka gejala tersebut adalah normal dalam kehamilan. Pada ibu hamil, gejala itu dapat dimaklumi karena saat hamil metabolisme tubuh cenderung meningkat yang dapat menyebabkan timbulnya gejala tersebut. Namun pada ibu hamil dengan hipertiroid, gejala seperti itu harus diberi perhatian lebih karena gejala tersebut timbul akibat hormon tiroid yang sedang meningkat.

Kewaspadaan juga perlu diberikan pada konsumsi obat anti tiroid karena dosis yang berlebih dapat menimbulkan kondisi hipotiroid yang berbahaya bagi janin. Itu disebabkan antitiroid sebagian akan terbawa ke plasenta sehingga kadar hormon tiroid janin cenderung lebih rendah dari kadar normal. Hal ini akan berdampak pada perkembangan janin. Bayi bisa saja lahir normal dan sehat tapi pada perkembangannya terdeteksi gangguan pada pertumbuhan otak. Gangguan ini dapat mempengaruhi kecerdasan anak nantinya. Karena itu, konsumsi obat antitiroid harus berdasarkan instruksi dokter.

Beda lagi bila ibu hamil dengan hipotiroid biasanya akan melewati tahap pengobatan tersendiri sehingga bila terjadi kehamilan maka harus terus minum tiroid. Selama kadar hormon terkontrol, bayi tidak akan ada masalah. Intinya, pastikan kadar hormon selalu terkontrol baik pada hipertiroid maupun hipotiroid.

Pemeriksaan hormon dilakukan melalui cek laboratorium, sementara perkembangan janin dapat dilihat melalui ultrasonografi (USG) dengan memperhatikan apakah pertumbuhan janin sesuai dengan grafik. Jika penyakit tidak terkonrol maka mengakibatkan terjadinya keguguran, perkembangan janin terhambat, terlepasnya ari-ari (plasenta) dari dinding rahim dan yang paling fatal dapat menyebabkan janin meninggal dalam kandungan.

Rata-rata obat penyakit tiroid tidak berbahaya bagi kehamilan. obat yang biasa diberi sudah dipastikan aman. Efek pada janin jauh lebih berat akibat penyakit tiroid dibandingkan dengan efek dari obat untuk penyakit tiroid yang diminum oleh ibu hamil. Jika selama hamil penderita tidak minum obat maka yang terjadi adalah adanya berbagai gangguan pada kehamilan.

Hipotiroid pada masa kehamilan dapat menyebabkan bayi juga menjadi hipotiroid saat perkembangan otaknya sehingga bayi mengalami keterlambatan perkembangan kecerdasan. Selain itu, hipotiroid pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko keguguran atau kelahiran prematur dan menyebabkan anemia, gagal jantung, preeklampsia, kelainan plasenta, dan perdarahan setelah melahirkan.

Hipertiroid yang tidak terkontrol pada masa kehamilan dapat menyebabkan ibu hamil menderita tekanan darah tinggi dan beresiko tinggi mengalami masalah jantung, mengalami keguguran atau melahirkan prematur sedangkan pada bayi dapat menyebabkan berat lahir rendah.

Iodium radioaktif dilarang untuk ibu hamil karena dapat melewati plasenta, merusak tiroid bayi dan menyebabkan hipotiroid permanen. Obat anti tiroid juga dapat melewati plasenta namun telah diuji keamanannya dalam beberapa penelitian mutakhir.

Peradangan tiroid (Postpartum thyroiditis=PPT) dapat terjadi pada 7% wanita selama tahun pertama setelah melahirkan. Hal ini tidak berhubungan dengan proses atau cra mengedan. PPT diawali dengan fase hipertiroid yang seringkali menghilang tanpa terapi setelah beberapa minggu atau bulan dan fungsi tiroid kembali normal. Fase ini merusak kelenjar tiroid dan fase hipotiroid dimulai. Sekitar 30% wanita yang mengalami PPT akan menjadi hipotiroid dalam sepuluh tahunberikutnya.

Wanita dengan penyakit tiroid boleh hamil jika telah didiagnosa dari awal sebelum kehamilan dan mendapatkan terapi atau pengobatan yang tepat dan periksa atau kontrol teratur ke dokter untuk mempertahankan kadar hormon tiroid dalam darahnya tetap normal sebelum maupun selama hamil. Misalnya peningkatan dosis obat sebelum sebelum dan selama hamil serta penurunan dosis setelah melahirkan disesuaikan dengan hasil pemeriksaan TSH berkala. Selama hamil dan menyusui, WHO merekomendasikan pasien untuk makan iodium sebanyak 200 mikro gram setiap hari.

Meskipun sebagian besar benjolan pada tiroid merupakan kasus jinak, tetap diharuskan waspada terhadap kemungkinan keganasan. Tanda keganasan misalnya terdapat kesulitan bernafas atau menelan dan terasa ada benjolan di dalam kerongkongan. Selain itu terdapat tanda peningkatan hormon tiroid, misalnya penurunan berat badan secara mendadak meskipun nafsu makan masih normal. Jantung berdebar-debar, merasa cemas, sulit tidur, dan otot terasa lemas. Tanda keganasan lain adalah benjolan bertambah besar dalam waktu singkat, teraba pembesaran kelenjar getah bening pada daerah leher atau tanda penyebaran sel kanker di tempat lain, misalnya pada tulang.

Nodul tiroid cenderung bersifat ganas jika :
  • hanya ditemukan satu
  • scanning tiroid menunjukkan bahwa nodul tidak berfungsi
  • nodulnya padat, keras, dan isinya bukan cairan (kistik)
  • pertumbuhannya cepat.
Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid. Meski begitu, kanker jarang menyebabkan pembesaran kelenjar dan lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) di dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak dan biasanya kanker tiroid dapat disembuhkan. Kanker tiroid seringkali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi kemampuan menghasilkan hormone tiroid tetapi kadang kanker menghasilkan cukup banyak hormone tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme.

Kanker tiroid merupakan salah satu jenis keganasan yang harus bisa dideteksi sejak dini. Kanker tiroid lebih banyak diderita oleh wanita dengan tingkat keseringan 2-3 kali dibandingkan pria. Kanker ini merupakan tumor dengan pertumbuhan yang lambat. Angka kematian akibat kanker tiroid hanya 0,4% dari semua kematian akibat kanker, sebuah angka yang cukup rendah. Masalahnya adalah cara untuk menentukan metode yang tepat medeteksi kelainan yang timbul dan memastikan hal itu merupakan suatu keganasan. Hal ini penting karena banyak kelainan yang juga menyebabkan pembesaran pada tiroid.

Ada dua hal yang sering dikatakan berperan dalam timbulnya kanker tiroid. Penyebab pertama adalah radiasi. Penyebab kedua adalah endemic goiter yaitu pembesaran tiroid yang terjadi pada lebih dari 10% populasi masyarakat. Pada suatu penelitian disebutkan, pemberian garam beriodium pada daerah yang endemis endemic goiter dapat menurunkan angka kejadian kanker tiroid sehingga diduga memang ada hubungan antara endemic goiter dengan kanker tiroid.

Jenis Kanker Tiroid
1. Karsinoma Tiroid Papiliferum
Umumnya jenis ini tumbuh lambat. Biasanya terdapat pada usia kurang dari 40 tahun. Merupakan golongan terbesar dari kanker tiroid. Tumor dapat menyebar melalui sistem getah bening sampai ke paru dan tulang, juga bisa menyebar ke saluran napas sehingga menimbulkan sesak.

2. Karsinoma Tiroid Folikuler
Jenis kedua terbanyak setelah papiliferum tetapi bersifat lebih ganas. Dapat ditemukan pada semua umur tapi lebih banyak pada usia di atas. Penyebaran terutama melaui sistem pembuluh darah ke tulang, hati, dan paru-paru. Diduga berhubungan dengan keadaan endemic goiter.

3. Karsinoma Tiroid Meduler
Sering ditemukan pada usia 50-60 tahun. Disebut karsinoma solidum karena keras seperti batu. Penyebaran melalui sistem getah bening.

4. Karsinoma Tiroid Anaplastik
Perjalanan penyakit ini cepat dan biasanya fatal. Hanya dalam beberapa minggu/bulan sudah menyebabkan adanya keluhan akibat penekanan dan penyebaran tumor seperti sesak napas dan kesulitan menelan. Secara umum keadaan penderita cepat memburuk dan tumor dengan cepat menyebar jauh. Pada beberapa keadaan jenis ini berasal dari karsinoma papiler yang tidak diobati atau karsinoma papiler yang sudah diobati dengan radiasi.

Kecurigaan adanya proses keganasan (kanker) pada penderita dengan pembesaran kelenjar tiroid adalah :
  • pernah mendapat radiasi
  • laki-laki
  • pembesaran tiroid yang relatif cepat tanpa rasa nyeri
  • benjolan keras, batas tidak jelas, permukaan benjolan tidak rata
  • benjolan menempel dengan jaringan sekitarnya sehingga sulit digerakkan
  • gejala akibat penyebaran tumor pada daerah sekitarnya yakni suara serak, kesulitan menelan, sukar bernapas/sesak napas
  • terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada leher
Pemeriksaan kadar tiroglobulin serum untuk kegansan tiroid cukup sensitif tetapi tidak spesifik karena peningkatan kadar tiroglobulin juga ditemukan pada tiroiditis, penyakit Grave’s dan adenoma tiroid. Pemeriksaan kadar tiroglobulin sangat baik untuk monitor kekambuhan karsinoma tiroid sesudah mendapatkan terapi. Pada pasien dengan riwayat keluarga karsinoma tiroid medulare, tes genetik dan pemeriksaan kadar kalsitonan perlu dikerjakan. Bila tidak ada kecurigan kea rah karsinoma tiroid medulare atau neoplasia endokrin multiple, pemeriksaan kadar kalsitonin tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin.

Pengobatan pilihan untuk kanker tiroid adalah dengan pembedahan yang umumnya berupa tiroidektomi total (pengangkatan kelenjar tiroid secara keseluruhan) Terapi dengan radiasi diberikan pada keadaan tumor yang tidak dapat dioperasi lagi atau setelah operasi masih tersisa jaringan tumor. Radiasi juga diberikan pada keadaan ketika sudah terdapat penyebaran kanker ke tulang, paru, dan organ lainnya serta pada jenis anaplastik. Kemoterapi tidak banyak berperan dan hanya diberikan pada jenis anaplastik setelah terapi radiasi.

Khusus mengenai endemic goiter yang disebabkan kekurangan asupan iodium, bila masih dalam tahap awal biasanya tidak memerlukan pembedahan. Akan tetapi biasanya pasien datang sudah dalam keadaan lanjut dimana benjolan pada leher sudah mengganggu secara kosmetik dan mekanik (menekan daerah sekitanya) sehingga sudah saatnya dilakukan pembedahan.

Akibat kelainan pada kelenjar tiroid dapat muncul berbagai komplikasi pada organ tubuh, misalnya gangguan menelan atau bernafas. Selain itu muncul gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga yang paling parah adalah penyakit jantung kongestif yaitu keadaan ketika jantung tidak kuat lagi memompa darah ke seluruh tubuh. Dampak lain akibat gangguan hormon tiroid adalah osteoporosis (pengeroposan tulang). Hormon tiroid yang berlebihan dapat meningkatkan proses penyerapan tulang, akibatnya tulang menjadi keropos dan mudah patah. Kondisi yang perlu penanganan segera pada penderita gangguan tiroid adalah krisis tirotoksikosis. Akibat terjadinya peningkatan berlebihan hormon, maka akan muncul gangguan pada organ penting seperti jantung, otak, dan organ lain. Kondisi ini dapat mengancam nyawa dan perlu mendapatkan pengobatan segera.

Pengobatan kelainan tiroid tergantung pada jenis kelainan yang terjadi. Jika kelainannya jinak dan tidak mengganggu mungkin hanya perlu diobservasi saja. Jika kelainannya disebabkan kekurangan yodium maka diberikan yodium sesuai kebutuhan. Peningkatan kadar hormon tiroid berlebihan perlu mendapatkan terapi untuk menurunkannya. Biasanya penderita mendapat obat levotiroksin. Efek samping pengobatannya bisa terjadi gangguan jantung dan tulang. Oleh karena itu obat tersebut tidak direkomendasikan pada usia lanjut.

Pemberian radioaltif iodine dilakukan pada penderita akibat fungsi berlebihan kelenjar tiroid. Setelah masuk ke dalam tubuh, selanjutnya zat radioaktif tersebut diserap. Hal ini akan mengakibatkan nodul mengecil dan gejala hipertiroid berkurang. Selain menggunakan radioaktif, pengurangan besar nodul juga dapat dilakukan dengan terapi menggunakan alkohol.

Pada umumnya bila tidak ada kontraindikasi, sebagian besar pembesaran kelenjar gondok akan delakukan operasi sebagai terapinya, kecuali bila pembesaran tersebut diakibatkan oleh keadaan kelebihan hormon tiroid (hipertiroid). Jika pasien sudah berada pada stadium lanjut keganasan tiroid maka operasi dilakukan hanya untuk mengurangi gejala. Risiko operasi adalah cedera pada saraf yang mengontrol suara atau kerusakan pada kelenjar paratiroid. Setelah operasi mungkin saja penderita harus minum obat  hormonal selama beberapa waktu untuk mengganti fungsi hormon tiroid. Pada kasus keganasan, obat itu diberikan selama terus-menerus untuk mencegah terjadinya kekambuhan setelah operasi.

Untuk menentukan apakah suatu nodul tiroid itu ada indikasi bedahnya atau tidak, maka dapat melihat beberapa aspek berikut ;
  • Adanya kecurigaan tumor tersebut ganas atau karsinoma
  • Adanya gejala klinis yang jelas
  • Kegagalan terapi dengan obat
  • Adanya keluhan kosmetik
Fungsi dari terapi dengan obat (medikamentosa) adalah untuk mengembalikan kondisi eutiroid (kadar hormon tiroid normal). Terapi tersebut diharapkan dapat dicapai dalam waktu enam minggu. Sekitar 80-90% penderita tirotoksitosis dapat disembuhkan hanya dengan pengobatan medikamentosa yang benar.

Pengobatan kelainan tiroid yang jinak selain dengan menggunakan terapi medikamentosa juga dapat dilakukan dengan pembedahan berupa lobektomi atau isthmolobektomi. Terkadang pembedahan ini dilakukan dengan mengangkat hampir sebagian besar kelenjar tiroid bahkan bias sampai keseluruhan apabila seluruh jaringan tiroid sudah berubah menjadi tumor atau jaringan patologis. Setelah tindakan pembedahan pengangkatan tiroid secara total, maka pasien akan diberikan terapi hormon tiroid. Hal ini penting untuk mengatasi penurunan jumlah tiroid yang dihasilkan.

Bagi kasus-kasus yang terbukti ganas, pembedahan dapat dilanjutkan dengan terapi sinar (radioterapi). Jenis pembedahan yang dilakukan tergantung dari ekstensi tumor. Seperti halnya tindakan medis yang lain, pembedahan tiroid berpotensi menimbulkan komplikasi sebagai berikut ;
  • Suara serak atau kehilangan suara karena terjadi edema (pembengkakkan) pita suara akibat balon NTT (NasoTracheal Tube), atau saat mencabut NTT lupa tidak dikempeskan balonnya. Hal lain yang dapat menyebabkannya adalah trauma atau terputusnya saraf laringeus inferior yang mempersarafi pita suara. Jika kerusakan terjadi bilateral (kiri dan kanan) maka suara jadi hilang bahkan mungkin sampai tidak bias bernapas akibat kelumpuhan pita suara.
  • Terangkatnya kelenjar paratiroid yang dapat mengakibatkan gangguan metabolisme kalsium. Akibatnya bias terjadi hipokalsemia dengan gejala mulai dari kesemutan daerah wajah sampai kejang.
  • Trakeomalasia (kelemahan dinding saluran tenggorok) yang dapat menyebabkan sumbatan jalan napas. Hal ini dapat diakibatkan oleh penyebaran tumor ke tenggorokan atau akibat trauma operasi.
  • Perdarahan yang terjadi di daerah leher karena area ini kaya vaskularisasi (banyak dilintasi pembuluh darah).
  • Kemungkinan infeksi dan gangguan penyembuhan luka.
Pada saat ini, untuk menghindari resiko-resiko yang terjadi pada operasi besar maka dikembangkan teknik laparoskopi. Dengan menggunakan kamera kecil yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh, teknik operasi laparoskopi tidak lagi membutuhkan luka sayatan yang besar. Cukup dengan luka sebesar 0,5 cm untuk memasukkan alat, dokter ahli bedah sudah dapat melakukan operasi. Teknik operasi ini sudah dapat digunakan untuk operasi usus buntu, batu kandung empedu, dan operasi hernia.

Operasi kelenjar tiroid dengan invasi menggunakan teknik laparoskopi dikenal sebagai MIVAT (Endoscopic minimalliy invasive video-assisted thyroidectomy) telah diperkenalkan di beberapa Negara terutama Eropa dan Asia. Awalnya dimulai pada tahun 1988 di Eropa untuk mengangkat kelenjar paratiroid dengan menggunakan alat endoskopi dan pisau yang kecil (harmonic scapel). Sekarang teknik untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar sudah dapat dilakukan di dalam negeri, salah satunya di RS Awalbros Batam.

Tidak semua pembesaran kelenjar gondok dapat diatasi dengan metode ini. Salah satu syarat untuk dapat dilakukan dengan teknik ini bila ukuran benjolan kurang dari 5 cm. Pasien dengan pembesaran di kedua kelenjar gondok (bilateral) dapat dilakukan melalui sisi yang sama untuk pengangkatan keduanya atau melalui sisi yang berbeda sesuai dengan kemampuan operator.

Beberapa keuntungan teknik operasi jenis ini diantaranya :
  • Luka sayatan yang relatif kecil memberikan keuntungan bekas operasi secara kosmetik lebih baik dan tidak terdapat bekas sayatan yang lebar di daerah leher.
  • Rasa nyeri yang lebih sedikit dibandingkan bila dilakukan sayatan di daerah leher.
  • Komplikasi operasi juga dapat dihindari. Salah satu yang dikhawatirkan akibat operasi mengatasi pembesaran kelenjar tiroid adalah cedera pada saraf rekuren laring.
  • Karena luka kecil, waktu perawatan juga berkurang, hanya sekitar 1-2 hari setelah operasi.
Apabila setelah dilakukan pengambilan jaringan kemudian diketahui bahwa tumor yang didapatkan ganas maka operasi tetap dilanjutkan dengan teknik konvesional. Artinya dilakukan operasi dengan luka sayatan untuk mengangkat sisa kelenjar yang masih ada karena teknik ini tidak dapat melakukan tindakan tersebut.

Adanya teknik terbaru ini diharapkan dapat menjadi pilihan bagi para penderita kasus pembesaran kelenjar gondok pada taraf dini. Seringkali pasien dihadapkan pada pilihan sulit, memiliki bekas luka operasi yang cukup besar di leher bagian depan. Bagi pasien wanita, menjadi kekhawatiran sebelum operasi dilakukan, terutama bila ia memiliki kecenderungan timbulnya keloid (bekas luka menjadi sangat terlihat). Kekhawatiran inilah yang acapkali membuat pasien membatalkan operasi dan beralih ke pengobatan lain.

Pada kondisi tertentu, kelenjar tiroid dapat mengalami kelainan berupa pembesaran kelenjar. Satu dari sepuluh manusia di dunia ini mengalami kelainan tersebut namun tidak semua penderita merasakan keluhan yang berarti. Bagi mereka yang mengalami kelainan ini, tidak perlu khawatir berlebihan namun jangan pula menyepelekan. Umumnya pasien akan datang ke dokter jika benjolan ini sudah sangat besar. Benjolan ini dikenal dalam istilah kedokteran sebagai struma (nodul tiroid) dan masyarakat lebih mengenalnya sebagai penyakit gondok. Pembesaran kelenjar tiroid ini sangat bervariasi, dari tidak terlihat sampai besar sekali.

Sebagian besar benjolan yang terjadi merupakan gangguan bersifat jinak dan dalam frekuensi yang lebih kecil berupa kelainan bersifat ganas. Belum diketahui secara pasti mengapa dapat terbentuk benjolan/nodul. Namun ada 3 faktor utama yang dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid seperti kekurangan asupan yodium, faktor genetik, dan proses autoimun. Selain itu ada penyebab lain yang dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok ini diantaranya kista, infeksi, kelainan hormon, dan tumor (jinak atau ganas).

Secara keseluruhan struma lebih sering terdapat pada wanita daripada pria. Jenis struma yang dapat terjadi di daerah tiroid yaitu :
  • Nodul koloid merupakan jenis benjolan yang paling sering terjadi yang berasal dari jaringan tiroid yang normal dan dapat muncul sebagai satu nodul atau lebih. Meskipun dapat bertambah besar, nodul jenis ini tidak menyebar ke daerah di luar kelenjar tiroid. Selain jenis nodul koloid, jenis jinak yang lain adalah adenoma folikular.
  • Kista tiroid merupakan jenis nodul yang terisi oleh cairan seluruhnya. Namun ada juga jenis kista tiroid yang berisi gabungan antara cairan dengan komponen yang solid dan dikenal sebagai kista kompleks. Biasanya kista yang terdiri dari cairan bersifat jinak sedangkan jenis kista kompleks cenderung ke arah ganas.
  • Nodul inflamasi terjadi akibat proses radang yang lama (kronik) pada kelenjar tiroid. Biasanya tidak nyeri namun ada juga jenis yang menimbulkan nyeri yang disebut subakut tiroiditis. Nodul jenis itu juga dapat timbul setelah melahirkan (postpartum tiroiditis).
  • Kanker tiroid merupakan jenis struma yang belum diketahui penyebabnya namun diduga karena faktor radiasi atau paparan zat berbahaya lainnya pada tubuh. Pada umumnya benjolan berukuran besar, terasa nyeri dan tidak nyaman. Gejala lain yang dapat timbul berkaitan dengan penyebarannya seperti sulit menelan, suara serak, dan sesak napas. Meskipun demikian, benjolan yang kecil bukan berarti terbebas dari kemungkinan kanker dan perlu dilakukan pemeriksaan jaringan untuk mengetahui hal ini. Penderita kanker tiroid berada dalam kisaran usia 20-40 tahun. Mereka yang memiliki riwayat keluarga pernah menderita kanker tiroid, memiliki risiko yang lebih besar.
  • Nodul yang terjadi akibat fungsi berlebihan kelenjar tiroid disebut juga dengan toksik adenoma. Fungsi berlebihan itu mengakibatkan produksi hormone tiroksin meningkat sehingga metabolisme tubuh juga meningkat.
  • Nodul yang muncul pada kondisi tiroid normal dan belum diketahui penyebabnya, biasanya bersifat jinak dan tidak mengakibatkan keganasan.
Pembagian struma dapat terdiri dari struma non-toksik difusa, struma non-toksik nodusa, struma toksik difusa, dan struma toksik nodusa. Istilah toksik dan nontoksik merujuk adanya perubahan dari segi fungsi fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid (aktif menghasilkan hormone tiroid sehingga berlebihan) dan hipotiroid (produksi hormone tiroid kurang). Sedangkan istilah nodusa dan difusa lebih kepada bentuk pembesaran kelenjarnya.

Struma Nodusa (toksik dan non-toksik)
Struma nodusa ditandai dengan membesarnya sebagian dari kelenjar tiroid. Pembesaran tersebut ditandai dengan benjolan di leher yang bergerak pada saat menelan, bisa tunggal atau lebih. Dari segi fisiologisnya, nodusa terbagi atas toksik dan non-toksik. Dinamakan nodusa toksik bila kelenjar aktif menghasilkan hormon tiroid sehingga produksinya berlebihan. Sebaliknya bila kelenjar tiroid tidak aktif menghasilkan hormon tiroid disebut dengan nodusa non-toksik. Jenis nodusa-non toksik paling banyak ditemukan di Indonesia

Walau sebagian struma nodusa tidak mengganggu pernapasan karena menonjol ke depan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trachea (batang tenggorokan) jika pembesarannya ke samping. Sayangnya kelainan ini sering tidak disertai keluhan sehingga pasien umumnya dating saat nodul sudah begitu membesar dan mungkin menjadi ganas. Diperlukan pendeteksian lebih cermat guna mengetahui jenis toksik/non-toksiknya sekaligus untuk menentukan ganas tidaknya struma tersebut. Ini penting dilakukan untuk menentukan teknik pengobatan apa yang akan diambil. Pada struma nodusa ganas, terapi tidak cukup dengan pemberian obat atau operasi seperti halnya pada pengobatan struma nodusa jinak. Mungkin juga diperlukan tindakan operasi beserta radiasi yang dilakukan setelahnya untuk memastikan semua sel ganas sudah mati agar tidak terjadi kekambuhan.

Struma nodusa jinak bukannya tanpa risiko, meski tidak terlalu mengganggu namun suatu saat harus dilakukan evaluasi apakah bias menjadi ganas atau tidak. Beberapa struma jinak memang mungkin menjadi ganas bila tidak dipantau.

Struma Difusa (Toksik dan Non-Toksik)
Bila pada struma nodusa benjolannya terlokalisir, maka pada struma difusa seluruh kelenjar gondok dapat mengalami pembesaran (seakan terjadi pembesaran leher). Struma difusa toksik merupakan kelainan nomor dua yang paling sering ditemukan di Indonesia. Pada individu yang lebih muda, gejala yang umumnya terlihat adalah jantung berdebar-debar dengan denyut jantung cepat sekali, gemetaran, keluar keringat dingin banyak, sering buangair besar, dan badan kurus meski banyak makan.

Bila bergejala, maka perlu diberikan terapi secara bertahap. Tahap pertama terapi bertujuan untuk secepat mungkin mengembalikan hormon tiroid menjadi normal. Selanjutnya setelah hormon normal, pengobatan ditujukan untuk mencegah dan mengembalikan siklus hormonnya. Kemudian dilanjutkan terapi mencegah kekambuhan.

Pemeriksaan
Untuk menentukan jenis kelainan yang terjadi, apakah termasuk golongan jinak atau ganas, terdapat berbagai pemeriksaan yang dapat dilakukan. Pemeriksaan ini meliputi anamnesis (wawancara), pemeriksan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan pencitraan (USG dan CT-scan), dan biopsi (BAJAH/FNAB).

Anamnesis
Pada pemeriksaan ini terdapat 3 hal utama yang dieksplorasi yaitu :
  1. Adakah gangguan fungsi kelenjar tiroid
  2. Adakah kecurigaan proses keganasan
  3. Bagaimana kecepatan pertumbuhan nodul tiroid tersebut.
Pada anamnesa awal, harus diketahui apakah ada gejala-gejala toksik atau tidak. Gejala toksik ditandai dengan berdebar, gemetar (tremor), banyak keringat, lekas lelah, sukar tidur, emosi yang labil, rambut rontok dan berat badan menurun. Selain itu kadang diikuti oleh buang air besar (diare). Pada nodul non-toksik biasanya tidak ada keluhan kosmetik (kekhawatiran akan timbuknya keganasan) atau mekanik penekanan di daerah leher.

Kecurigaan adanya proses keganasan secara klinis pada penderita struma nodusa (nodul tiroid) apabila ditemukan adanya :
  • Riwayat pernah terpapar radiasi
  • Pembesaran nodul tiroid yang relatif cepat tanpa rasa nyeri
  • Nodul yang keras
  • Adanya gejala-gejala seperti suara serak, penekanan pada tenggorokan dan kerongkongan, dan sukar bernapas
  • Foto leher menunjukkan adanya perkapuran atau kalsifikasi di dalam jaringan tiroid
  • Adanya pembesaran kelenjar getah bening leher yang menyertai nodul tiroid
  • Adanya tanda metastasis (penyebaran sel kanker) di paru pada roentgen dada yang menyertai nodul tiroid.
  • Adanya perdarahan di dalam nodul atau disertai kelainan tiroiditis akut/subakut.
Pemeriksaan Fisik
Dokter akan mengawali pemeriksaan secara fisik dengan memeriksa benjolan tersebut. Penderita diminta menelan ludah. Jika benjolan terdapat pada tiroid maka akan ikut bergerak naik, jika benjolan berada di tempat lain maka tidak akan ikut bergerak. Tanda lainnya ialah konsistensi nodul keras dan melekat ke jaringan sekitar, serta terdapat pembesaran kelenjar getah bening di leher. Pada tiroiditis , jaringan di sekitar nodul terasa nyeri dan kadang kala berfluktuasi karena adanya abses/pus, sedangkan jenis nodul tiroid lainnya biasanya tidak memberikan kelainan fisik kecuali benjolan di leher.

Untuk memudahkan pendekatan diagnostik, berikut ini merupakan kumpulan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang mengarah pada nodul tiroid jinak tanpa menghilangkan kemungkinan adanya keganasan yaitu :
  • Riwayat keluarga dengan tiroiditis Hashimoto atau penyakit tiroid autoimun
  • Riwayat keluarga dengan nodul tiroid jinak atau goiter
  • Gejala hipotiroidisme atau hipertiroidisme
  • Nyeri dan kencang pada nodul
  • Lunak, rata, dan tidak terfiksir
  • Multinodular tanpa nodul dominant dan konsistensi sama

Kumpulan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang meningkatkan kecurigaan ke arah keganasan tiroid yaitu :
  • Usia kurang 20 tahun atau lebih dari 70 tahun mempunyai prevalensi tinggi keganasan pada nodul yang teraba.
  • Nodul pada pria mempunyai kemungkinan 2 kali lebih tinggi menjadi ganas dari wanita
  • Keluhan disfagia dan suara serak
  • Riwayat radiasi pengion pada saat kanak-kanak
  • Padat, keras, tidak rata dan terfiksir
  • Limfadenopati servikal
  • Riwayat keganasan tiroid sebelumnya

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kelainan kadar hormon tiroksin (T4), triiodotironin (T3), dan tiroid-stimulating hormone (TSH). Umumnya pada kelainan nodul tiroid non-toksik, hasil pemeriksaan hormone tiroid T3-T4 adalah normal tapi kadang disertai dengan kadar TSH yang relative tinggi. Hal tersebut menunjukkan gambaran hipotiroid yang bersifat relative dan biasanya ditemukan untuk endemik Goiter. Pada hipertiroid, ditemukan kadar TSH yang rendah serta peningkatan T3 dan T4.

Pada keganasan tiroid, umumnya fungsi tiroid tetap normal. Meski begitu, abnormalitas fungsi tiroid baik hiper/hipotiroid tidak dengan sendirinya menghilangkan kemungkinan keganasan. Pemeriksaan kadar antibodi anti tiroid peroksidase dan antibodi anti-tiroglobulin penting untuk diagnosis tiroiditis kronik Hashimoto terutama bila disertai peningkatan kadar TSH. Antibodi itu positif terdapat pada hampir 85% penderita penyakit Hashimoto.

Harga pemeriksaan ini relatif mahal sehingga dokter tidak akan memeriksa jika tidak terdapat indikasi. Peninggian atau penurunan kadar hormon tersebut mengindikasikan adanya kelainan pada tiroid atau pada organ yang mengontrol tiroid. Pemeriksaan laboratorium tidak dapat menentukan kelainan yang terjadi berupa keganasan atau kelainan jinak.

Pemeriksaan Pencitraan
Pencitraan pada nodul tiroid tidak dapat menentukan jinak atau ganas tetapi dapat membantu mengarahkan dugaan nodul tiroid tersebut cenderung jinak atau ganas. Modalitas pencitraan yang sering digunakan pada nodul tiroid ialah sidik (scanning) tiroid dan USG. Pemeriksaan ini juga diperlukan untuk membantu penentuan tindakan operasi jika diperlukan.

Modalitas pencitraan lain seperti computed tomographic scanning (CT-Scan) dan MRI tidak dianjurkan pada evaluasi awal nodul tiroid karena selain tidak memberikan keterangan berarti untuk diagnosis, selain itu biaya yang dikeluarkan juga akan sangat mahal. CT-scan dan MRI diperlukan bila ingin mengetahui perluasan struma substernal (di bawah tulang rusuk) atau terdapat kompresi trachea (penekanan pada tenggorokan).

Untuk menentukan isi nodul berupa cairan atau padat maka dapat digunakan ultrasonography (USG). Selain itu digunakan untuk membedakan antara nodul solid dan kistik. Bila hasil USG memberikan gambaran solid (padat) maka selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan scanning tiroid. Gambaran USG pada nodul tiroid dapat bervariasi, mulai dari gambaran kista murni dengan dinding tipis sampai kista bersepta (bersekat) yang tumbuh secara papilifier (tumor berjonjot) dan berdinding tebal ataupun gambaran nodul padat, yang semuanya memiliki makna berbeda.

Pemeriksaan scan tiroid dilakukan untuk membantu menentukan diagnosis. Penderita disuntikkan zar radioaktif kemudian dievaluasi di daerah mana zat radioaktif tersebut diserap. Pada kelainan tiroid, biasanya terjadi penyerapan zat radioaktif dan pengeluaran hormone berlebihan yang tampak pada pemeriksaan berupa “hot nodule”. Bentuk lain adalah “warm nodule” yang berarti fungsi tiroid normal sedangkan jika terjadi kerusakan maka terbentuk “cold nodule”. Pada hot nodule biasanya terjadi kelainan jinak. Kelainan ganas dapat bermanifestasi sebagai warm nodule atau cold nodule.

Pemeriksaan scan tiroid tidak dapat menggantikan pemeriksaan histopatologis (mikroskopis) untuk menegakkan diagnosis pasti. Pemeriksaan scanning dapat memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk, dan besar kelenjar tiroid.

Pemeriksaan Biopsi
Pemeriksaan biopsi jaringan dilakukan jika masih belum dapat ditentukan diagnosis, jenis kelainan jinak atau ganas. Pemeriksaan patologi anatomi merupakan standar baku untuk sel tiroid dan memiliki nilai akurasi paling tinggi. Setelah diambil contoh jaringan, dilakukan pemeriksaan menggunakan mikroskop sehingga dapat ditentukan dengan pasti jenis sel yang ada. Pemeriksaan biopsi dapat menggunakan jarum saja, atau dilakukan operasi untuk mengambil contoh jaringan yang lebih besar untuk lebih memastikan diagnosis.

Terkadang sulit mendapat jaringan tumor yang memadai oleh karena itu pengerjaan teknik Biopsi Aspirasi dengan Jarum Halus (BAJAH/FNAB) harus dilakukan oleh operator yang sudah berpengalaman. Di tangan operator yang terampil, BAJAH dapat menjadi metode yang efektif untuk membedakan jinak atau ganas pada nodul soliter atau nodul dominan dalam struma multinodular. BAJAH mempunyai sensitivitas sebesar 83% dan spesifitas 92%. Bila BAJAH dikerjakan dengan baik maka akan menghasilkan angka negatif palsu kurang dari 5% dan angka positif palsu hampir mendekati 1%.

Hasil BAJAH dibagi menjadi 4 kategori yaitu jinak, mencurigakan (termasuk adenoma folikular, Hurtle dan gambaran sugestif tapi tidak konklusif  seperti karsinoma papilar tiroid), ganas (termasuk karsinoma papilare, anaplastik dan metastasis) dan tidak adekuat.

Terapi Supresi Tiroksin
Salah satu cara meminimalisasi hasil negatif palsu pada BAJAH ialah dengan terapi supresi TSH dengan tiroksin. Rasionalisasi supresi TSH berdasarkan bukti bahwa TSH merupakan stimulator kuat untuk fungsi tiroid dan pertumbuhannya. Cara ini diharapkan dapat memisahkan nodul yang memberikan respon dan tidak. Pada kelompok nodul yang tidak memberikan respon maka kemungkinan untuk menjadi ganas menjadi lebih besar. Tetapi dengan adanya reseptor TSH di sel-sel karsinoma tiroid maka terapi ini juga akan memberikan pengecilan nodul.

Ini terbukti dari 13-15% pasien karsinoma tiroid mengecil dengan terapi supresi. Oleh karena itu tidak ada atau adanya respon terhadap supresi TSH tidak dengan sendirinya secara pasti menyingkirkan keganasan.

Tiroiditis berasal dari kata tiroid yaitu kelenjar tiroid sedangkan –itis menandakan adanya proses peradangan (inflamasi) dengan beragam penyebab. Bila dilihat dari aspek waktu kejadian maka tiroiditis dibagi menjadi tiroiditis akut (muncul mendadak atau durasi penyakit singkat), tiroiditis subakut (antara akut dan kronik) dan tiroiditis kronik (durasi penyakit lama).

Berdasarkan penyebabnya, tiroiditis dibagi menjadi tiroiditis karena infeksi, tiroiditis autoimun, tiroiditis pasca persalinan, tiroiditis karena obat-obatan dan tiroiditis Riedel. Berdasarkan ada atau tidaknya nyeri, dibagi menjadi tiroiditis dengan nyeri dan tiroiditis tanpa nyeri. Tiroiditis yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto dan tiroiditis postpartum (timbul setelah melahirkan).

Tiroiditis Hashimoto adalah tiroiditis yang disebabkan oleh proses autoimun dan berdasarkan waktu kejadian termasuk tiroiditis kronik. Tiroiditis postpartum juga disebabkan oleh proses autoimun tapi termasuk tiroiditis subakut tanpa nyeri. Jika jaringan tiroid yang mengalami tiroiditis diperiksa dibawah mikroskop maka akan tampak gambaran peradangan berupa infiltrasi sel-sel limfosit.

Untuk tiroiditis Hashimoto, gambaran klinis awalnya didahului dengan gejala-gejala hipertiroid (kadar hormone tiroid meningkat) lalu normal (eutoroid) dan akhirnya berubah menjadi hipotiroid (kadar hormone menurun) berkepanjangan. Untuk tiroiditis postpartum, gambaran klinisnya diawali dengan hipertiroid lalu hipotiroid dan berakhir menjadi normal.

Sebagian besar tiroiditis disebabkan oleh autoimun tetapi ada pula tiroiditis yang tidak diketahui penyebabnya yaitu tiroiditis Riedel. Pada tiroiditis ini kelenjar tiroid mengalami fibrosis (pembentukan jaringan parut) sehingga teraba keras seperti papan tapi tidak nyeri. Tiroiditis karena infeksi sudah jelas penyebabnya karena kuman, bias bakteri, jamur atau virus. Tiroiditis karena infeksi ini biasanya ditemukan pada pasien-pasien yang mengalami imunokompromais (system kekebalan tubuh yang lemah) dan jarang sekali orang normal mengalami infeksi pada kelenjar tiroid.

Kelenjar tiroid termasuk organ yang sulit terkena infeksi karena memiliki kapsul pelindung yang sulit ditembus oleh kuman, kelenjar tiroid juga banyak mengandung iodine dan juga dialiri oleh banyak pembuluh darah (vaskularisasi baik) sehingga sulit ditumbuhi oleh kuman.

Gejala umum dari tiroiditis sangat bervariasi serta polanya tergantung dari jenis tiroiditisnya. Semua jenis tiroiditis yang aktif memiliki gambaran radang, namun ada yang mengalami nyeri dan ada yang tidak. Biasanya pasien dating dengan keluhan pembesaran kelenjar tiroid, untuk tiroiditis Hashimoto dan postpartum gejala awal yang timbul merupakan gejala hipertiroid yang ringan. Gejala itu berupa jantung terasa berbdebar, sulit tidur, banyak keringat dan berat badan menurun. Sedangkan gejala local yang dirasakan pada kelenjar tiroid dan sekitar leher adalah rasa nyeri (bagi sebagian orang), sulit menelan, leher terasa tertekan, tegang pada leher bagian depan dan kadang terganggu jalan nafasnya.

Karena sebagian besar tiroiditis disebabkan oleh proses autoimun maka sulit diketahui persis penyebabnya yang berakibat susah untuk mengobatinya kecuali untuk mengobati gejalanya saja. Jadi pengobatan tiroiditis bersifat simptomatik yaitu untuk mengatasi keluhan. Jika dating dengan rasa nyeri maka pengobatannya adalah dengan memberikan obat anti nyeri atau anti radang.

Untuk tiroiditis Hashimoto yang akhirnya menjadi hipotiroid maka pengobatannya adalah dengan memberikan hormone tiroid sesuai kebutuhannya. Untuk tiroiditis postpartum biasanya pasien dapat kembali normal dalam waktu 6-8 bulan dengan sendirinya tanpa perlu dilakukan tindakan atau pengobatan khusus. Untuk tiroiditis Riedel karena bentuknya keras dan mempunyai efek desak ruang, susah menelan, tidak nyaman, tegang, terganggu napasnya, maka disarankan untuk menjalani operasi pembuangan sebagian jaringan tiroid. Selain itu ada modalitas terapi lain yang bias dilakukan yaitu pemberian obat-obatan seperti glukokortikoid, metotrexat, dan tamoxifen yang biasanya berhasil pada fase-fase awal.

Kasus tiroiditis paling banyak ditemukan pada usia sekitar 30-50 tahun dengan penderita lebih banyak ditemukan pada kaum perempuan. Penyakit tiroiditis dipastikan dengan pemeriksaan antibodi Tiroid Piroksidase (anti-TPO) yang positif pada 90-95% kasus. Pada tiroiditis infeksi, frekuensi penderita pria dan wanita sama.

Hipotiroid adalah gangguan tiroid yang paling banyak ditemui. Paling sering mengenai wanita, meningkat sesuai usia, dan lebih berisiko jika ada anggota keluarga yang terkena penyakit tersebut. Penyakit ini juga dapat muncul sejak lahir jika kelenjar tiroid tidak berkembang dengan baik, misalnya bayi lahir tanpa tiroid, bayi lahir dengan tiroid yang hanya terbentuk sebagian, atau bayi yang lahir dengan tiroid berada di tempat yang salah (tiroid ektopik).

Pada orang dewasa, hipotiroid yang tidak diobati menyebabkan kondisi fisik dan mental yang buruk serta mengakibatkan tingginya kadar kolesterol darah yang menjadi faktor resiko penyakit jantung. Pembesaran tiroid dapat mengganggu fungsi menelan atau bernafas. Pada hipotiroid berat yang tidak diobati dapat mengancam nyawa penderita.

Pada orang dewasa, penyebab utama hipotiroid adalah gangguan autoimun yang menyebabkan hormon yang dihasilkan tiroid tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Kelainan tersebut dinamakan penyakit Hashimoto, dengan adanya keluhan khas pembesaran tiroid dan kesulitan menelan. Hipotiroid juga dapat disebakan oleh terapi dengan iodium radioaktif atau pembedahan kelenjar tiroid sebagai terapi hipertiroid.

Gangguan kelenjar hipofisis seperti tumor merupakan penyebab yang jarang ditemui. Jika terjadi gangguan pada hipofisis dan produksi hormon TSH berkurang, hormon tiroid tidak akan dihasilkan walaupun bahan bakunya ada dan cukup. Penyebab lain adalah obat-obatan seperti amiodaron, litium, interferon alfa, dan interleukin-2 dapat mencegah kelenjar tiroid memproduksi hormon secara normal. Obat-obat tersebut memicu hipotiroid pada pasien yang memiliki kecenderungan penyakit tiroid autoimun.

Gejala yang dapat terjadi diantaranya mudah lelah, mudah lupa dan depresi, merasa dingin, denyut jantung melemah/berkurang, badan gemuk, dan pendiam. Selain itu dapat pula ditemukan gejala lambat dalam bereaksi, reflek dan gerakannya ; tidak terlalu terlihat berkeringat, kulit dan rambut kering, susah buang air besar, haid tidak teratur.

Diagnosis hipotiroid dilakukan melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan darah. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah riwayat penyakit keluarga seperti penyakit tiroid, kelainan kulit vitiligo, juga diabetes. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengukur kadar TSH dan FT4 (free T4) pasien. Di antara dua pemeriksaan darah tersebut, TSH adalah yang terpenting. Jika TSH lebih dari normal dan FT4 kurang dari normal, diagnosis hipotiroid dapat dipastikan. Jika penyebab hipotiroid adalah penyakit Hashimoto, antibodi yang menyerang tiroid juga dapat diukur dari darah.

Yang perlu mendapat perhatian adalah diagnosis hipotiroid pada kehamilan. Hal itu penting untuk memastikan kesehatan bayi yang akan lahir. Pemeriksaan rutin untuk semua bayi baru lahir perlu untuk mengidentifikasi hipotiroid. Bayi usia satu dan dua bulan yang kurang lincah, banyak diam, dan jarang menangis dapat dicurigai hipotiroid. Jika tidak diobati, anak dapat mengalami keterlambatan mental dan gagal tumbuh normal atau pendek.

Hipotiroid diobati dengan hormon tiroid. Levotiroksin adalah pilihan obatnya, diminum satu kali sehari. Obat tersebut merupakan T4 sintetis buatan laboratorium yang sama dengan yang dibuat oleh kelenjar tiroid aslinya. Hormon pengganti tiroid biasanya digunakan seumur hidup. Dosis pasien akan ditentukan dari kadar TSH darah.

Dosis hormon tiroid yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan hilangnya massa tulang (keropos), fungsi jantung tidak normal dan denyut jantung abnormal. Dosis yang terlalu rendah tidak akan mengurangi gejala. Pemantauan dilakukan setiap empat sampai enam minggu. Penentuan dosis perlu selama hamil dan dapat didiskusikan saat kontrol teratur dengan dokter.

Hipertiroid paling sering terjadi pada wanita berusia antara 20-40 tahun, namun pria juga dapat mengalaminya. Paling sering adalah jenis struma nodosa toksik yang biasa dikatakan penyakit gondok. Gejala dan tanda yang dapat dikenali diantaranya selalu merasa panas walaupun di tempat yang orang lain merasa nyaman, produksi keringat berlebihan walaupun berada di tempat ber-AC, kelemahan otot, tangan gemetar/tremor, denyut jantung cepat/berdebar-debar. Selain itu, pasien juga dapat merasakan kelelahan, berat badan mudah turun, rambut mudah rontok, diare, mudah tersinggung dan gelisah, duduk tak bisa tenang (hiperaktif) serta terdapat masalah pada mata (misalnya peradangan atau rasa tidak nyaman di mata). Awalnya kelebihan hormon tiroid hanya sedikit tapi terus menerus rangsangannya sehingga semakin lama semakin banyak dan gejala bertambah berat. Seringkali pasien tidak menyadari sampai akhirnya ada orang lain yang melihat adanya perubahan dan mengatakannya kepada pasien.

Beberapa pasien hipertiroid mengalami gangguan siklus haid dan kesuburan. Gangguan haid terjadi karena hipertiroid mempengaruhi hormon perempuan sehingga pasien mengalami gangguan ovulasi, tidak haid atau siklus haid memanjang sampai dua bulan. Jika sedang haid, biasanya jumlah darah yang keluar hanya sedikit.

Hipertiroid juga dapat mengganggu kesuburan wanita karena indung telur (ovarium) tidak berkembang. Pasien menjadi sulit hamil, jikapun hamil akan mudah mengalami keguguran sehingga dikatakan susah mendapatkan anak. Namun jika penyakitnya diatasi, kesuburan akan kembali normal.

Penyakit graves adalah penyebab utama hipertiroid, hal tersebut terjadi jika sistem imun menyerang kelenjar tiroid dan menyebabkan pembesaran serta peningkatan produksi tiroid yang terlalu banyak. Ciri khas pasien dengan penyakit Graves adalah peradangan mata dengan pembengkakkan jaringan di sekitar mata yang mengakibatkan penonjolan mata keluar, disebut oftalmopati Graves. Penyakit tersebut ditemukan pertama kali oleh seorang dokter yang bernama Robert Graves.

Penyebab lain hipertiroid termasuk nodul tiroid (benjolan pada kelenjar tiroid yang memproduksi hormon tiroid terlalu banyak), tiroiditis subakut (peradangan kelenjar tiroidnyang menimbulkan rasa nyeri dan disebakan oleh virus), tiroiditis limfositik (peradangan kelenjar tiroid yang tidak disertai rasa nyeri dan disebabkan oleh adanya limfosit, yaitu salah satu jenis sel darah putih, di dalam kelenjar tiroid), tiroiditis postpartum (tiroiditis limfositik yang muncul setelah melahirkan).

Dokter akan melakukan wawancara medis dan pemeriksaan fisik juga meminta pemeriksaan darh pada saat mendiagnosis pasien. Jika TSH dalam darah pasien lebih rendah dari normal dan FT3 dan FT4 pasien lebih tinggi dari normal, maka pasien tersebut positif mengalami hipertiroid.

Untuk menentukan jenis hipertiroid, dokter akan meminta pemeriksaan scanning tiroid untuk mengukur banyaknya jumlah iodium yang diambil oleh tiroid pasien (thyroid scan), melakukan USG tiroid untuk melihat bentuk, jenis dan ukuran, atau melakukan biopsi jarum halus dengan mengambil sedikit cairan dari kelenjar tiroid. Cairan tersebut kemudian akan diperiksa menggunakan mikroskop untuk mengetahui ganas atau tidaknya benjolan tersebut.

Jika tidak diobati, hipertiroid dapat menyebabkan denyut jantung cepat dan tidak teratur, gagal jantung, dan tulang keropos (osteoporosis). Wanita hamil dengan hipertiroid tidak terkontrol beresiko tinggi mengalami keguguran, melahirkan prematur dan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Terapi hipertiroid tergantung penyebab, umur pasien, kondisi fisik pasien, serta beratnya penyakit. Terapi yang tersedia yaitu obat antitiroid. Obat tersebut menurunkan jumlah hormon yang dibuat oleh kelenjar tiroid. Obat yang lebih disukai adalah metimazol. Untuk wanita hamil dan menyusui, prophylthiouracil (PTU) lebih disukai. Obat-obat tersebut hanya mengontrol tetapi tidak menyembuhkan keadaan ini.

Selama pengobatan, pemantauan tetap dilakukan setiap empat sampai enam minggu. Jika dosis berlebihan, obat tersebut dapat menyebabkan jumlah dan fungsi sel darah putih menurun sehingga mudah terkena infeksi walaupun tidak terlalu berat. Pengobatan jangka panjang dapat mengganggu metabolisme tulang sehingga tulang menjadi keropos.

Selain menggunakan obat, terapi hipertiroid dapat dilakukan melalui terapi ablasi. Terapi ini menggunakan iodium radioaktif dan dapat menyembuhkan 80-100% sel tiroid mati, namun biasanya menyebabkan kerusakan tiroid permanen. Setelah ablasi, pasien harus selalu minum obat hormon tiroid selama hidupnya supaya kadar tiroidnya normal.

Jika obat antitiroid atau terapi iodium radioaktif tidak cukup, dapat dilakukan pembedahan tiroid. Pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid merupakan solusi permanen yang tidak disukai karena terdapat resiko kerusakan kelenjar paratiroid yang mengontrol metabolisme kalsium dalam tubuh. Kerusakan paratiroid dapat menyebabkan tulang keropos. Selain kerusakan paratiroid, proses pembedahan juga dapat menyebabkan kerusakan saraf laring/pita suara. Dalam pembedahan, dokter dapat menyisakan sedikit kelenjar tiroidnya supaya tetap dapat memproduksi hormon tiroid.

Penyakit tiroid adalah penyakit ketika kelenjar tiroid menjadi terlalu aktif atau kurang aktif dalam menghasilkan hormon tiroid. Jika hormon yang dihasilkannya lebih dari normal disebut hipertiroid. Sebaliknya apabila tiroid menjadi kurang aktif maka hormon yang dihasilkan tidak mencukupi kebutuhan tubuh dan membuat tubuh mengalami gangguan yang disebut hipotiroid.

Penyebab utama penyakit tiroid adalah proses autoimun yakni sebuah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang dan merusak kelenjar tiroid. Antibodi adalah zat yang dihasilkan tubuh jika ada benda asing masuk ke dalam tubuh misalnya kuman. Pada penyakit tiroid, manifestasinya bisa berupa adanya pembesaran kelenjar tiroid, baik yang hanya berupa benjolan maupun membesar seluruhnya.

Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang berbentuk menyerupai kupu-kupu dan terletak di tengah leher. Pada laki-laki, kelenjar tiroid berada tepat di bawah jakun. Kelenjar ini merupakan salah satu dari kelenjar endokrin terbesar di dalam tubuh manusia. Berat rata-rata kelenjar tersebut pada orang dewasa adalah 60 gram, dan dapat bertambah besar saat kehamilan. Kelenjar tersebut menghasilkan dua hormon tiroid yaitu triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4) yang mengatur tubuh untuk menyimpan dan menggunakan energi (fungsi metabolisme), membuat protein, mempengaruhi pertumbuhan dan fungsi sistem organ lain di dalam tubuh seperti pengaturan denyut jantung, gerakan usus, dan saluran cerna. 

Kerja kelenjar tiroid diatur oleh kelenjar lain yang disebut hipofisis, yang berlokasi di otak. Hipofisis memproduksi hormon perangsang tiroid/Thyroid stimulating hormon (TSH), yang merangsang tiroid memproduksi T3 dan T4. Selain menghasilkan hormone tiroid (T3 dan T4), kelenjar tiroid juga memproduksi kalsitonin, yang berperan dalam mengatur kadar kalsium dalam darah. 

Jika terdeteksi sejak awal maka tingkat kesembuhan penyakit ini baik. Namun karena penyebab dasarnya adalah gangguan autoimun maka penyakit ini sulit dicegah. Kendala dalam pengobatan adalah jika keluhan sudah menghilang maka kebanyakan pasien tidak mau datang untuk kontrol padahal hilangnya keluhan belum berarti sembuh. Jika pasien sudah sembuh dan kontrol teratur, maka akan cenderung sangat jarang kambuhnya.

Jika dokter sudah mendiagnosis penyakit tiroid, pasien jangan kecewa dan putus asa karena berobat secara teratur akan membantu pasien sembuh total. Jika keluhan sudah hilang, jangan berhenti berobat karena itu belum berarti sembuh. Pasien tidak perlu takut, hampir semua penyakit tiroid bisa dikontrol dan benjolan yang besar bisa dioperasi.

Muhammad : 31
"Dan sesungguhnya benar-benar Kami akan menguji kamu, agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kamu dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu."

Al-Hadid : 22-23
"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab Lauh Mahfuzh sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Alloh. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Alloh tidak menyukai setiap orang sombong dan membanggakan diri."

Saat kenyataan tak seirama dengan kehendak, terasa pil pahit yang mau tak mau mesti ditelan. Sekuat apa pun seseorang menolaknya, kekecewaan tetap akan bertumpuk-tumpuk dan berlanjut pada kecemasan karena terbayang kekelaman yang akan menimpanya nanti. Sebagian orang mengatasi perasaan semacam itu (cemas/takut) dengan melakukan mekanisme pertahanan diri (self-defense mechanism). Istilah ini diperkenalkan oleh Freud untuk menunjukkan upaya-upaya mengurangi kecemasan, frustasi, stres, atau konflik, yang dilakukan secara sadar maupun tidak, untuk melindungi diri dari situasi yang tidak mampu ditanggulangi.

Berikut ini adalah 4 contoh self-defense mechanism yang dapat dilihat pada orang-orang di sekitar Anda atau bahkan mungkin Anda sendiri menggunakannya.

Tipe Denial "Saya Baik-Baik Saja" (Padahal Hati Hancur)
Pada kondisi tertentu, seseorang akan sulit mengakui bahwa dia sedang sedih, marah, atau kecewa pada suatu hal. Untuk menutup diri, kata-kata sakti yang sering diucapkan adalah, "saya baik-baik saja kok." Berpura-pura semua baik-baik saja dan menyangkal adanya hal yang tidak menyenangkannya, itulah denial.

Tipe Reaction Formation "Saya Tidak Ingin Mereka Tahu"
Seseorang berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya dan menampilkan ekspresi wajah/tindakan yang berlawanan dengan yang sebenarnya. Dengan cara ini mereka dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi sesuatu/hal yang tidak menyenangkan. Misalnya pada seseorang yang menutupi rasa cinta dengan bersikap datar atau bahkan memusuhi orang yang dicintainya karena takut diketahui perasaannya.

Tipe Proyeksi "Saya Tidak Kok, Dia Kali"
Dalam mekanisme ini, seseorang membalikkan kenyataan dan menyalahkan orang lain atas kesalahan atau kenyataan yang dia miliki. Kalimat yang khas dari tipe ini yaitu, "Tidak kok, saya tidak mencintainya. Dia kali yang cinta saya, saya sih biasa saja." (Bentuk pembalikkan fakta)

Tipe Represif
Dalam mekanisme ini, seseorang akan menekan keinginan/pikiran-pikiran yang membuatnya cemas hingga ke bawah alam sadarnya dan saat melakukannya pun tanpa sadar pula. Misalnya pada orangtua yang memiliki anak dengan vonis penyakit mematikan, selalu menekan perasaan dengan menganggap anaknya baik-baik saja dan tidak mengalami sakit apapun.

Mekanisme pertahanan diri sebetulnya merupakan proses alami dari seseorang demi mempertahankan keseimbangan dan keutuhan mentalnya agar tetap normal. Namun bukan berarti mekanisme tersebut menjadi sebuah pelaziman. Pertahanan diri memang dapat menyelamatkan seseorang dari kecemasan atau sakit namun cara ini menyerap energi begitu besar. Tingginya frekuensi penggunaan mekanisme ini akan bermuara pada bermacam-macam gangguan dan sindrom berupa gelisah, cemas, sedih, sulit tidur, nyeri, disfungsi organ, bahkan bisa membuat orang tersebut tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Yang terparah adalah orang tersebut bisa sampai mengalami gangguan kejiwaan berat seperti skizofrenia.

Lalu mengapa banyak orang yang memilih lari dari kenyataan daripada mengakuinya ? Ada banyak alasan dan pada umumnya bersumber pada perasaan malu, takut atau merasa tidak enak. Takut ditolak, takut dihakimi, takut diremehkan, takut ditinggalkan, takut dipermalukan menjadikan seseorang lebih nyaman untuk bersembunyi. Padahal langkah seperti itu malah menyiksa diri karena terpenjara dalam topeng kepalsuan.

Satu hal yang perlu diingat adalah, apapun yang dilakukan seseorang untuk mengurangi kecemasan dengan mekanisme pertahanan diri, tidak akan bisa mengurangi permasalahan yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, Yakinkanlah bahwa menerima diri sendiri jauh lebih baik daripada harus berada dalam topeng yang hanya bisa dipakai sesaat saja. Berusahalah untuk jujur dan bersyukur. Manusia yang sehat adalah manusia yang memiliki kadar self-defense mechanism rendah.

Masalah tercipta bukanlah untuk dihindari melainkan untuk diselesaikan. Masalah merupakan bagian dari hidup manusia yang tidak akan pernah bisa dihilangkan, dihindari ataupun ditolak kedatangannya. Masalah diciptakan untuk mendewasakan pemikiran seseorang dan meningkatkan kemampuan dirinya bertahan melawan arus kehidupan. Jika seseorang selalu melarikan diri dari masalah maka dia tak kan pernah hidup dalam ketenangan dan akan selalu merepotkan orang-orang yang berhubungan dengan dirinya.

Dari pengalaman pribadi, saya sarankan jika sedang berada dalam masalah besar, hal pertama yang Anda lakukan adalah menertawakan kebodohan diri sendiri. Meski hati gelisah dan takut akan konsekuensi yang dihadapi nanti namun dengan tertawa seperti itu, Anda akan bisa rileks dan siap menyusun serangkaian cara menghadapi setiap kemungkinan buruk yang terjadi. Hal penting yang harus Anda lakukan selanjutnya adalah mendekatkan diri kepada Alloh karena Dialah yang memberikan masalah tersebut dan Dia pula yang memiliki jalan keluarnya. Hal selanjutnya adalah jangan berpikiran negatif. Anda boleh memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa Anda alami namun janganlah terpaku seolah-olah kemungkinan itu sudah terjadi. Setelah Anda rileks, segera cari cara untuk mengatasi segala kemungkinan terburuk tersebut dan pastikan Anda berpikiran positif. Semoga saran saya bisa Anda pergunakan, insya Alloh semua akan menjadi baik.

Al-Insyirah : 5-6
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Bersama kesulitan ada kemudahan."