Tampilkan postingan dengan label Saraf (NEUROLOGY). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Saraf (NEUROLOGY). Tampilkan semua postingan

1. Guillain Barre Syndrome (GBS)
Ini merupakan penyakit bersifat akut yg terjadi selama 1-3 minggu setelah terserang infeksi akut. Penyebabnya imunitas tubuh yang menyerang selubung saraf. GBS merupakan penyebab kelumpuhan yang cukup sering dijumpai pada usia dewasa muda dan produktif. Pada umumnya penyakit ini tidak fatal namun ada beberapa keadaan yang bisa menimbulkan kematian.

GBS ditandai dengan timbulnya kelumpuhan akut yang disertai menurunnya refleks-refleks tendon (pemeriksaan refleks dilakukan oleh dokter) dan didahului oleh rasa kesemutan selama 1-3 minggu setelah mengalami infeksi akut.

2. Hernia Nucleus Pulposus (HNP)
HNP adalah kelainan yang disebabkan diskus vertebralis (bantalan di antara ruas tulang belakang) keluar dari tempatnya dan menekan radiks (akar) saraf. Akibatnya pasien akan merasakan nyeri yang dirasakan menjalar pada daerah punggung, pinggang, lengan dan kaki tergantung area yang terkena. Pasien juga dapat merasakan kesemutan hebat dan dapat terasa bertambah nyeri jika disentuh pada bagian tulang belakang yang mengalami herniasi.

3. Stroke
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Bisa disebabkan adanya sumbatan pembuluh darah otak atau adanya pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.

Pada pasien stroke, jika daerah yang mengalami gangguan adalah pembuluh darah otak yang memberikan nutrisi pada daerah sensorik maka pasien juga dapat mengalami sensasi kesemutan pada daerah yang dipersarafi bagian otak tersebut.

4. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Sindrom ini disebabkan oleh adanya jepitan pada saraf medianus di pergelangan tangan. Dapat disebabkan oleh gerakan repetitive (berulang) pada tangan yang dilakukan terus menerus setiap hari. Gejala yang dirasakan adalah kesemutan di daerah jempol, jari telunjuk, jari tengah dan sebagian jari manis. Sensasi ini lebih sering dirasakan di malam hari dan dapat membuat pasien terbangun dari tidur. Jika dibiarkan berlanjut dapat menyebabkan keluhan berlanjut menjadi rasa terbakar dan kelemahan otot.

5. Polineuropati Diabetes Mellitus
Pada penderita DM terjadi penurunan kecepatan hantar saraf akibat tingginya glukosa pada darah dalam jangka waktu lama. Kesemutannya biasa dirasakan di kaki dan tangan sehingga dikatakan membentuk pola stocking and gloves. Gejala yang dirasakan biasanya telapak kaki terasa tebal, kadang-kadang panas, dan kesemutan di ujung jari terus menerus. Dapat pula disertai rasa nyeri yang menikam seperti ditusuk-tusuk di ujung telapak kaki.

6. Defisiensi Vitamin B12
Vitamin B12 dibutuhkan untuk memproduksi dan memperbaiki sel-sel tubuh, termasuk sel saraf. Vitamin ini banyak didapat dari makanan seperti daging-dagingan, ayam, telur, hati, susu, ikan salmon, ikan tuna, yoghurt, dan beberapa makanan lain. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan gejala-gejala seperti kelelahan, konstipasi, badah terasa lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun juga gejala kesemutan di daerah tangan dan kaki.

Kesemutan dalam sehari-hari dapat dideskripsikan sebagai suatu sensasi geli seperti banyak semut yang berjalan di sekitar kulit disertai rasa baal/kebal yang datang tiba-tiba saat melakukan aktifitas tertentu. Biasanya terjadi pada tangan yang terlalu lama tertindih ketika tidur atau kaki yang terlipat terlalu lama. Sensasi ini biasanya segera hilang saat tangan atau anggota tubuh yang mengalaminya digerakkan. Istilah kedokteran menyebutnya, parestesi. Gejala ini terjadi akibat adanya gangguan pada mielin (selubung saraf) saraf tepi dan juga dapat terjadi akibat gangguan pada sel neuron sistem sensorik di susunan saraf pusat.

Kesemutan biasanya disebabkan oleh adanya penurunan kecepatan hantar saraf (neuropati) atau gangguan sistem sensorik pada susunan saraf pusat. Ada beberapa penyakit yang berkaitan dengan mekanisme tersebut sehingga dapat menyebabkan sensasi kesemutan. Dari segi onset (lama penyakit), penyakit dengan gejala kesemutan dikategorikan bersifat akut misalnya Guillain Barre Syndrome dan stroke. Bersifat kronik misalnya pada Carpal Tunnel Syndrome, hernia nukleus pulposus dan neuropati pada diabetes mellitus.

Dari segi lokasi, dapat bersifat lokal pada area tertentu misalnya Carpal Tunnel Syndrome, neuropati ulnaris pada siku (Cubital Tunnel Syndrome), Tarsal Tunnel Syndrome. Dapat bersifat segmental pada segmen tertentu yang disarafi oleh saraf yang terganggu misalnya kompresi radiks (penekanan akar saraf) akibat herniasi nukleus pulposus pada daerah leher atau punggung bawah. Kesemutan juga dapat bersifat difus (menyebar) di hampir seluruh tubuh misalnya pada Guillain Barre Syndrome (GBS) dan defisiensi vitamin B12. Dapat pula membentuk pola tertentu misalnya stocking and gloves pattern pada polineuropati diabetes atau hanya mengenai satu sisi anggota badan yaitu pada stroke maupun gangguan pada susunan saraf pusat lainnya.

Terapi kesemutan disesuaikan dengan penyebabnya. Sebaiknya segera periksakan ke dokter saraf untuk mencari penyebab kesemutan tersebut dan mendapatkan terapi yang sesuai. Beberapa anjuran yang dapat diberikan pada penderita misalnya pada penderita Carpal Tunnel Syndrome, dianjurkan untuk mengurangi pekerjaan yang banyak menggunakan tangan. Pada penderita Hernia Nucleous Pulposus dianjurkan untuk olah raga yang low impact seperti berenang.

Ada beberapa tanda dan gejala kesemutan yang harus dikonsultasikan ke dokter saraf. Kondisi ini merupakan keadaan di mana kesemutan harus segera ditangani dengan cepat dan tepat.
- jika gejala kesemutan dirasakan semakin berat atau meluas.
- jika kesemutan yang dimulai dari ujung kaki dan lama kelamaan semakin naik ke tangan hingga ke wajah disertai sesak nafas.
- jika kesemutan dirasakan di sekitar bibir.
- jika kesemutan diikuti kelemahan pada anggota gerak.

Berikut ini beberapa tips yang dianjurkan agar terbebas dari kesemutan.
1. Hindari posisi kerja yang statis dalam waktu lebih dari 1 jam.
2. Jaga berat badan pada tingkat ideal.
3. Kontrol gula darah dan tekanan darah.
4. Konsumsi vitamin B yang cukup.


Nyeri kepala tipe klaster adalah jenis nyeri kepala yg berat, terjadi pd satu sisi, timbul dalam serangan2 mendadak, sering disertai dgn rasa hidung tersumbat dan berair, keluar air mata, kepala seperti ditusuk2 di sisi nyeri, terutama di sekitar mata sehingga mata juga tampak merah dan bengkak, muka berkeringat. Dalam klinik dikenal dua tipe yaitu tipe episodik dan tipe kronik. Orang yg menderita tipe episodik mengalami masa serangan nyeri selama waktu tertentu (periode klaster), kemudian diseling dgn masa bebas nyeri (remisi) yg lamanya bervariasi. Sedangkan tipe kronik ialah bila serangan2 nyeri tersebut masih tetap timbul selama sedikitnya 12 bulan.

Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi para ahli menduga ini ada hubungannya dgn saraf trigeminal, saraf yg membawa sensasi dari kepala ke otak dan berakhir pd pembuluh darah yg ada di sekitar otak. Beberapa ahli lain mengaitkannya dgn hipotalamus, salah satu bagian dari otak. Umumnya serangan dimulai saat bangun tidur siang atau di malam hari, biasanya dalam 90 menit setelah tertidur. Serangan nyeri dapat dicetuskàn oleh nitrogliserin, histamin atau alkohol. Perokok berat sering pula mengalami sakit kepala tipe ini.

Nyeri umumnya didahului oleh rasa penuh di telinga yg kadang-kadang meluas ke seluruh kepala, disusul beberapa menit kemudian dgn serangan2 mendadak berupa rasa seperti tertusuk, biasanya terjadi pdasatu sisi kepala di daerah dekat mata atau antara mata dan telinga. Serangan tersebut sangat hebat (excruciating) dan menetap, tidak berdenyut, hilang timbul secara tiba2 dapat berpindah2 tempat. Serangan2 nyeri tersebut membuat penderitanya gelisah, mondar-mandir dan kadang memukuli kepalanya sendiri, beberapa penderita bahkan merasa ingin bunuh diri utk mengakhiri nyerinya. Nyeri disertai dgn hidung yg berair, keluar air mata dan pelebaran pembuluh darah di mata, kadang disertai rasa bengkak di wajah dan sekitar mata di sisi nyeri, dapat disertai sindrom Horner di sisi yg sama. Selama serangan wajah menjadi pucat, sebaliknya konjungtiva tampak kemerahan dan berair. Nyeri dapat dirasakan di 'belakang mata', seolah2 mendorong mata ke luar.

Sifat periodisitas ini khas pd nyeri kepala klaster yaitu terdapat periode tertentu (periode klaster) saat penderitanya mengalami serangan2 nyeri dan rentan terhadap pencetus tertentu. Kemudian disusul dgn periode remisi saat penderitanya bebas nyeri sama sekali meskipun terpapar pd hal2 yg biasanya mencetuskan nyeri di saat periode klaster. Periode klaster umumnya berkisar antara 2­4 bulan, kemudian disusul dgn masa remisi yg lamanya antara 1­2 tahun pd 70% pasien. Periode klaster cenderung berulang pd selang waktu yg teratur.

Penanganan

Pada kebanyakan pasien, ditemukan kecemasan akan timbulnya periode nyeri selanjutnya, rasa cemas juga sering ditemukan pd periode klaster yg berkepanjangan. Serangan nyeri dapat dihindari atau diperpendek/diperingan, meskipun lamanya periode nyeri sampai saat ini belum dapat dipersingkat atau dihilangkan. Pasien dianjurkan utk menghindari tidur siang, minuman alkohol, zat mudah menguap, terutama pd periode klaster, sedangkan pengaruh diet sangat kecil. Gangguan emosional seperti rasa marah, frustrasi ataupun aktifitas fisik yg berat dapat mencetuskan serangan atau memulai periode nyeri. Pengaruh ketinggian juga dapat mencetuskan serangan, sehingga harus diwaspadai bila berada di ketinggian/pegunungan atau naik pesawat terbang. Ada yg menganjurkan penggunaan asetazolamid 2 kali sehari sebanyak 250 mg, dimulai 2 hari sebelum bepergian utk mencegah serangan tersebut. Perubahan siklus tidur juga dapat mencetuskan serangan.

Serangan saat tidur dapat dicegah dgn 2 mg ergotamin tartrat 1­2 jam sebelum tidur. Penggunaan ergotamin ini harus hati2 pd pasien2 dgn gangguan vaskuler, jantung, serebral, kehamilan, adanya penyakit ginjal dan hati, infeksi dan masa pasca bedah. Serangan di saat lain dapat diatasi dengan metisergid 3-­4 kali sehari sebanyak  40 mg., verapamil 4 kali sehari sebanyak 80 mg., lithium 2 kali sehari sebanyak 300 mg. atau prednison 40 mg/hari selama 3 minggu. Metisergid terutama efektif bila digunakan sejak awal, efektivitasnya kira2 65%. Obat ini mempunyai efek samping berupa gangguan pencernaan, parestesi (kehilangan rasa pada tubuh bagian bawah) dan nyeri kaki dan kemungkinan fibrosis retroperitoneal, endomiokardial atau pulmonal yg berbahaya. Obat ini tidak tersedia di Indonesia. Verapamil cukup efektif utk kebanyakan pasien, digunakan selama periode nyeri. Penggunaan lithium harus disertai dgn pengamatan efek samping seperti tremor (gemetar). Kombinasi empat obat di atas dapat mengatasi kira-kira 90% kasus episodik. Jika terjadi resistensi, dapat dicoba penambahan prednison 40 mg./hari selama 5 hari, kemudian diturunkan dosisnya selama 3 minggu (tapering off). Penggunaan prednison harus hati2 pd pasien dgn ulkus peptikum, hipertensi atau diabetes mellitus. Pasien2 kronik dapat resisten terhadap pengobatan, hal ini mungkin berkaitan dga sifat kepribadian tertentu. Serangan2 nyeri dapat diperingan atau dihindari dgn memperhatikan faktor2 pencetus.

Serangan klaster akut dapat diatasi dengan inhalasi oksigen untuk memperoleh manfaat maksimum, oksigen diberikan segera di awal serangan sebanyak 7 liter selama 1 menit menggunakan facial mask. Pasien dalam posisi duduk dan dianjurkan bemapas biasa selama 15 menit. Penatalaksanaan meliputi pencegahan faktor2 pencetus terutama pd periode nyeri, pengobatan pencegahan dan pengobatan saat serangan. Alternatif lain ialah menggunakan 1 tablet (1 mg) ergotamin yg diletakkan di bawah lidah dan dapat diulang sampai dua kali setelah 15 menit, dosis maksimum 2 mg./24 jam. Ergotamin juga dapat diberikan secara intramuskuler dalam bentuk dihidroergotamin 1 mg. atau ergotamin tartrat 0,5 mg atau secara inhalasi sebanyak 2 kali dgn interval 5 menit. Dosis maksimum 4 mg./24 jam. Obat simtomatik lain ialah kokain HCI 5% atau lidokain HCI 4% intranasal.

Untuk tipe cluster, penderita sebaiknya rutin memeriksakan diri karena sakit kepala tipe cluster ini akan selalu menjadi masalah dgn sering kambuhnya keluhan. Oleh karena itu, sebaiknya pasien mempunyai kalender utk nyeri kepala karena serangan ini dapat dicegah dgn mengkonsumsi obat penahan nyeri pd waktu2 yg diperkirakan akan muncul serangan. Selain itu, tipe cluster seringkali dikaitkan dgn kelainan di otak seperti adanya tumor ataupun adanya tumor di luar otak seperti di paru dan saluran napas. Penanganan yg baik akan mengurangi kekambuhan dan meningkatkan kualitas hidup penderita



Migrain adalah sindrom klinis dgn gejala nyeri kepala yg episodik dan rekuren (kambuhan) serta dialami pd salah satu sisi kepala. Pembeda migraine dgn nyeri kepala jenis lain adalah adanya gejala pendahulu dan setelah nyeri kepala itu sendiri. Seseorang dapat mengalami perubahan mood, mudah tersinggung, mual, rasa pegal pd otot badan dan leher, mengantuk, nafsu makan terganggu, hidung tersumbat atau pilek, gangguan emosi dan lainnya akibat adanya perubahan kimiawi saat proses yg menyebabkan migraine dimulai. Selain itu adanya gejala aura, yaitu gangguan listrik pd otak sesaat sebelum nyeri kepala. Penglihatan dapat terganggu dgn munculnya kilatan seperti lampu blitz, bintik2 atau perubahan warna, sensitive terhadap bunyi, rasa atau bau tertentu, tangan atau kaki terasa baal, hingga kesulitan berbicara. Tidak semua orang mengalami gejala tersebut.

Serangan dapat terjadi dalam waktu singkat, sekitar 4 jam, namun dapat juga hingga 72 jam untuk pulih sempurna. Selanjutnya serangan ini dapat muncul lagi sewaktu2, biasanya karena sensitive terhadap asap rokok, makanan tertentu, stress, kelelahan, suara bising, dan bau yg terlalu kuat. Perubahan pola hidup seperti tidur larut atau kurang tidur, terlambat makan, dan setelah perjalanan jauh juga dapat memicu migraine.

Meski diderita oleh laki2 dan perempuan, namun kecenderungan perempuan lebih sering. Hal ini berhubungan dgn dominannya faktor psikis yg dimiliki perempuan daripada pria. Selain faktor psikis,f aktor keturunan dan masalah pd pembuluh darah juga berperan. Migraine pun dapat dipicu oleh perubahan hormonal seperti pd saat menstruasi dan penggunaan kontrasepsi pil, suntik, susuk.

Mekanisme

Ada 3 faktor utama yg berperan dalam mencetuskan rasa nyeri di kepala yaitu pembuluh darah, saraf, dan refleks parasimpatis. Pada migraine terjadi gangguan pembuluh darah di otak yg mengakibatkan penurunan aliran darah ke otak (central blood flow/CBF) mencapai titik terendah yaitu 20cc per 100 gram otak per menit. Normalnya, sekitar 50cc per 100 gram otak per menit. Selanjutnya terjadi pelebaran (vasodilatasi) pembuluh darah dan menstimulasi jalur sensor nyeri di lingkungan saraf trigeminus yg mempersarafi sensoris nyeri di wajah, rahang bawah, rahang atas dan daerah mata.

Migraine timbul jika ada pencetus. Pencetusnya bermacam2 misalnya vasomotor induced (pemicu vasodilatasi), spasme (penyempitan) di otak, aspartat (pemanis buatan), monosodium glutamate (vetsin), histamine (pd minuman anggur) sodium nitrat (hotdog,bawang), makanan kaleng atau yg telah diproses (fermetasi dan lainnya), coklat, produk susu, makanan yg mengandung tiramin (keju, ikan asap, hati ayam, beberapa jenis kacang), buah2an (alpukat, jeruk, sitrun, pisang), selai kacang. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi misalnya suara bising, cahaya kelap kelip (misalnya pd komputer), perubahan cuaca, terhirup asap rokok atau aroma yg tajam.

Agar dapat mengenali faktor pencetus maka sebaiknya dibuat catatan harian migraine. Dalam catatan tersebut dicatat waktu serangan, derajat beratnya serangan, makanan yg dimakan sebelum terjadi serangan, jumlah waktu tidur, gejala lain dan faktor lain yg mungkin memicu. Dgn menyimpan catatan tersebut, maka dapat dilihat pola serangan migraine beerta faktor pemicunya.

Gejala

Migrain terbagi 2 yaitu migrain klasik (disertai aura) dan migraine umum (tanpa aura).

·        Migraine umum : nyeri kepala satu sisi (unilateral) yg berdenyut. Intensitasnya sedang sampai berat dan diperparah dgn aktivitas fisik rutin atau saat berjalan di tangga. Gejala bertahan selama 4-72 jam. Selama serangan dapat ditemukan gejala lain seperti fonofobia (terlalu peka terhadap suara bising) atau fotofobia (terlalu peka terhadap cahaya), mual dan muntah. Sebelum serangan pasien mengalami gejala prodormal (pendahulu) seperti depresi, malas beraktivitas (hipoaktif), gerakan mengunyah2, atau sering kencing. Gejala prodormal tersebut biasanya muncul 24 jam atau lebih sebelum serangan.

·        Migrain klasik : serangan didahului dgn aura yg berlangsung 5-60 menit. Sakit kepala dapat langsung muncul sesudahnya atau beberapa saat usai masa bebas gejala kurang dari satu jam. Nyeri kepala dapat berlangsung 4-72 jam.

Penanganan

Terapi pd migraine dapat berupa terapi preventif (pencegahan) dan terapi akut. Terapi akut bertujuan untuk menghentikan atau mencegah progesi migraine atau memberhentikan nyeri kepala yg sudah terjadi. Terapi pencegahan bertujuan utk mengurangi frekuensi, keparahan, lama dari migraine dan meningkatkan respon terhadap terapi serangan akut serta meningkatkan kualitas hidup pasien.

Terapi non medikamentosa (tanpa obat) yg dapat dicoba adalah meditasi, relaksasi, dan psikoterapi. Terapi medikamentosa dapat menggunakan divalproex sodium. Obat ini merupakan kombinasi dari sodium valproat dan asam valproat. Kelebihan obat ini adalah efek sampingnya ringan, mudah digunakan karena berbentuk tablet dgn pelepasan obat dalam lambung,usus halus dan usus besar dapat berlangsung selama 18-24 jam sehingga memungkinkan pemberian obat hanya 1 kali sehari dgn dosis 500mg pd minggu pertama. Selanjutnya dosis dapat ditingkatkan menjadi 1000mg 1 kali sehari selama minggu kedua dan seterusnya. Akan tetapi hati2 penggunaan obat ini pd wanita hamil karena dapat mengakibatkan kecacatan. Asam valproat, propanolol, timolo, metysergide, topiramate, ibuprofen dan sumatriptan juga dapat digunakan sebagai profilaksis migraine.


Nyeri kepala tipe tegang merupakan hasil dari proses kontraksi (ketegangan) otot kepala, wajah, rahang, dan leher. Biasanya ditimbulkan antara lain oleh stres fisik maupun psikis, juga sikap dan posisi badan serta kepala yg salah dan terus menerus dalam waktu lama. Nyeri akan terasa di kedua sisi kepala terutama di bagian belakang sampai leher dan bahu terasa tegang. Nyeri akan bertambah hebat saat beraktifitas fisik seperti berjalan atau naik tangga. Keadaan ini bisa berlangsung singkat yaitu 30 menit atau bahkan lebih lama, sekitar 7 hari, tanpa ada pemicu khusus.


Mekanisme Nyeri


Jika seseorang mengalami stres fisik atau kelelahan emosi maka biasanya pernafasan orang tersebut akan menjadi hiperventilasi (nafas cepat) sehingga kadar CO2 dalam darah turun, akibatnya keseimbangan asam basa dalam darah terganggu dan terjadi alkalosis (lebih basa). Dalam keadaan demikian, kalsium menjadi masuk ke dalam sel. Padahal kalsium adalah zat yg bisa menimbulkan kontraksi otot dan membuat otot menjadi kaku tegang. Akhirnya timbullah nyeri kepala. Hal ini dapat menjelaskan alasan terjadinya nyeri kepala tipe tegang yg lebih banyak dialami oleh perempuan dewasa muda. Pada perempuan yg sistem hormonalnya belum stabil, akan membuat emosi menjadi tidak stabil sehingga timbul proses tersebut.

Gejala

Gejala2 yg bisa digolongkan dalam nyeri kepala tipe tegang adalah :


  • Nyeri kepala bersifat konstan dan terus menerus.
  • Terasa berat seperti tertekan atau seperti terikat, diperas, mau meledak.
  • Tempat sakitnya tidak dapat ditentukan
  • Frekuensi, fluktuasi, dan intensitas nyeri sangat bervariasi. Biasanya akan bertambah pd masa2 penuh tekanan seperti pubertas, pindah sekolah, masalah pekerjaan atau perkawinan.
  •  

    Selain dari gejala, dokter juga akan menanyakan mengenai riwayat keluarga. Biasanya nyeri kepala tipe tegang dikaitkan dgn kelainan yg disebut spasmohilia. Kelainan ini adalah kecenderungan seseorang yg otot2nya lebih mudah utk kontraksi (tegang). Spasmohilia memiliki kemungkinan diturunkan atau ada faktor keluarga. Selain itu juga akan ditanyakan mengenai kemungkinan adanya stres fisik maupun psikis.


    Pemeriksaan

    Biasanya tidak akan didapati kelainan pd pemeriksaan fisik secara umum, namun bila dilakukan pemeriksaan khusus ke arah neurologi, yaitu dgn tes adanya refleks patologis, maka akan didapatkan hasil positif. Pemeriksaan penunjang yg bisa dilakukan utk memastikan diagnosa adalah elektromiografi (EMG), yaitu teknik utk memeriksa dan merekam sinyal otot.

    Penanganan

    Penanganan dibedakan menjadi 2 yaitu pd fase akut dan fase selanjutnya. Pada fase akut, permasalahannya adalah nafas yg cepat, maka utk mengatasinya pasien diminta utk tenang dan mengatur nafas. Alat bantu yg bisa dipakai adalah kantong kertas BUKAN KANTONG PLASTIK. Dgn bernafas di dalam kantong kertas maka kadar CO2 bisa kembali normal. Bila di rumah sakit, fungsi kantong kertas bisa digantikan dgn masker rebreathing. Selain itu pasien juga perlu diberi obat pereda nyeri (analgesic), penenang, dan pelemas otot (muscle relaxan) agar otot2nya lemas. Ketika nafasnya kembali normal dan otot sudah tidak kaku lagi maka keluhan pun akan hilang.


    Meski nyeri kepala tipe ini gejalanya sudah hilang, belum berarti bisa disebut sembuh. Selama masih ada faktor2 yg bisa memicu stres maka keluhan bisa timbul kembali. Oleh sebab itu diperlukan penanganan komprehensif yg terbagi menjadi farmakologi dan non farmakologi. Penanganan non farmakologi termasuk didalamnya adalah fisioterapi dan psikoterapi. Dgn fisioterapi maka pasien dilatih agar tidak melakukan aktivitas atau posisi yg salah dan pelatihan pelemasan otot. Psikoterapi dimaksudkan utk mengatasi stresor2 yg ada. Sedangkan yg termasuk penanganan farmakologi adalah penggunaan analgetik, anti depresan, dan relaksan otot. Pemakaian obat2an ini tidak bisa dihentikan secara mendadak melainkan secara bertahap dalam tenggang waktu 8-12 minggu.

    Banyak keadaan penyakit yang bisa menimbulkan gejala nyeri kepala. Struktur otak dan jaringan penunjangnya diliputi oleh serabut saraf yg jika dipicu oleh kondisi tertentu bisa menimbulkan sensasi nyeri. Jika otak mengalami gangguan struktural seperti perdarahan, tumor, stroke, infeksi, kelainan metabolik, ataupun penyakit lainnya maka dapat timbul gejala nyeri kepala. Nyeri kepala terdiri dari 2 tipe yaitu primer dan sekunder. Nyeri kepala sekunder lebih jarang timbul dibandingkan nyeri kepala primer yg meliputi 90% dari keluhan.

    Nyeri kepala ini merupakan nyeri tanpa adanya kelainan struktural otak yg merupakan penyakit utama itu sendiri. Pada jenis ini terjadi perubahan sistem saraf pembuluh darah di otak yg disebabkan berbagai macam faktor. Misalnya saja perubahan hormonal (terutama pada siklus menstruasi), zat2 kimia dari makanan tertentu, gangguan emosi, gangguan siklus tidur, dan rangsangan cahaya atau bau2an tertentu.

    Berdasarkan gejalanya, nyeri kepala primer dibedakan menjadi 3 jenis yaitu
    • nyeri kepala tipe tegang (tension type headache) => biasanya berupa nyeri kepala di kedua sisi kepala, terasa seperti diikat dgn otot2 kepala dan leher terasa tegang.
    • migren => kepala terasa nyeri berdenyut di satu sisi
    • nyeri kepala tipe kluster (cluster headache) => nyeri terjadi pada satu sisi, terutama di sekitar mata. Tipe ini jarang terjadi namun nyerinya sangat hebat hingga seseorang kadang ingin membenturkan kepalanya ke dinding karena tidak sanggup menahan rasa nyeri tersebut.
    Nyeri kepala primer sangatlah individual, artinya tiap orang memiliki gejala tersendiri dgn pemicu yg biasanya juga khas. Untuk sakit kepala migren misalna, keju, coklat, dan anggur merah bisa jadi pencetusnya. Stres emosional dan kelelahan pun bisa menimbulkan nyeri kepala tipe tegang maupun tipe klaster.

    Nyeri Kepala Sekunder

    Nyeri jenis ini merupakan gejala dari penyakit utama. Gejala yg terjadi tergantung dari penyakit yg mendasarinya. Misalnya nyeri akibat infeksi virus terasa di seluruh bagian kepala, sementara nyeri akibat tumor biasanya terbatas di bagian kepala tertentu. Nyeri kepala sekunder bisa terjadi akibat ketidakseimbangan berbagai zat di dalam darah. Keadaan dehidrasi atau kurangnya cairan tubuh, kadar gula darah yg rendah, atau menghentikan kebiasaan mengkonsumsi kopi secara tiba2 bisa menimbulkan nyeri kepala yg cukup mengganggu.

    Penanganan Nyeri Kepala

    Menurut Dr.William B.Young dari Jefferson Headache Center, mengatasi nyeri kepala sebenarnya sederhana, resep yg terbaik adalah pengetahuan. Semakin Anda paham tipe nyeri kepala Anda, maka semakin efektif pengobatan yg Anda terima. Nyeri kepala primer sering kali berhubungan dgn berbagai pencetus tertentu dan yg paling penting adalah TIPE DAN JENIS PENCETUS SAKIT KEPALA BERSIFAT INDIVIDUAL, sehingga penanganannya tidak selalu sama. Walaupun sudah tersedia obat yg spesifik untuk setiap gejala nyeri kepala, dosis dan jenis yg efektif biasanya berbeda antar penderita.

    Obat yg dipakai adalah berbagai golongan obat penghilang nyeri dan dikonsumsi tepat ketika nyeri kepala mulai terasa. Obat ini sebaiknya hanya digunakan pd saat benar2 nyeri, maksimal 2-3 hari dalam 1 minggu. Biasanya orang yg sering mengalami nyeri kepala akan merasa lebih cemas sehingga mengkonsumsi obat2 tersebut secara berlebihan. Obat2 yg dikonsumsi hampir setiap hari selama lebih dari setengah bulan setiap bulannya dan berlangsung lebih dari 3 bulan justru akan memicu proses nyeri kepala.

    Selain obat2an, memperbaiki pola hidup sehari2 perlu dilakukan agar nyeri kepala dapat tertangani dgn baik. Antara lain menghindari pencetus, melakukan olahraga teratur, serta makan dgn teratur. Kerja sama antara dokter dan pasiennya berperan penting dalam meramu pengobatan oleh karena itu cermatilah keluhan nyeri kepala yg Anda alami untuk dapat menentukan tindakan pencegahan serta pengobatan yg sesuai. Untuk jenis nyeri kepala sekunder, biasanya akan menghilang dgn mengobati penyakit utamanya.

    Sebaiknya Anda membuat suatu kalender nyeri kepala supaya dapat digunakan untuk mengetahui pola nyeri kepala sekaligus memantau pengobatan yg dikonsumsi. Kalender ini berisi catatan mengenai nyeri kepala yg diisi setiap kali mengalaminya. Yg perlu dicatat antara lain adalah tanggal ketika nyeri, jenis nyeri kepala, lama nyeri berlangsung, gejala tambahan yg dialami, kemungkinan pencetus (makanan, minuman, aktivitas, pengaruh lingkungan, dan lainnya), obat penahan nyeri yg dikonsumsi, dosis, waktu minum obat, adanya perbaikan setelah minum obat serta lamanya perbaikan ini tercapai.

    Pemantauan ini penting untuk menghindari pemakaian obat2 penahan nyeri yg berlebihan (overuse) atau justru kurang. Jika terjadi kesalahan pemakaian maka dapat menimbulkan masalah baru. Nyeri kepala menjadi lebih sering muncul atau serangannya lebih lama (chronic headache) atau bahkan tipenya sudah bercampur hingga sulit dikenali. Dgn adanya kalender ini, Anda dan dokter Anda dapat merumuskan pengobatan yg tepat utk nyeri kepala yg dialami. Pola nyeri kepala dapat terlihat dalam kalender ini dan Anda dapat menghindari salah sau atau lebih kemungkinan pencetus serangan nyeri kepala. Namun JANGAN TERLALU MENGHUBUNG2KAN PENCETUS DGN SERANGAN NYERI KEPALA karena bisa saja nyeri timbul tanpa pencetusnya.


    Ada beberapa gejala yg perlu mendapat perhatian khusus. Jika nyeri kepala menjadi semakin sering, lebih lama, tidak membaik dgn obat dan istirahat, muncul terutama pagi hari dan disertai gangguan saraf lainnya maka mungkin saja ada penyakit serius di dalam otak. Walaupun hanya 10%, namun nyeri kepala sekunder lebih berbahaya jika tidak dideteksi sejak awal karena bisa menimbulkan kecacatan bahkan kematian. Segeralah berkonsultasi dgn dokter Anda utk dinilai kemungkinan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.