Dalam mempraktekkan EBM,pengelolaan pasien dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut :
1. Dari seorang pasien,timbul masalah atau pertanyaan klinis mengenai penanganan pasien.
2. Perumusan suatu pertanyaan klinis yg baik mengenai kasus yg dihadapi.
3. Menentukan sumber pustaka yg tepat dan memulai suatu penelaahan pustaka.
4. Menentukan validitas dan kemungkinan kegunaan dari bukti yg didapat dalam praktek klinis.
5. Mengintegrasikan bukti yg sudah diseleksi dgn pengalaman klinis dan selera pasien kemudian diterapkan pd pasien.
6. Mengevaluasi keberhasilan terapi setelah menerapkan bukti klinis tersebut.

Proses suatu EBM dimulai dari adanya suatu permasalahan dalam penanganan seorang pasien. Dari permasalahan tersebut dapat dibuat pertanyaan klinis yg jawabannya dibutuhkan utk menangani kasus itu. Bentuk pertanyaan dalam proses EBM harus memenuhi syarat anatomi pertanyaan yg baik agar pencarian data/literatur efisien dan teratur. Pertanyaan2 tersebut mencakup beberapa hal yaitu :
* pasien dan masalahnya
* intervensi,faktor prognostik,dan paparan
* perbandingan dari pilihan terapi yg tersedia
* hasil akhir.

Langkah selanjutnya adalah mencari pustaka yg sesuai utk menjawab pertanyaan klinis tersebut dgn menggunakan kata kunci. Pencarian pustaka dapat dilakukan di perpustakaan atau melalui internet. Sumber literatur yg telah dianggap standar bagi masyarakat medis adalah Medline dan Embase. Suatu organisasi nonprofit,Cochrane Collaboration,menelaah semua artikel yg dipublikasi dan melakukan seleksi serta penilaian validitas suatu penelitian. Organisasi tersebut secara periodil mempublikasikan telaah mereka dalam bentuk CD-ROM.

Sumber literatur yg telah dikumpulkan kemudian dievaluasi. Bukti penelitian terdiri atas beberapa tingkatan. Bukti yg akan dipakai utk menjawab pertanyaan klinis yg sudah dibuat haruslah yg mempunyai kekuatan tingkatan bukti yg kuat. Terdapat beberapa sistem utk menilai tingkatan bukti. Sistem pertama dibuat oleh Canadian Task Force on the Periodic Health Examination pd tahun 1970an. Terdapat beberapa sistem lain,tetapi tampaknya sistem inilah yg paling banyak dipakai. Studi yg dilaksanakan melalui alokasi subjek secara acak biasanya mendapat nilai yg paling tinggi karena kecilnya resiko bias. Jadi,studi random berpembanding dan tersamar dimasukkan ke dalam bukti tingkat I selama penelitiannya dilakukan secara baik.

Tingkatan bukti berdasarkan Canadian Task Force on the Health Examination.
I. Bukti didapat dari 1 atau lebih studi random berpembanding tersamar yg dilaksanakan dgn baik.
II-1. Bukti didapat dari uji berpembanding yg didesain dgn baik,tanpa alokasi acak.
II-2. Bukti didapat dari studi kasus-kelola atau studi kohort yg didesain dgn baik,lebih disukai bila didapat lebih dari 1 institusi atau kelompok peneliti.
II-3. Bukti didapat dari penelitian yg dilakukan pd waktu atau tempat lain dgn/tanpa intervensi ; hasil dramati dari suatu percobaan tanpa pembanding dapat juga dimasukkan dalam kategori ini. Misalnya penemuan penisilin pd tahun 1940an.
III. Opini suatu lembaga terhormat,berdasarkan pengalaman klinis,studi deskriptif,atau laporan dari suatu komite ahli.

Sistem ini sangat berharga karena kesederhanaannya tetapi kesulitan akan timbul ketika pembaca ingin mengumpulkan hasil dari beberapa penelitian,baik secara informal ketika sedang membaca maupun ketika sedang melakukan suatu pengamatan sistematis. Keputusan harus dibuat untuk menentukan apakah suatu hasil penelitian akan dimasukkan atau dikeluarkan,tergantung dari kualitas penelitian.

0 comments to “Proses Suatu Pengobatan Berdasarkan Bukti (Evidence Based Medicine)”