CATATAN ini Mudah-Mudahan memberi RENUNGAN UNTUK KITA…dapat munggut di milis mediacare dan dipadu dengan pemahaman syari'at...

LAMBUNG
Jam 07.00 – 09.00
Jam piket organ lambung sedang kuat, sebaiknya makan pagi untuk
proses pembentukan energi tubuh sepanjang hari.
Minum jus atau ramuan sebaiknya sebelum sarapan pagi, perut masih
kosong sehingga zat yang berguna segera terserap tubuh.
Dan jauhi KEGELISAHAN serta KECEMASAN...Untuk kesempurnaan KESEHATAN

LIMPA
Jam 09.00 – 11.00
Jam piket organ limpa kuat, dalam mentransportasi cairan nutrisi untuk
energi pertumbuhan. Bila pada jam-jam ini mengantuk, berarti fungsi limpa
lemah. Kurangi konsumsi gula, lemak,minyak dan protein hewani.
Dan HIndari KECEROBOHAN serta KETERGESAAN agar tak memicu KEGAGALAN

JANTUNG
Jam 11.00 – 13.00
Jam piket organ jantung kuat, harus istirahat, hindari panas dan olah
fisik, ambisi dan emosi KEMARAHAN terutama pada penderita gangguan pembuluh darah, hal ini mampu memicu serangan STROKE awalan

HATI
Jam 13.00 – 15.00
Jam piket organ hati lemah, bila orang tidur, darah merah berkumpul
dalam organ hati dan terjadi proses regenerasi sel-sel hati.
Apabila fungsi hati kuat maka tubuh kuat untuk menangkal semua penyakit.
Dan JAGALAH KEBERSIHAN dari Prasangka dan Praduga, agar tak memicu dendam dikemudian hari

PARU-PARU
Jam 15.00 – 17.00
Jam piket organ paru-paru lemah, diperlukan istirahat, tidur untuk
proses pembuangan racun dan proses pembentukan energi paru-paru
Dan Hindari KETERPAKSAAN dan KETIDAKSABARAN...karena menyesakan pernapasan dan jauh dari keikhlasan

GINJAL
Jam 17.00 – 19.00
Jam piket organ ginjal kuat, sebaiknya digunakan untuk belajar
karena terjadi proses pembentukan sumsum tulang dan otak serta
kecerdasan.Dan Jangan Lupa untuk BERDZIKIR untuk memperkuatnya

LAMBUNG
Jam 19.00 – 21.00
Jam piket organ lambung lemah sebaiknya tidak mengkonsumsi makan yang
sulit dicerna atau lama dicerna atau lebih baik sudah berhenti makan...Dan saat ini, saat TERBAIK menambah WAWASAN serta KEILMUAN

LIMPA
Jam 21.00 – 23.00
Jam piket organ limpa lemah, terjadi proses pembuangan racun dan
proses regenerasi sel limpa. Sebaiknya istirahat sambil membaca dan mendengarkan Al-Qur'an atau
musik yang menenangkan jiwa, untuk meningkatkan imunitas.

JANTUNG
Jam 23.00 – 01.00
Jam piket organ jantung lemah. Sebaiknya sudah beristirahat tidur,
apabila masih terus bekerja atau begadang dapat melemahkan fungsi jantung...Awali tidur kita dengan MUHASABAH satu harinya

HATI
Jam 01.00 – 03.00
Jam piket organ hati kuat. Terjadi proses pembuangan racun/limbah hasil
metabolisme tubuh. Apabila ada gangguan fungsi hati tercermin pada kotoran dan
gangguan mata. Apabila ada luka dalam akan terasa nyeri...

PARU-PARU
Jam 03.00 – 05.00
Jam piket organ paru-paru kuat, terjadi proses pembuangan limbah/racun
pada organ paru-paru, apabila terjadi batuk,bersin- bersin dan berkeringat
menandakan adanya gangguan fungsi paru-paru. Sebaiknya digunakan untuk olah nafas untuk mendapatkan energi paru yang sehat dan kuat...Dan KEKUATAN ENERGI TERBESARnya....Shalat Malam dan Subuh Berjama'ah

USUS BESAR
Jam 05.00 – 07.00
Jam piket organ usus besar kuat, sebaiknya biasakan Buang Air Besar secara teratur.
SERTA CAMKAN untuk tidak MEMAKAN MAKANAN yang HARAM

special thanks to Ust. Bambang Syuhada

Div. Humas Rektro

sumber : http://www.facebook.com/notes/ukhti-kecil-selalu-ceria/jadwal-piket-organ-tubuh/331898093049

Students who fear that spending too much time on social media sites will affect their academic performance can breathe easy, according to a new study. Conducted by WSBE professor Chuck Martin and his marketing research class, the study found that there was no correlation between grades students receive and the amount of time spent on sites such as Facebook or Youtube.  “We broke down usage by minutes during a typical day,” said Martin, with light users being logged onto a social media site for fewer than 31 minutes per day and heavy users on for a time exceeding 61 minutes per day. The results found that 63 percent of the students who were categorized as heavy users received As and Bs while 37 percent received grades lower the Bs.  For the light users, it was found that the ratio was 65 percent high grades to 35 percent low. 
Six popular social media websites were mentioned within the survey. “The top sites for students in order were Facebook, Youtube, blogs, Twitter, Myspace and LinkedIn,” said Martin. The study found that 96 percent of students use Facebook and 84 percent used Youtube. “I thought the results were what they should be,” said Senior Bryan McManus who worked on the project, “I was surprised by how many people use it for social and entertainment as opposed to professional and educational reasons.” The marketing class found that 89 percent of the students claimed they used the sites for social reasons and 79 percent said for entertainment.  Findings were that 26 percent said they used it for educational purposes and 16 percent for professional needs. The subject of the study was selected and run by the class. Information was gathered by teams of five to six students with each group assigned one of the six colleges within the university.  Of the 11,958 students attending UNH last semester 1,127 were surveyed by the class.
 “We asked them what they used social media, how often do you use each of the mediums, and how has your media usage changed over the past year,” said McManus. The study has been gaining popularity outside of the university as well.  The results have been published throughout the country and even as far away as India, according to Martin.
 “Students are not surprised,” he said, “but adults are."

Berhubung Mei sedang mengerjakan skripsi, jadi untuk sementara Mei menyebarluaskan berita-berita yang Mei dapatkan dari situs-situs yang Mei kunjungi dan sempat mei copy. Selma isi tulisannya tidak bertentangan dengan komitmen Mei terhadap blog ini, Mei rasa sah-sah aja kan hehee. Nanti kalo skripsi Mei dah selesai, pasti Mei publikasikan disini.
 copy from : http://www.tnhonline.com/unh-study-social-media-usage-doesn-t-affect-academics-1.1115452

Category: Labels: | 0 Comments

Uang banyak, penampilan menarik serta ketenaran sekilas tampak sebagai jalan menuju kebahagiaan. Ternyata kenyatannya tidak demikian, menurut sebuah studi. Para peneliti dari University of Rochester di New York mengikuti 147 lulusan universitas sebagai responden, yang dievaluasi mengenali tujuan serta kebahagian mereka. Penelitian dilakukan satu tahun setelah kelulusan dan 12 bulan setelah itu. “Hasil yang dicapai yang bersifat ekstrinsik atau “American Dream”, tidak berkontribusi terhadap kebahagiaan sama sekali pada kelompok itu, namun sedikit berpengaruh terhadap kondisi kesehatan,” ujar pemimpin penelitian sekaligus Profesor Psikologi, Edward Deci. Bagi partisipan yang berhasil memperoleh harta kekayaan dan ketenaran, justru lebih sedikit merasa bahagia dibandingkan mereka yang mengalami kemajuan pada tujuan intrinsik dari dalam diri seperti perkembangan kemampuan pribadi.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Edward menuturkan, beberapa partisipan mengatakan proses untuk memperoleh harta, popularitas dan imej membuat mereka merasa bagaikan boneka dalam kehidupan. “Para partisipan yang memfokuskan diri pada hasil intrinsik seperti perkembangan diri, menjaga hubungan dan membantu masyarakat secara sosial justru mengalami kepuasan hidup secara substansial, mapan dan bahagia,” tutur Edward. Hasil penelitian yang dilakukan itu, mendukung teori Edward mengenai perkembangan motivasi manusia yang dikembangkan bersama rekannya, Richard Ryan. Teori tersebut mengataan, manusia sangat tergantung terhadap pemenuhan kebutuhan dasar untuk otonomi, kompetensi dan hubungan. Hasil tersebut, lanjut Edward, berhasil menguatkan penelitian sebelumnya yang mengungkap jika seseorang berkomitmen terhadap tujuannya kemungkinan besar akan sukses. Namun, penelitian terbaru kali ini menemukan, pencapaian terhadap tujuan tidak selalu membawa kebahagiaan dan kemakmuran.

Sebaliknya, para peneliti menemukan, pencapaian hasil yang bersifat materi seperti gaji tertentu dapat berdampak buruk pada kesehatan. Sementara, partisipan yang lebih menjunjung tujuan seperti hubungan yang intensif, perkembangan diri dan partisipasi masyarakat lebih banyak memiliki perasaan positif dan merasakan kebahagiaan. Dibalik rasa puas yang dirasakan oleh partisipan yang lebih mengejar tujuan intrinsik, jelas Edward, karena mereka berhasil memenuhi tiga kebutuhan dasar terhadap otonomi, kompetensi dan berhubungan baik dengan orang lain. “Tujuan hidup layaknya Impian Amerika, justru akan membuat seseorang merasakan kepuasaan yang lebih sedikit, tak berguna pada dunia serta memicu timbulnya penyakit,” paparnya.

Hasil penelitian tersebut tidak mengejutkan bagi Profesor Psikologi di University of California, Sonja Lyubomirsky yang telah menulis buku berjudul “The How of Happiness”. “Kesimpulan penelitian itu mendukung dan memperluas hasil sebelumnya yang menunjukkan pengejaran dan tujuan dari tujuan intrinsik dapat diasosiasikan dengan kemakmuran,” tuturnya. Bagi para mahasiswa yang baru lulus, Edward kemudian memberi saran, jika mereka ingin tetap mengejar impian materi ala Amerika maka sebaiknya imbangi dengan sesuatu yang lebih dalam dan penting bagi kebutuhan manusia. Seperti hubungan yang dilandasi kasih sayang, perkembangan pribadi dan kontribusi terhadap masyarakat.

Allah Ta’aala Berfirman:

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku (Al-Qur’an), maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.

Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?”

Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan”.

(QS. 20 Thaahaa: 124-126))


copy from : http://www.facebook.com/notes/kembang-anggrek/hasil-penelitian-uang-tak-bisa-membeli-kebahagiaan-/495668980569

Category: Labels: | 0 Comments

Para pakar kesehatan di London mengeluarkan peringatan mengejutkan: duduk itu mematikan. Mereka memperingatkan bahwa duduk dalam jangka waktu lama, meski Anda juga berolah raga secara teratur, dapat berakibat buruk bagi kesehatan.

Tempat Anda duduk pun tak jadi soal, entah di kantor, sekolah, mobil, serta di depan komputer atau televisi. Masalahnya adalah, berapa lama Anda melakukannya. 

Riset para ilmuwan itu memang masih penelitian pendahuluan. Tapi sejumlah studi menunjukkan bahwa orang yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan duduk cenderung menjadi gemuk, terkena serangan jantung, atau, bahkan, meninggal.

Dalam editorial British Journal of Sports Medicine, pekan ini, Elin Ekblom-Bak dari Swedish School of Sport and Health Sciences memberi saran agar pejabat kesehatan memikirkan kembali bagaimana mereka mendefinisikan aktivitas fisik untuk menyoroti bahaya duduk.

Pejabat kesehatan telah mengeluarkan panduan yang merekomendasikan kegiatan fisik minimum agar seseorang tetap bugar, namun mereka tidak memberikan saran kepada orang untuk membatasi berapa banyak waktu yang dihabiskan dalam posisi duduk. "Setelah empat jam duduk, tubuh mulai mengirimkan sinyal berbahaya," kata Ekblom-Bak. Dia menjelaskan bahwa gen yang mengatur jumlah glukosa dan lemak dalam tubuh mulai padam.

Meskipun orang itu rutin berolah raga, menghabiskan waktu lama duduk di depan meja tetap berbahaya. Tim Armstrong, pakar kegiatan fisik di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan orang yang berolah raga setiap hari, namun masih menghabiskan banyak waktu dengan duduk, baru memperoleh manfaat jika olah raga itu dilakukan beberapa kali dalam sehari daripada dilakukan hanya sekali. 
 
 Dalam sebuah studi yang dipublikasikan tahun lalu, para ilmuwan yang melakukan pemantauan terhadap 17 ribu warga Kanada selama beberapa tahun menemukan bahwa orang yang banyak duduk memiliki risiko kematian yang jauh lebih tinggi, entah mereka berolah raga atau tidak.


"Kami belum memiliki bukti yang cukup untuk menyatakan berapa lama duduk yang berbahaya," kata Peter Katzmarzyk dari Pennington Biomedical Research Center di Baton Rouge, Amerika, yang memimpin studi itu. "Tapi tampaknya, makin sering Anda berdiri dan menyela perilaku tak bergerak itu, makin bagus."

Survei yang dilakukan sebuah lembaga di Amerika Serikat pada 2003-2004 menunjukkan bahwa orang Amerika menghabiskan lebih dari separuh waktu mereka di atas kursi, mulai bekerja di depan meja sampai di balik kemudi mobil.

Para ilmuwan menyatakan perlu lebih banyak riset untuk mengetahui duduk berapa lama yang berbahaya dan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi pengaruh buruk tersebut.

"Orang harus tetap berolahraga karena itu mempunyai banyak manfaat," kata Ekblom-Bak. "Tapi ketika mereka di kantor, mereka harus berusaha menyela aktivitasnya di atas kursi sesering mungkin. Jangan mengirim e-mail kepada rekan sekantor. Berjalan dan bicara langsung padanya. Berdiri."

Sungguh Allah Sudah mengatur Kehidupan kita dengan Porsi dan batasan tertentu kita di didik untuk tidak berlebihan dalam segala hal baik dalam ibadah, aktivitas dll karena sesuatu yang berlebihan bisa mendatangkan suatu ke mudaratan baik bagi kehidupan dunia maupun akhirat nanti, jadi jalanilah hidup ini dengan keseimbagan antara ibadah dan aktivitas ke dunia an, subanallah ilmu pengetahuan telah membuktikan kebenaran Dalam Al-Qur'an

Dan janganlah kamu berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebihan.” (al-Maa’idah [5]: 87)

Sudahkah Kita memahami dan meyakini ayat - ayat Al-Qur'an secara baik dan benar dalam kehidupan kita ? mari saatnya kita menggali ilmu dalam Al- Qur'an ayat per ayat tiap harinya karena kemajuan IPTEK dan teknologi dunia hanya bersumber dari Firman Allah karena tanpa Al-qur'an kehidupan dunia modern tidak akan maju sehebat sekarang ini, namun sayangnya generasi muda masih jauh dari Al- Qur'an padahal Allah Berfirman :

Allah Memberikan hikmat kebijaksanaan (ilmu) kepada siapa yang ia kehendaki, barangsiapa diberi hikmat, sesungguhnya dia diberi kebaikan yang banyak dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang - orang yang mempunyai akal sehat. [QS. Al-Baqarah (2):269]

copy from http://www.facebook.com/notes/kembang-anggrek/terlalu-banyak-duduk-undang-kematian/10150089037040570



 

Gangguan dalam kesehatan berupa penyakit, apapun bentuknya, merupakan bagian dari "ujian" yang telah ditentukan Allah SWT terhadap siapa yang dikehendakiNya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, "Dan sesungguhnya benar-benar Kami akan menguji kamu, agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kamu dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu." (Q.S.Muhammad : 31). Penjelasan yang lainnya di dalam Al-Qur’an, "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan dan kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang yang sabar." (Q.S. Al-Baqarah : 155).

Pengertian ini sangat penting dan fundamental, karena dalam tatalaksana pengobatan penderita, dokter akan sangat memerlukan kerjasama dengan penderita yang diobatinya. Salah satu faktor yang ikut menentukan adalah sikap penderita terhadap penyakit yang dideritanya. Sikap penderita ini ada berbagai ragam, ada yang panik, putus asa (paling banyak), dan tidak percaya (dengan seringnya berganti dokter). Apalagi jika penyakit-penyakit yang dideritanya termasuk cukup berat. Sikap negatif seperti tidak menerima sakit apalagi disertai dengan pertanyaan, "kenapa saya sakit begini, orang lain kok tidak," atau "kenapa justru saya yang kena," ataupun sering juga didengar komentar-komentar, "Salah apa saya, saya sudah berdoa, berbuat baik kepada orang, kok kena sakit seperti ini," adalah sikap yang tidak menguntungkan, malah merugikan sendiri. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi fungsi-fungsi tubuh pasien yang sedang sakit maupun yang masih sehat, dan yang jelas proses kesembuhan akan terhambat. Akibat yang ditimbulkan berupa stres kejiwaan dan kecewa yang berlarut dan akan mempunyai konsekuensi sebagai reaksi-reaksi biologik yang memperburuk penyakitnya dan mempersukar pengobatan, tanpa disadari oleh penderitanya. Misalnya gangguan tidur dan sekresi adrenalin karena stres yang berlanjut mengakibatkan kenaikan tekanan darah serta memacu denyut jantung yang semuanya pada keadaan sakit apapun tidak menguntungkan. Maka penjelasan dokter kepada penderita dan keluarganya tentang kenyataan adanya penyakit dan sikap yang harus dilakukan adalah "ikhlas" menerima kenyataan ini dan menganggap penyakit itu sebagai bagian dari kehidupan dan sudah menjadi kehendak Allah SWT Yang Maha Pencipta, jadi selama proses sakit ini mereka harus bersabar.

Pasien boleh bertanya kepada dokternya untuk mengetahui semua informasi tentang penyakit yang diderita dan aspek-aspek pengobatannya. Sebaliknya dokter harus menerangkan aspek-aspek yang perlu diketahui tentang penyakit yang diderita pasien, akan tetapi yang paling penting yang harus dijelaskan pada pasien ialah semua metoda pengobatan merupakan usaha manusia dengan kadar ilmu pengetahuan yang diberikan oleh Allah SWT kepada dunia kedokteran/dokter untuk mengobati, sedangkan sembuh atau proses penyembuhan adalah hak mutlak Allah SWT.  Seperti  ucapan  Nabi Ibrahim  a.s. yang diabadikan dalam Al-Quran, “Apabila aku sakit, Dialah (Allah) yang menyembuhkan aku.” (Q.S.Asy-Syu'ara': 80). Penjelasan ini mungkin dapat diberikan kepada keluarga saja atau langsung pada pasien, tergantung keadaan. Maksudnya bukan sekali-kali agar dokter dapat mencari alasan jika pengobatannya gagal, akan tetapi hal ini diungkapkan sebagai pintu pembuka agar dokter dan pasien bersungguh – sungguh dalam menjalankan usaha-usaha pengobatan, sedangkan letak keberhasilan pengobatan semata-mata di tangan Allah SWT.  Hal ini sesuai petunjuk Allah dalam Al-Quran, "Yaitu orang-orang, yang apabila ditimpa musibah, mereka mengatakan : Innalillahi wa inna ilaihi raji'un." (Q.S. Al-Baqarah : 156). Kata-kata "innalillahi wa inna ilaihi raji'un" adalah kata-kata keikhlasan, kata-kata penggantungan harapan dan penyerahan diri bahwa semua apapun berasal dari Allah (termasuk penyakitnya), dan semua akan kembali kepadaNya.

Kita telah mengetahui, bahwa saat ini penyakit-penyakit dunia modern lebih banyak bersifat non infeksi dan cenderung akibat dari gaya hidup yang tidak sehat, misalnya darah tinggi/hipertensi dengan segala komplikasinya, kanker serta bentuk-bentuk keganasan, penyakit-penyakit jantung, penyakit penyumbatan darah ke otak, penyakit-penyakit pencernaan dan hati, dan lain-lain. Bentuk-bentuk penyakit ini patofisiologisnya sampai sekarang belum jelas benar, dan telah diketahui pula bahwa faktor-faktor psikologik si sakit mempunyai peranan penting dalam penyakit ini. Keimanan kepada Tuhan merupakan faktor amat penting untuk membuat seseorang percaya bahwa doa memang ampuh dalam membantu proses penyembuhan penyakit-penyakit seperti itu. Suatu survei pernah dilakukan majalah TIME, CNN, dan USA Weekend. Rata-rata survei itu menunjukkan lebih dari 70% orang menyatakan percaya bahwa doa dapat membantu proses penyembuhan. Dari survei tersebut terungkap bahwa banyak pasien membutuhkan terapi keagamaan selain obat-obatan atau tindakan medis lainnya. Bahkan dari 64% orang berharap agar para dokter juga memberikan terapi psikoreligius dan doa. Dr. Dale A. Matthews, dari Universitas Georgetown, Amerika Serikat mengamati paling tidak ada 212 penelitian tentang terapi doa yang telah dilakukan. Dari jumlah itu 75% menyatakan bahwa komitmen agama, di antaranya dalam bentuk doa dan zikir menunjukkan pengaruh positif pada pasien.

Penelitian lain tentang kaitan doa dan kematian akibat penyakit juga dilakukan Comstock sebagaimana termuat dalam Journal of Chronic Disease. Studi terhadap sekelompok orang memperlihatkan bahwa doa secara positif mempengaruhi tekanan darah tinggi, luka, serangan jantung, sakit kepala, dan kecemasan. Subyek‑subyek dalam studi ini mencakup pula air, enzim, bakteri, jamur ragi, sel-sel darah merah, sel-sel kanker, sel-sel pemacu, benih, tumbuhan, ganggang, larva, ngengat, tikus, dan anak ayam; dan di antara proses‑proses yang telah dipengaruhi adalah proses kegiatan enzim, laju pertumbuhan sel darah putih leukemia, laju mutasi bakteri, pengecambahan dan laju pertumbuhan berbagai macam benih, laju penyumbatan sel pemacu, laju penyembuhan luka, besarnya gondok dan tumor, waktu yang dibutuhkan untuk bangun daripembiusan total, efek otonomi seperti kegiatan elektro-dermal kulit, laju hemolisis sel‑sel darah merah, dan kadar hemoglobin. Dinyatakan bahwa mereka yang melakukan kegiatan keagamaan secara teratur disertai doa, memiliki risiko kematian akibat penyakit jantung koroner lebih rendah 50% dibanding mereka yang tidak melakukan kegiatan keagamaan. Sementara kematian akibat emfisema (paru-paru) lebih rendah 56%, kematian akibat penyakit hati (sirosis hepatis) lebih rendah 74% dan kematian akibat bunuh diri lebih rendah 53%. Bukti lain datang dari penelitian Robbins dan Metzner yang dilakukan selama 8-10 tahun terhadap 2700 responden didapati bahwa responden yang rajin menjalankan ibadah serta berdoa, angka kematiannya jauh lebih rendah dibandingkan yang tidak beribadah. Penelitian Larson dan kawan-kawan terhadap para pasien tekanan darah tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol (bukan pasien hipertensi), diperoleh kenyataan bahwa komitmen agama kelompok kontrol lebih kuat. Selanjutnya dikemukakan kegiatan keagamaan seperti doa dapat mencegah seseorang dari penyakit hipertensi.


Dokter Larry Dossey, M.D., seorang dokter dari Mexico, menjelaskan bahwa dalam sejumlah penelitian tentang doa menunjukkan jarak tidak mempengaruhi dalam kemanjuran doa, apakah doa tersebut dilakukan di dekat pembaringan pasien, di luar kamar, atau di seberang lautan. Dalam bukunya, Healing Words, dia menyatakan tidak bisa menemukan seorang pakar pun yang mau mengatakan bahwa tingkat pemisahan jarak antara orang yang berdoa dengan pasien merupakan faktor dalam hal kemanjurannya. Orang‑orang yang mempraktekkan penyembuhan melalui doa semuanya mengatakan bahwa pengaruh-pengaruh doa tidak dipengaruhi oleh jarak. Doa itu sama manjurnya walaupun yang berdoa dan yang menjadi tujuan doa terpisah oleh samudera atau ada di balik pintu atau cuma di sisi tempat tidur. Tak ada satupun yang nampaknya sanggup menghambat atau meng­hentikan doa. Bahkan walaupun "obyek" yang didoakan itu ditempatkan di sebuah ruangan berlapis timah atau ruangan yang tidak bisa ditembus berbagai macam energi gelombang elektromagnetik, akibat doa masih bisa menembusnya.

Dalam ajaran Islam juga ditekankan bahwa obat dan upaya hanyalah "sebab", sedangkan  penyebab sesungguhnya di balik sebab atau upaya itu adalah Allah Swt. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk berdoa ketika dilanda sakit supaya memohon kesembuhan. “Dan apabila hamba hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka jawablah bahwasannya adalah aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apa bila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada kebenaran.” (Al Baqoroh : 186). Wallohualam.

Manusia hidup tak luput dari banyak permasalahan hidup, entah itu berat ataupun ringan. Manusia juga punya banyak keinginan dan harapan namun untuk memperoleh yang diinginkannya tersebut, manusia selain harus berusaha juga diharuskan untuk selalu berdoa. Usaha keras tanpa doa akan menjadi suatu hal yang mustahil.

Dalam Al-Qur’an, Alloh menyebutkan perintah kepada hamba-hambaNya untuk berdoa. "Bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa kepadaKu. Maka hendaknya mereka memenuhi segala perintah-perintahKu, dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu dalam kebenaran." (Q.S. Al Baqarah : 186). Firman Alloh yang lainnya yaitu, “Berdoalah kepada-Ku niscaya akan aku perkenankan bagimu, sesungguhnya orang orang yang menyombongkan diri dari menyembahku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina.” (surat Al Mu’min : 60)

Doa merupakan sebuah cara pengaduan manusia akan derita dan masalahnya. Selain itu, doa juga bisa menjadi wahana untuk memacu potensi diri karena berdoa merupakan metode pengharapan yang efektif. Di dalam doa, diri kita akan teraktualisasi dengan menyerahkan hidup kita kepada Alloh. Keyakinan dan doa yang intensif dapat mengubah kesehatan dan kekuatan otak, memfokuskan otak pada perasaan tenang dan mengontrol rasa marah. Maka sudah sepantasnya dalam setiap kesempatan kita dianjurkan untuk selalu berdoa.

Sebuah studi terhadap peran otak dalam kehidupan beragama yang dilakukan oleh para neurolog dari University of Pennsylvania’s Hospital, meneliti keadaan yang terjadi di dalam otak para penganut kepercayaan ketika mereka merenung dan berdoa kepada Tuhannya. Hasilnya menunjukkan bahwa berdoa akan mengaktifkan otak bagian depan, yang menciptakan dan menggabungkan semua pikiran tentang Tuhan, termasuk area otak yang mengatur pemikiran-pemikiran logis. Dengan berdoa, aktivitas elektrik pada bagian otak tersebut akan meningkat dan perasaan pun menjadi lebih tenang. Hanya dengan 10 hingga 15 menit saja berdoa, akan memberikan efek yang positif terhadap daya kognitif, relaksasi dan kesehatan psikologi. Menurut penelitian ini, pada otak seorang yang rajin berdoa akan ditemukan sebuah ruang khusus yang biasa digunakannya untuk berdoa pada Tuhan. Hal ini menandakan bahwa otak adalah tempat terjadinya fenomena spriritual. Seseorang yang jarang berdoa hanya akan memiliki ruang yang kecil dalam otaknya karena tidak digunakan secara intensif. Artinya, seorang yang beragama pun jika tidak percaya pada keyakinannya hanya akan memiliki ruang yang kecil pada otaknya.

Berdoa  akan membuat seseorang mencapai ketenangan dan ketentraman batin sehingga berdampak pada perbaikan fungsi organ tubuh, termasuk saraf yang merupakan pengendali setiap aktivitas kita. Saraf yang tenang dan relaks akan terbentuk dan membuat sirkulasi darah menjadi lebih baik dan lancar. Kondisi seperti ini akan menciptakan keseimbangan dan  menstimulasi optimalisasi aksi-reaksi neouologis dalam meningkatkan kemampuan tubuh untuk menyembuhkan diri sendiri atau self healing.Lebih dari itu, tubuh pun akan mampu menangkal serangan berbagai penyakit, memiliki kemampuan untuk meningkatkan keseimbangan kinerja bioelektrik kita dan neurotransmitter, meredakan efek ketegangan dan ketenrtaman batin, dan meningkatkan proses regenerasi sel saraf ketika terjadinya perbaikan kondisi system saraf pusat dan spinal cord.

Sementara itu ketentraman dan ketenangan batin yang timbul akibat kontinuitas berdoa, dapat menstabilkan hormon-hormon dan kimiawi tubuh, tidak hiperaktif atau agresif, dan juga tidak pasif. Hormon yang berperan dalam perilaku agresif adalah hormon vasopresin, yaitu hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis yang terletak dibawah otak. Hormon ini memiliki efek yang kurang baik, yaitu memaksa pembuluh-pembuluh darah kecil berkontraksi atau berkerut dan pengerutannya bisa bertahan dalam jangka waktu lama,terutama terhadap pembuluh darah jantung. Oleh karena itu orang yang agresif cenderung terkena serangan jantung atau stroke. Hormon adrenalin yang sangat berperan ketika seseorang dalam keadaan marah atau rasa takut, bekerja mempercepat denyut jantung, menegangkan otot, nafas menjadi lebih kencang, dan meningkatkan tekanan darah. Akan tetapi dengan kekuatan doa,reaksi hormon adrenalin tadi dapat di kendalikan. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi dan perintah Alloh dalam Al-Qur’an untuk berdoa dikala sedang marah maupun saat dilanda rasa takut.

Tetapi di zaman modern dan maju ini, banyak di antara kita yang meremehkan kekuatan doa. Hal ini disebabkan oleh faktor keyakinan agama si pendoa bahwa doa tidak seluruhnya dikabulkan Alloh. Ada praduga bahwa Alloh hanya akan mengabulkan doa yang menurutNya baik bagi makhluk ciptaanNya. Dengan demikian ada pikiran negatif pada Alloh karena doanya yang tidak diijabah (dikabulkan) dan putus asa. Padahal sebenarnya kekuatan doa tidak tergantung pada jawaban Alloh namun pada bagaimana hubungan si pendoa dengan Alloh. Yang menjadi bagian terpenting dalam doa adalah kualitas serta selalu percaya bahwa kehadiran Alloh sangat dekat. Sesuai dengan firman Alloh, “Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,…” (Q.S. Qaf : 16). Bila doa keluar dari hati, maka doa akan mempunyai kekuatan. Oleh karena itu, iringilah doa dengan perbuatan baik dan tidak hanya ungkapan verbal semata.

Alloh memberikan kebebasan kepada hambaNya untuk menentukan kemauan kita untuk berdoa kepadaNya. Istilahnya, Alloh menunggu kita meminta atau tidak. Memang Alloh Maha Tahu tapi akan lebih baik kalau kita melakukan doa sebagai wujud kesadaran kita terhadap kelemahan dan ketergantungan kepada Alloh serta meyakini bahwa ada kekuatan tersembunyi di balik doa itu.