Prostat merupakan bagian dari organ kelamin laki-laki berupa kelenjar yang terletak di bawah organ yang menghasilkan testoteron. Kelenjar tersebut menjadi masalah ketika terjadi pembesaran dan menutup saluran kencing. Inilah yang biasa disebut sebagai pembesaran prostat jinak atau BPH (Benign Prostate Hyperplasia). Gangguan prostat ini paling banyak ditemukan pada usia lanjut. Sekitar 90% laki-laki berusia 40 tahun ke atas mengalaminya. Gejalanya antara lain pancaran air seni lemah atau terputus-putus, sering berkemih terutama di malam hari, harus mengedan saat berkemih, berkemih jadi lebih sering, dan setelah berkemih tidak lampias (merasa sudah lega).

Untuk menentukan diagnosa, biasanya dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan semisal pemeriksaan colok dubur (rectal toucher) untuk menilai pembesaran atau penonjolan prostat. Selain itu dilakukan pula pemeriksaan laboratorium. Cara lain adalah dengan Uroflowmetry, yaitu alat untuk mengetahui pancaran dan jumlah air seni yang dikeluarkan. Dari hasil yang didapat, bisa dinilai apakah sudah ada gangguan atau belum. Yang terakhir adalah pemeriksaan UltraSonoGrafi (USG) untuk mengetahui ukuran prostat.

Dengan majunya ilmu kedokteran, maka kini tersedia tiga pilihan pengobatan yang dapat dilakukan. Pilihan pertama adalah pengobatan dengan obat-obatan, bila gejala dan keluhan masih sangat ringan serta tidak mengganggu. Pilihan kedua adalah operasi untuk menjalani pengobatan invasif atau pembedahan operasi terbuka, atau endoskopi Trans Urethral Resection of the Prostate (TUR-P). Metode ini merupakan alternatif pengobatan dengan hasil jangka panjang karena mengikis habis jaringan prostat. Efek samping yang ditimbulkan cukup berat yaitu air mani tidak keluar dari tubuh melainkan masuk kembali ke dalam kandung kemih. Selain itu impotensi dan mengompol seumur hidup serta berbagai efek samping lainnya. Pilihan terakhir adalah pengobatan tanpa operasi yakni TUNA.

TUNA (Trans Urethral Needle Ablation) merupakan salah satu metode pengobatan prostat jinak yang aman dan tanpa operasi. Cara kerjanya amat sederhana yaitu dengan hanya menyuntikkan jarum ke jaringan prostat melalui lubang kencing. Lalu, jarum tersebut akan dihubungkan dengan alat pemancar gelombang radio berfrekuensi rendah. Alat ini kemudian menghasilkan panas sekitar 1100 derajat Celcius yang akan menghancurkan jaringan yang membesar dan membuka kembali saluran kencing. Kelebihan lainnya, terapi ini bisa dilakukan dengan bius lokal pada saluran kencing pasien. Proses pengobatan ini biasanya berlangsung sekitar 15-30 menit. Karena tanpa operasi maka adakalanya pasien dipersilahkan untuk langsung pulang. Umumnya pasien hanya butuh istirahat sekitar satu sampai dua hari, namun ada juga yang langsung beraktifitas.

Terapi TUNA cocok untuk pasien dengan gangguan ringan hingga sedang dan pasien yang ingin lepas dari obat-obatan yang diperuntukkan menyembuhkan BPH. TUNA juga diperuntukkan bagi pasien BPH yang juga menderita penyakit berat seperti jantung, atau yang takut operasi dan pasien yang tidak mau dibius. Waktu pengobatan pun singkat dan bisa dilakukan di klinik. Dari biaya tentu jauh lebih hemat daripada dengan operasi, begitu pula efek sampingnya yang lebih sedikit.

Assalamu ‘alaykum wa RohmatuLLohi wa BarokatuH

Dari Ibnu Abbas ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka. Mata yang menangis karena takut kepada Alloh. Dan mata yang begadang berjaga dalam jihad fisabilillah.” (HR. At-Tirmizy, sanad : Hasan Shohih)

Alloh menyuruh kita menangis karena takut pada-Nya, ingat hanya pada-Nya.. ternyata Alloh menyuruh para hamba-Nya menangis karena-Nya, karena ada hikmah, MUSTAHIL Alloh menyuruh sesuatu kepada para hamba-Nya, tanpa ada hikmah..

Dikutip dari Beliefnet, ini dia 7 keajaiban yang bisa kita dapatkan setelah menangis dan berair mata :

1. Membantu penglihatan
Air mata ternyata membantu penglihatan seseorang, jadi bukan hanya mata itu sendiri. Cairan yang keluar dari mata dapat mencegah dehidrasi pada membran mata yang bisa membuat penglihatan menjadi kabur.

2. Membunuh bakteri
Tak perlu obat tetes mata, cukup air mata yang berfungsi sebagai antibakteri alami. Di dalam air mata terkandung cairan yang disebut dengan lisozom yang dapat membunuh sekitar 90-95 persen bakteri-bakteri yang tertinggal dari keyboard komputer, pegangan tangga, bersin dan tempat-tempat yang mengandung bakteri, hanya dalam 5 menit.

3. Meningkatkan mood
Seseorang yang menangis bisa menurunkan level depresi karena dengan menangis, mood seseorang akan terangkat kembali. Air mata yang dihasilkan dari tipe menangis karena emosi mengandung 24 persen protein albumin yang berguna dalam meregulasi sistem metabolisme tubuh dibanding air mata yang dihasilkan dari iritasi mata.

4. Mengeluarkan racun
Seorang ahli biokimia, William Frey telah melakukan beberapa studi tentang air mata dan menemukan bahwa air mata yang keluar dari hasil menangis karena emosional ternyata mengandung racun.

Tapi jangan salah, keluarnya air mata yang beracun itu menandakan bahwa ia membawa racun dari dalam tubuh dan mengeluarkannya lewat mata.

5. Mengurangi stres
Bagaimana menangis bisa mengurangi stres ? Air mata ternyata juga mengeluarkan hormon stres yang terdapat dalam tubuh yaitu endorphin leucine-enkaphalin dan prolactin.

Selain menurunkan level stres, air mata juga membantu melawan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh stres seperti tekanan darah tinggi.

6. Membangun komunitas
Selain baik untuk kesehatan fisik, menangis juga bisa membantu seseorang membangun sebuah komunitas. Biasanya seseorang menangis setelah menceritakan masalahnya di depan teman-temannya atau seseorang yang bisa memberikan dukungan, dan hal ini bisa meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan juga bersosialisasi.

7. Melegakan perasaan
Semua orang rasanya merasa demikian. Meskipun Anda didera berbagai macam masalah dan cobaan, namun setelah menangis biasanya akan muncul perasaan lega.

Setelah menangis, sistem limbik, otak dan jantung akan menjadi lancar, dan hal itu membuat seseorang merasa lebih baik dan lega. Keluarkanlah masalah di pikiranmu lewat menangis, jangan dipendam karena Anda bisa menangis meledak-ledak.

Semoga mata ini tidak digunakan untuk melihat yang buruk2 atau begadang dengan hal yang sia – sia atau hanya sekedar melihat-lihat yang tidak ada menambah iman kepada Alloh…

Maha Suci Alloh dengan segala Hikmah dan Nikmat dari-Nya.
Keselamatan atas orang – orang yang mengikuti Petunjuk.

copasfrom inbox message group http://www.facebook.com/group.php?gid=183217354056

Iris merupakan bagian mata dengan struktur jaringan yang sangat kompleks, tersusun dari selaput halus yang berlapis-lapis. Di dalamnya terkandung beratus-ratus ribu sel yang langsung tersambung ke organ tubuh vital manusia. Seluruh susunan ini juga terhubung dengan otak melalui serabut-serabut saraf dan pembuluh kapiler darah. Berdasarkan struktur anatomi yang seperti itulah maka dalam dunia kedokteran iris dapat digunakan sebagai salah satu diagnosis kesehatan yang bersifat kualitatif yaitu iridologi. Ilmu iridologi mempelajari iris mata melalui perubahan warna, rupa, bentuk, dan simbol yang terdapat pada bagian mata. Dari tingkat radang, stress, kondisi organ tubuh, tumpukan dan sebaran racun, kecukupan oksigenasi di pembuluh darah, sampai sumbatan pada sistem kelenjar getah bening, semua terekam di dalam iris. Letak organ yang bermasalah dan tingkat keparahan gangguannya pun bisa diketahui lewat iris, termasuk penggolongan tingkat keparahannya yang bersifat subakut, kronis, atau degeneratif. Iris mata kiri digunakan untuk mendeteksi organ tubuh sebelah kiri manusia, sedangkan iris kanan untuk mendeteksi organ di bagian kanan tubuh.

Konsep iridologi pertama kali dipopulerkan oleh Theodore Kriege lewat buku Chiromatica Medica di Dresden, Jerman, pada tahun 1670. Seabad kemudian, Christian Haertels menerbitkan disertasi di Gottingen berjudul De Oculo et Signo (Mata dan Tanda-Tandanya). Pada abad ke-19, Ignatz Von Peclezy (1826-1911) tidak sengaja menemukan burung hantu yang patah kakinya disertai goresan hitam pada matanya. Anehnya, setelah burung hantu itu sembuh, goresan di matanya pun hilang. Akhirnya, setelah melakukan penelitian pada manusia, Ignatz menghasilkan iridologi untuk mengotopsi tubuh manusia guna mengetahui dan memastikan letak penyakit. Chart iridologi selanjutnya disempurnakan oleh Bernard Jensen pada 1982 dan sampai sekarang digunakan oleh praktisi iridologi di seluruh dunia.

Iridologi berguna dalam pengobatan preventif (bersifat pencegahan). Metode ini bisa menyingkapkan keadaan organ tubuh sebelum munculnya tanda dan gejala suatu penyakit. Informasi kekuatan dan kelemahan organ terekam dalam iris. Misalnya seseorang yang terindikasi menderita sakit lever dengan kerusakan 20% dipastikan belum mengalami gangguan dalam kesehariannya namun melalui pemeriksaan iris, tanda-tanda itu sudah tampak. Tanda-tanda penyembuhan juga ditunjukkan melalui iris mata (healing line) sesuai dengan proses penyembuhan yang sedang dan telah berlangsung di dalam tubuh. Hal ini sangat penting dalam memantau terapi yang telah diberikan dokter kepada pasiennya. Dalam wilayah proses penyembuhan pada iris, dokter dapat menilai jenis obat, cara pemberian, dan jenis penyakit yang memberikan hasil terapi yang efektif dan efisien. Hal ini menjadikan iridologi sebagai general check-up yang bisa dilakukan secara kilat, tanpa rasa sakit, mudah, dan ongkosnya tak terlampau mahal.

Selama ini, pemantauan iris mata dilakukan secara manual. Praktisi iridologi biasanya hanya melihat langsung mata pasien dengan alat bantu semacam senter atau sorotan cahaya. Pengamatan manual bisa berakibat salah diagnosis. Pada tahun 2006 sampai dengan akhir 2008, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan program piranti lunak untuk iridologi dengan bahasa pemrograman Delphi yang berorientasi obyek. Program ini disebut LIPIRISm@. Saat ini LIPIRISm@ 2.0 merupakan versi terakhir aplikasi ini. Selain lebih murah, LIPIRISm@ mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan alat sejenis dari luar negeri, diantaranya fitur pustaka tanda-tanda iris, rekam medis data pasien, pengaturan iris, pengaturan grafis ANW (Autonomic Nerve Wreath) orang yang berbeda, dan penampakan dua iris secara bersamaan. Berdasarkan penelitian LIPI, tingkat akurasinya dalam mendeteksi penyakit mencapai 80%. Dengan kehadiran piranti lunak iridologi, maka praktisi iridologi akan sangat terbantu dalam menentukan letak presisi kelainan yang terindikasi oleh iris. Selain itu, tentu saja bisa memperkecil kesalahan pemeriksaan manual karena iris memiliki banyak titik yang berdekatan sehingga memungkinkan praktisi iridologi salah mendiagnosis organ yang terganggu. LIPIRISm@ memberikan panduan yang lebih akurat untuk mengenali letak organ yang terganggu seperti yang tergambar pada iris secara tepat.

Diagnosis iridologi hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Pasien tinggal duduk dan difoto. Foto-foto iris yang diambil akan diolah ke dalam komputer yang dilengkapi piranti lunak LIPIRISm@. Sekali klik, gambar di layar komputer langsung menunjukkan detail bagian iris mata dengan jelas baik warna, rupa, maupun bentuknya. Pada saat yang sama, ahli iridologi bisa langsung menerangkan kondisi organ tubuh berdasarkan pengamatan iris, sesuai dengan peta iris buatan bapak iridologi modern, Dr.Bernard Jensen. Maka penyakit pasien tersebut pun sudah langsung dapat diketahui. Misalnya warna putih seperti cincin di atas iris, menggambarkan kandungan kolesterol pada manusia.

Diagnosis dengan iridologi diklaim lebih unggul dalam menemukan adanya kelemahan organ dibandingkan pemeriksaan laboratorium. Hasilnya pun dapat diketahui real time (pada saat itu juga). Sebagai perbandingan, untuk general check-up, pasien harus melewati sederet pemeriksaan : periksa darah, air seni, feses, roentgen, dan sebagainya. Tes laboratorium juga memakan waktu cukup lama dan ongkosnya mahal. Sementara uji laboratorium bisa menghabiskan biaya jutaan, iridologi hanya butuh puluhan ribu rupiah. Adapun kelemahan iridologi adalah tidak bisa mendeteksi penyakit secara detail dari segi kuantitatif. Misalnya besarnya nilai kadar kandungan gula dalam darah.

Category: Labels: | 0 Comments

In one verse, we are informed that mountains are not motionless as they seem, but are in constant motion.

You see the mountains you reckoned to be solid going past like clouds. (Qur'an, 27:88)

This motion of mountains is caused by the movement of the Earth's crust that they are located on. The Earth's crust "floats" over the mantle layer, which is denser. It was at the beginning of the 20th century when, for the first time in history, a German scientist by the name of Alfred Wegener proposed that the continents of the Earth had been attached together when it first formed, but then drifted in different directions, and thus separated as they moved away from each other.

Geologists understood that Wegener was right only in the 1980s, 50 years after his death. As Wegener pointed out in an article published in 1915, the land masses on the Earth were joined together about 500 million years ago, and this large mass, called Pangaea, was located in the South Pole.

Approximately 180 million years ago, Pangaea divided into two parts, which drifted in different directions. One of these giant continents was Gondwana, which included Africa, Australia, Antarctica and India. The second one was Laurasia, which included Europe, North America and Asia, except for India. Over the next 150 million years following this separation, Gondwana and Laurasia divided into smaller parts.

These continents, that emerged after the split of Pangaea, have been constantly moving on the Earth's surface at a rate of several centimetres per year, and in the meantime changing the sea to land ratios of the Earth.

Discovered as a result of the geological research carried out at the beginning of the 20th century, this movement of the Earth's crust is explained by scientists as follows:

The crust and the uppermost part of the mantle, with a thickness of about 100 kms., are divided into segments called plates. There are six major plates, and several small ones. According to the theory called plate tectonics, these plates move about on Earth, carrying continents and ocean floor with them. Continental motion has been measured at from 1-5 cm per year. As the plates continue to move about, this will produce a slow change in Earth's geography. Each year, for instance, the Atlantic Ocean becomes slightly wider.29

There is an important point that needs to be stated here: Allah referred to the motion of mountains as drifting in a verse of the Qur'an. Today, modern scientists also use the term "continental drift" for this motion.30

Continental drift is something that could not have been observed at the time of the revelation of the Qur'an, though Allah clearly indicated how it was to be understood: "You see the mountains you reckoned to be solid" in the verse. Though, He further described this action in the following verse, stating that the mountains were going past like clouds. As has been indicated, attention is clearly drawn to the movement of the layer in which the mountains are fixed.

It is without doubt a great miracle that this scientific fact, only recently discovered by science, should have been revealed in the 7th century, when conceptions of the nature of the universe were based on superstition and myth. This is another very important proof that the Qur'an is the word of Allah.

http://www.miraclesofthequran.com/scientific_14.html

Dr William Bates adalah seorang spesialis mata yang telah meninggal dunia sejak lama tahun 1931. Sang dokter yakin banyak orang yang sebenarnya tidak perlu menggunakan kacamata dengan cara melatih matanya.

Meski menghilangkan minus mata tanpa operasi masih jadi kontroversi, tapi terbukti banyak pengikut Dr Bates yang berhasil menurunkan minusnya.

Panduan menurunkan minus yang dicatat dalam bukunya berjudul 'Better Eyesight Without Glasses', tentu saja bertentangan dengan praktik dokter mata saat ini. Mata minus saat ini hanya bisa turun atau hilang hanya dengan operasi mata seperti lasik.

Dr Bates menemukan teknik ini setelah melakukan percobaan selama bertahun-tahun. Dr Bates mengembangkan latihan untuk meningkatkan kemampuan mata agar bisa melihat normal dan menghilangkan ketegangan yang ada akibat kebiasaan melihat dengan buruk yang menjadi penyebab masalah penglihatan.

Bukunya yang dipublikasikan pada tahun 1920, terus dijual hingga hari ini. Metode Bates tetap bermanfaat dan diikuti oleh ribuan orang di seluruh dunia.

Latihan-latihan ini didasarkan pada keyakinan bahwa secara alami mata bisa melihat dengan jelas. Setiap orang baik anak-anak maupun orang dewasa dapat belajar untuk melihat secara lebih baik lagi tanpa menggunakan kacamata.

Latihan penglihatan ini bertujuan untuk mendidik mata sehingga bisa mengatur fokus agar lebih efisien atau disebut dengan 'fiksasi sentral'. Otot-otot mata harus dapat bergerak bebas dan membuat penyesuaian kecil yang diperlukan untuk memusatkan obyek yang dilihat.

Mata menjadi tegang karena dalam posisi tetap 'menatap' objek daripada melakukan gerakan konstan. Latihan ini mengajarkan seseorang untuk mengendurkan otot-otot mata dan saraf optik serta menggunakan memori dan imajinasi untuk meningkatkan koordinasi antara mata dan otak.

Latihan ini juga membantu mengatasi ketergantungan seseorang pada kacamata. Dasar dari terapi ini adalah keyakinan bahwa kombinasi dari tubuh, pikiran dan jiwa digunakan untuk melihat. Selain itu makanan, postur tubuh, stres dan kesehatan seseorang juga mempengaruhi penglihatan.

Seperti dikutip dari Eyehealthremedies, Jumat (12/3/2010) ada beberapa Metode Bates yang bisa dilakukan, yaitu:

1. Bersembunyi
Latihan penglihatan ini membantu mata untuk rileks dan beristirahat.
Cobalah duduk dengan nyaman di depan meja kemudian taruh beberapa bantal hingga tingginya sejejer mata. Letakkan siku tangan di atas bantal tersebut kemudian tutup mata dengan dua telapak tangan hingga tidak ada cahanya yang masuk. Bernapaslah perlahan, santai dan membayangkan dalam kegelapan. Mulailah melakukan hal ini selama 10 menit sebanyak 2-3 kali dalam sehari.

2. Menggoyangkan bola mata
Cobalah berdiri dan fokus pada titik yang jauh, lalu goyangkan bola mata dari kiri dan kanan atau sebaliknya sambil berkedip sebanyak 100 kali setiap hari. Berkedip berguna untuk membersihkan dan melumasi mata.

3. Memilih satu warna dalam satu hari
Pilihlah satu warna berbeda tiap hari dan melihat keluar dengan objek warna yang dipilih sepanjang hari. Ketika melihatnya seseorang akan lebih menyadari warna daripada bentuknya.

4. Berjemur
Cobalah untuk melakukan hal ini sekali dalam sehari. Kegiatan ini membutuhkan hari yang cerah atau cahaya lampu yang bagus.

Caranya tutup mata lalu lihat langsung ke matahari melalui mata tertutup. Sambil melihat matahari, perlahan-lahan gerakkan kepala ke kiri dan ke kanan sampai sejauh yang Anda bisa hingga hampir menyentuh pundak. Hal ini membantu membawa lebih banyak sirkulasi darah ke leher. Lakukan hal ini selama 3-5 menit.

5. Menggeser penglihatan
Banyak orang yang menghabiskan waktu untuk menatap layar komputer di depan wajahnya. Cobalah untuk menggeser penglihatan Anda pada tenunan kain di lengan baju, poster di dinding atau pohon di seberang jalan. Hal ini dapat membantu meningkatkan penglihatan periferal dan dapat membantu rabun jauh, rabun dekat dan masalah penglihatan lainnya. Bahkan pada beberapa kasus bisa menghilangkan katarak.

Dr William Bates memberikan tips agar saat melakukan senam mata melepaskan kacamata atau kontak lensa agar merasa lebih nyaman dan santai. Ketika melakukan latihan ini cobalah untuk sangat berkonsentrasi pada mata sehingga hasilnya lebih maksimal.

copas from http://www.facebook.com/note.php?note_id=373960113049&ref=mf

Category: Labels: | 3 Comments

Cendekiawan Mesir Dr. Zaghlul an-Najjar menemukan bahwa Allah telah menurunkan lebih dari 1.000 ayat yang secara tegas berkaitan dengan tema mukjizat ilmiah. An-Najjar juga mengungkapkan, ada lebih dari 60 hadits Nabi saw telah berbicara tentang hakikat ilmiah di alam semesta ini. Lebih lanjut an-Najjar, seperti dilansir situs Mishr al-'Arabiyyah, mendorong perlunya seorang Muslim dan Muslimah untuk mempelajari bagaimana mempertahankan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi serta para sahabatnya. Pasalnya, Nabi dan para sahabatnya itu merupakan kebenaran yang nyata. Cendekiawan Mesir itu juga menyatakan bahwa ketika para orientalis mengarahkan 'panah racun' mereka terhadap Al- Qur'an menemui kebuntuan, kini mereka pun membidik hadits- hadits Nabi, padahal sabda utusan Allah itu juga menurut Al-Qur'an merupakan kebenaran mutlak. Bahkan menurut an-Najjar, tak ada satu pun disiplin ilmu yang lebih teliti dan rumit seperti halnya ilmu hadits.

Doktor Mesir yang juga anggota Dewan Otoritas Lembaga I'jaz Ilmi di Makkah Al-Mukarramah itu menambahkan, ada beberapa kalangan Yahudi, Kristen dan Muslim yang coba-coba meragukan otensitas hadits. Namun menurut an-Najjar, pada kenyataannya Al-Qur'an menyebut Muhamad itu sebagai seorang yang ma'shum (dijaga dari kekeliruan) dalam urusan agama dengan kebenaran yang mutlak. Dan itu kata an-Najjar, terdapat di banyak ayat Al- Qur'an. Masih kata an-Najjar, saat ini ada seorang yang bermukim di Amerika dan disokong oleh negara itu serta negara Zionis Israel, mendirikan sebuah televisi satelit, di mana semua program- programnya getol menyerang Al- Qur'an, Nabi Muhammad dan para sahabatnya.

Cendekiawan yang juga anggota Dewan Tertinggi Urusan Islam di Mesir itu memberikan beberapa contoh dari hadits ilmiah itu yakni, Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa merampas sejengkal dari tanah bumi ini, maka dia akan ditenggelamkan oleh tujuh tanah bumi ini." Padahal menurut an-Najjar, dalam Al-Qur'an hanya dikenal dengan ungkapan tujuh langit. Lalu sejumlah ilmuwan penasaran, dan mereka pun mengadakan penelitian serta pengeboran, sampai akhirnya mereka menemukan kenyataan yaitu, ketika getaran bumi itu bergerak, didapatinya batas-batas tanah bumi yang tujuh itu, yang berpusat pada satu titik, di mana dari setiap batas itu dilapisi dari dalam. Dan Nabi saw bersabda ketika mendeskripsikan Tanah Haram di Makkah, bahwa di Makkah itulah titik pertama dari pusat lapisan tanah yang pertama.

An-Najjar juga menyebutkan contoh lainnya yaitu, Nabi saw bersabda, "Jangalah mendekati lautan kecuali seorang yang berhaji atau berumrah atau berperang di jalan Allah. Karena di bawah lautan itu terdapat api, dan di bawah api itu ada lautan." Menurut an-Najjar, terkait hadits itu para ilmuwan itu menggelar penelitan, pasalnya bagaimana mungkin dua hal yang bertolak belakang dapat saling berdampingan. Sampai akhirnya mereka menemukan kenyataan bahwa, setiap samudera bumi dan beberapa lautan itu memanas yang mencapai ribuan derajat celcius. Lainnya lagi, sabdanya yang menyebutkan bahwa tak akan terjadi hari kiamat sehingga bumi yang luas ini berubah menjadi padang rumput dan sungai-sungai. Setelah penelitan, para ilmuwan menegaskan bahwa bumi saat ini tengah menjalani perputaran menuju serbuan air es dan berubahnya padang pasir yang tandus ke curah hujan yang deras.

An-Najjar menegaskan, kita sekarang ini tengah menuju ke era es baru, dan itu salah satu tanda hari kiamat. Demikian juga para ulama menetapkan bahwa bersama dengan perputaran bumi, secara perlahan matahari akan berubah dari timur menuju ke barat, dan itu juga salah satu tanda hari kiamat, di mana Nabi yang mulia bersabda, "Hari kiamat tak akan terjadi sampai api keluar dari selatan Hijaz (Arab Saudi dan sekitarnya), yang akan menyinari leher-leher unta di al-Yusrah.". Menurut an-Najjar, di bagian barat dari Jazirah Arab ditutupi oleh lebih dari 300 lempengan vulkanik yang masih aktif sampai sekarang, dan jika lempengan- lempengan vulkanik itu mengamuk, maka dapat dipastikan itu akan menjadi tanda kubra (besar) kiamat.

We built seven firm layers above you. We installed a blazing lamp. (Qur'an, 78:12-13)

As we know, the only source of light in the Solar System is the Sun. With advances in technology, astronomers discovered that the Moon was not a source of light but that it merely reflects the light reaching it from the Sun. The expression "lamp" in the above verse is a translation of the Arabic word "sirajan," which most perfectly describes the Sun, the source of light and heat.

In the Qur'an Allah employs different words when referring to such celestial bodies as the Moon, the Sun and the stars. This is how the differences between the structures of the Sun and Moon are expressed in the Qur'an:

Do you not see how He created seven heavens in layers, and placed the moon as a light in them and made the sun a blazing lamp? (Qur'an, 71:15-16)

In the above verse, the word "light" is used for the Moon ("nooran" in Arabic) and the word "lamp" for the Sun ("sirajan" in Arabic.) The word used for the Moon refers to a light-reflecting, bright, motionless body. The word used for the Sun refers to a celestial body which is always burning, a constant source of heat and light.

On the other hand, the word "star" comes from the Arabic root "nejeme," meaning "appearing, emerging, visible." As in the verse below, stars are also referred to by the word "thaqib," which is used for that which shines and pierces the darkness with light: self-consuming and burning:

It is the star that pierces through darkness! (Qur'an, 86:3)

We now know that the Moon does not emit its own light but reflects that reaching it from the Sun. We also know that the Sun and stars do emit their own light. These facts were revealed in the Qur'an in an age when mankind simply did not have the means to make scientific discoveries of their own accord. It was an age when peoples' knowledge of celestial bodies was severely restricted, to say the least. This further emphasises the miraculous nature of the book of Islam.

http://www.miraclesofthequran.com/scientific_09.html

Although little is known about changes that occur in the brain when children watch TV, much has been written in print and on the web about the negative cognitive and behavioral outcomes associated with TV viewing. The claim that watching TV adversely impacts children's imagination is of special interest in this paper. In his poem "Charlie and the Chocolate Factory," written in the early 1960s, Roald Dahl warned about the destructive effects of TV viewing:

"It kills the imagination dead!" and children's "powers of thinking rust and freeze! (1)" How may TV viewing affect children's imagination? Are children who watch more TV less imaginative than those who watch little or no TV? How has imagination been defined and studied? This paper examines the relationship between TV viewing and children's imagination to evaluate whether watching TV undermines children's capacity to think imaginatively and creatively.

Johnson observed that watching TV does not require the use of imaginative thinking because the viewer passively takes in pictures on the screen (2). When children read, however, they generate their own mental images (2). Here, imaginative thinking refers to the spontaneous generation of mental images in response to incoming visual and/or auditory information. Johnson's claim merely states that watching TV does not promote imaginative thinking during the act of TV viewing itself, when compared to reading.

Thus, regardless of their supposed educational value, TV programs generally leave no room for imagination because they supply abundant images to direct or dominate children's thinking. Johnson's claim seems reasonable but could TV viewing also have some benefits for children's imagination? It is not uncommon for children to "imagine" themselves as the cartoon superheroes they adore and create hypothetical scenarios related to the characters' powers during play. Therefore, the content of TV shows could stimulate a child's imagination after viewing.

While Johnson stated that the neocortex is inactive when children watch TV, she did not cite data from scientific studies (2). Interestingly, her observation that TV viewing does not promote imaginative thinking appears to be supported by a biological phenomenon that occurs when people watch TV. Researchers found that TV viewing triggers the activation of the orienting response in humans, which functions to increase the sensitivity of one's visual and auditory senses to any novel or sudden stimuli in the environment (3).

When the TV is turned on, people's attention naturally diverts to the screen because it sends out a changing sequence of images often accompanied by sudden noises (3). Both adults and children would "sit and stare, and stare and sit" in front of the television as if they were hypnotized (1) because the orienting response is continually activated during TV viewing (3). Upon activation, alpha waves in the brain are blocked for a few seconds as the body rests and the alert brain becomes preoccupied with gathering more information about the source of disturbance (3); alpha waves would be recorded in the brain of an awake and relaxed person.

With their orienting response active most of the time, it is no wonder that children do not engage in imaginative thinking while they watch TV. Excessive TV viewing would also prolong the activation of a child's orienting response, thereby causing the child to experience headaches, dizziness, and tiredness (3). Consequently, children may be less likely to engage in activities that require cognitive or mental effort after watching TV. Clearly, excessive TV viewing per se does not seem to impair children's capacity for imaginative thinking by causing certain areas of the brain to atrophy from the lack of use; it simply tires the mind. Logically, TV viewing may adversely impact imaginative thinking by taking up time that could be better spent in other activities, such as reading and play, which stimulate thought processes.

Valkenburg & van der Voort (1994) concluded in their review of 17 studies that watching TV reduces creative imagination among children of a wide range of ages, most of whom were older than age 6 (4). Creative imagination is narrowly defined as "the capacity to generate many different novel or unusual ideas" (4). Experimental studies typically present a story to the children in video, print, or audio; after the presentation, children are asked several questions about the story (4).

In most studies, children in the video condition gave responses that contained more elements derived from the story, and/or fewer novel or original elements, when compared to children in other conditions (4). Assuming that information shown on video was as well remembered as that presented in audio or print, there is reason to believe that children who watched the video displayed less creative imagination on this task.

Could one then extrapolate from these findings that TV images dominate children's mind, making it difficult for them to mentally put these images away while engaging in a thought process (4)? Given that it is unclear whether children's creative imagination shows a reduction on other unrelated tasks, such as story writing and divergent thinking tests, there is little reason to believe that TV viewing would lead to a decline in children's creative imagination.

Also, although creativity is often associated with originality and novelty, individuals may also display creativity by drawing on elements from different sources of information to create something new. Therefore, it may not be sufficient to measure creative imagination only by comparing the number of borrowed and/or novel elements in children's responses. In reality, children probably watch TV programs that interest them in the first place. Consequently, their talk and drawings may exhibit a preoccupation with a program's plot and scenes. Should this preoccupation be construed as a child's fad or a reduction in creative imagination?

Correlational studies included in the 1994 review usually use divergent thinking tests, teacher ratings, and/or inkblot tests to measure creative imagination (4). Verbal divergent thinking tests consist of open-ended problems for which children have to generate as many solutions as possible (4). For instance, they may be asked to provide alternative uses for a common object such as rubber-band. Generally, responses are scored for the number of ideas, conceptual categories, and original ideas generated.

Of 7 correlational studies, 5 studies found that children who watched more TV had lower scores on the creative imagination measure/s that were used (4). Does this suggest that TV viewing decreases children's creative imagination? As Valkenburg & van der Voort (1994) pointed out, correlational studies assumed that TV viewing and creative imagination are related in a linear fashion (4). It is probable that TV viewing diminishes creative imagination only beyond a certain threshold of viewing hours.

Taken together, these findings suggest that children's creative imagination is affected by exposure to any type of material shown on TV. Although the content of TV shows may affect whether TV viewing would positively or negatively impact creative imagination, this factor was not examined by studies included in the 1994 review. In terms of neurobiology, what does it mean to have a reduced capacity for creative imagination? Given a task such as the divergent thinking test, would children who watch little or no TV show greater overall brain activation compared with children who watch more TV or excessive TV?

Would there also be significant differences in brain activity at the neocortex, as well as brain areas related to memory? Unless there is evidence to suggest that young viewers show a specific pattern of brain activity indicative of decreased creative imagination, when compared to non-viewers, there should be little cause for concern over whether TV viewing reduces creative imagination.

Clearly, TV viewing has become an integral part of modern life and almost every child grows up watching some TV. Generally, information presented on TV seems to leave a deeper impression on children's mind, which explains why they may readily draw from elements in TV presentations.

However, there appears to be no conclusive evidence suggesting that TV viewing per se adversely impacts a child's ability to think imaginatively and creatively. Having said so, there is some support for the claim that TV viewing does not promote imaginative thinking. Spending many hours in front of the TV would tire the mind and displace other intellectual or social activities which would promote imaginative thinking. Therefore, children who watch excessive TV may possibly be less imaginative and creative than children whose TV viewing hours are carefully regulated by adults.

References

1)Michael's Most Excellent Home Page, "Charlie and the Chocolate Factory" by Roald Dahl

2)TV Allowance, "Strangers in Our homes: TV and Our Children's Minds" by Susan R. Johnson

3)Total Obscurity, "Television Addiction is No Mere Metaphor" by Robert Kubey and Mihaly Csikszentmihalyi (2002), in Scientific American.

4) Valkenburg, P. M., & van der Voort, T. H. A. (1994). Influence of TV on Daydreaming and Creative Imagination: A Review of Research. Psychological Bulletin, 116, 316-339.

5)Parenting Information, "The Parent's Guide: Use TV to Your Child's Advantage" by Dorothy G. Singer, Jerome L. Singer, and Diana M. Zuckerman

copas from my inbox message group http://www.facebook.com/group.php?gid=310493738486

Category: Labels: | 0 Comments

BismiLlahirRohmanirRohiim

"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Alloh, jika kamu beriman kepada Alloh, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman." (An Nuur : 2)

"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka." (Shaad : 27)
Di dalam badan manusia, terdapat satu sistem pertahanan tubuh yang disebut sistem imunitas atau sistem kekebalan tubuh. Sel yang paling berperan di dalam menghasilkan sistem pertahanan tubuh adalah sel darah putih. Selain itu juga ada B Limfosit yang berkaitan dengan Imuniti Humoral atau T Limfosit yang berperan sebagai penghasil imunitas perbaikan sel (Cell-Mediated Immune System). Apabila virus AIDS menyerang manusia, sistem pertahanan akan dimusnahkan dengan cara virus itu melekatkan dirinya di permukaan T4 Limfosit kemudian mengacaukan fungsi sel T4 sehingga manusia mengalami kelumpuhan sistem pertahanan tubuh, dan inilah yang disebut sebagai AIDS (Acquired Immunologic Deficiency Syndrome).

Bagi pelaku zina yang belum menikah, mereka mempunyai antibodi T4 Limfosit yang kuat dan masih bertenaga. Jika sekiranya pelaku zina itu sudah dihinggapi HIV selepas perzinaannya, T4 Limfosit akan diserang oleh HIV AIDS yang akan menyebabkan sel-sel T4 Limfositnya mati dan musnah. Sel-sel sum-sum tulangnya tidak dapat lagi menghasilkan sel-sel T4 yang baru dengan jumlah yang banyak karena sebagian dari sel darah putih itu bertukar menjadi benih manusia. Badan akan lemah dan Sindrom Kurang Daya Tahan akan menyerang. Pesakit jenis ini mempunyai kemungkinan untuk disembuhkan. Tetapi dengan syarat : Ia harus dicambuk dan badannya harus mengalami kerusakan sel yang banyak sehingga akan menggalakkan sum-sum tulang mengeluarkan antibodi yang baru.

Cara terbaik adalah dengan cara mencambuk di bagian tulang belakang manusia di kawasan antara bawah tengkuk dan di atas pinggang di bagian belakang tubuh badan manusia dengan sebatan yang akan merangsang penghasilan semula antibodi T4 yang baru dan pesakit tersebut bisa sembuh dari AIDS ketika antibodi sel-sel T4 Lomfosit menjadi dua kali lipat jumlahnya daripada jumlah virus AIDS, sehingga ia akan dapat memusnahkan virus AIDS dan menyelamatkan manusia dari penyakit AIDS.

Jika sekiranya pelaku zina tersebut adalah mereka yang telah menikah, apabila dihinggapi virus AIDS, sel-sel T4 mereka telah menjadi lebih lemah dibandingkan dengan sel-sel T4 mereka yang belum menikah. Kelemahan ini disebabkan oleh sum-sum tulang yang kurang menghasilkan antibodi karena fungsinya lebih banyak ditumpahkan ke arah menghasilkan sperma-sperma baru. Pelaku zina jenis ini tidak dapat diselamatkan dari virus AIDS dan rajam sampai mati merupakan penyelesaian yang terbaik untuk menghindari berjangkitnya dan penyebaran penyakit disamping memberikan pelajaran yang menyababkan orang lain takut untuk melakukan kesalahan yang sama.

copas from my inbox message group http://www.facebook.com/group.php?gid=183217354056

Category: Labels: | 2 Comments

When we think of addiction, most of us think of alcoholism or drug abuse. But the easy access, anonymity, and constant availability of the Internet, email, texting, chatting and twittering has led to a new form of compulsive and dependent behavior, techno-addicts. The same neural pathways in the brain that reinforce dependence on substances can reinforce compulsive technology behaviors that are just as addictive and potentially destructive. Almost anything that we like to do - eat, shop, gamble, have sex - contain the potential for psychological and physiological dependence.

Whether we're watching TV, playing an interactive video game, or simply searching online for an old movie title, our brains and other organs automatically react to the monitor's rapidly changing, staccato stimuli : heart rate slows, brain blood vessels dilate, and blood flows away from major muscles. As we continue staring at the screen, this physical reaction helps our brains focus on the incoming mental stimuli, and the constant flow of visual stimuli can shift our orienting responses into overdrive. Eventually, however, rather than continued mental stimulation, we begin to experience fatigue. After a computer or video marathon, our concentration abilities often decline, and many people report a sense of depletion - as if the energy has been "sucked out of them." Despite these side effects, computers and the Internet are hard to resist, and our brains can get hooked rapidly - especially young ones. Sales of video games world-wide are stronger than ever.

Self-proclaimed Internet addicts report feeling a pleasurable mood burst or "rush" from simply booting up their computer, let alone visiting their favorite websites - just as shopping addicts get a thrill from scanning sale ads, putting their credit cards in their wallets, and setting out on a spending spree. These feelings of euphoria, even before the actual acting out of the addiction occurs, are linked to brain chemical changes that control behaviors ranging from a seductive psychological draw to a full-blown addiction. The brain-wiring system that controls these responses involves the neurotransmitter dopamine, a brain messenger that modulates all sorts of activities involving reward, feeling good, exploration and punishment.

Internet addiction is a relatively new clinical disorder that is inconsistently recognized as an official addiction. It can be considered similar to gambling, where a person is addicted to an act rather than a thing. People with Internet addiction disorder spend a lot of time online--enough that it interferes with their daily lives. They may spend their days obsessively checking email, playing online games or browsing social network sites. This addiction is increasingly gaining attention. And as a result of more addicts being discovered, more people are taking Internet addiction seriously even if it's not officially recognized as a disorder.

Dopamine is responsible for the euphoria that addicts chase, whether they get it from methamphetamine, alcohol, or Internet gambling. The addict becomes conditioned to compulsively seek, crave and recreate the sense of elation while off-line or off-drug. Whether it's knocking back a few whiskeys or betting on the horses, dopamine transmits messages to the brain's pleasure centers causing addicts to want to repeat those actions - over and over again, even if the addict is no longer experiencing the original pleasure and is aware of negative consequences.

The mental reward stimulation of the dopamine system is a powerful pull that non-addicts feel as well. Studies of volunteers enrapt in addictive video games show that gamers continue to play on despite multiple attempts to distract them. The dopamine system allows them to tolerate noise and discomfort extremely well. Previous research has shown that both eating and sexual activity drive up dopamine levels. Even checking email can become a compulsive behavior that's hard to stop.

It is not the technology itself that is addictive, but rather the specific application-of-choice. People can get hooked on Internet searching, online dating, Web shopping, porn sites, on-line gambling, or even checking their email. Even if you are not addicted to the Internet or any other technology, you may be struggling with its enticement. Ask yourself if this is an issue for you, a family member or friend, then consider what you can do to get help.

The Basics
Internet addiction disorder is a disorder that's considered to be a "process addiction." People with this disorder are addicted to an activity--in this case surfing the Internet--not a substance such as alcohol or drugs. They experience symptoms of tolerance and withdrawal as with any other addiction.

Identification
People with Internet addictions spend a lot of time online, to the point that it interferes with their daily life. The amount of time spent online is not necessarily indicative of a disorder. What's important is the extent to which spending time on the Internet negatively affects a person's normal life. People with Internet addiction disorder may give up their social lives, work lives and slack on personal hygiene. They may experience excessive fatigue, apathy and racing thoughts and may seem irritable and angry when not online. They may lie about how much time they spend online.

Significance
In 2008, China became the first country to recognize Internet addiction as a clinical disorder. As of 2009, Internet disorder is not recognized as a disorder in the U.S. However, some organizations consider it to be. The American Psychological Association (AMA) formally recognizes Internet addiction as a disorder.

Theories/Speculation
No one is sure what causes an Internet addiction. One theory is that people don't become addicted to the Internet itself--they use the Internet as a vehicle for their real addictions, such as gambling or sex. Another theory is that people become addicted because they feel a "rush" when going online. This rush is repeatedly reinforced, perhaps by meeting someone new in a chat room, and they keep logging on for more. People with addictive personalities or who are socially awkward and isolated may be more prone to Internet addiction.

Prevention/Solution
Just as with other disorders, the first step in recovery is realizing you have a problem. There are many Internet addiction support groups that offer peer-to-peer counseling for addicts. People with disorders must identify patterns of misuse, identify underlying problems and work to create ways to manage their dependence on the Internet.

copas from my inbox message group http://www.facebook.com/group.php?gid=310493738486

Category: Labels: | 0 Comments

“Sesungguhnya telah ada pada (DIRI) Rasulullah itu suri teladan yang BAIK bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh.” (Al Ahzab : 21)

Rasulullah saw menganjurkan tidur miring ke kanan :

Dari al-Barra` bin Azib, Rasulullah Muhammad saw pernah bersabda, "Apabila kamu hendak tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan"

“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

1. Mengistirahatkan otak sebelah kiri

Secara anatomis, otak manusia terbagi menjadi 2 yaitu bagian kanan dan kiri. Bagian kanan adalah otak yang mempersarafi organ tubuh sebelah kiri dan sebaliknya. Umumnya ummat muslim menggunakan organ tubuh bagian kanan sebagai anggota tubuh yang dominan dalam beraktifitas seperti makan, memegang dan lainnya. Dengan tidur pada posisi sebelah kanan, maka otak bagian kiri yang mempersarafi segala aktiftas organ tubuh bagian kanan akan terhindar dari bahaya yang timbul akibat sirkulasi yang melambat saat tidur/diam. Bahaya tersebut meliputi pengendapan bekuan darah, lemak , asam sisa oksidasi, dan peningkatan kecepatan atherosclerosis atau penyempitan pembuluh darah. Sehingga jika seseorang beresiko terkena stroke, maka yang beresiko adalah otak bagian kanan, dengan akibat kelumpuhan pada sebelah kiri (bagian yang tidak dominan).

2. Mengurangi beban jantung.

Posisi tidur kesebelah kanan yang rata memungkinkan cairan tubuh (darah) terdistribusi merata dan terkonsentrasi di sebelah kanan bawah. Hal ini akan menyebabkan beban aliran darah yang masuk dan keluar jantung lebih rendah. Dampak posisi ini adalah denyut jantung menjadi lebih lambat, tekanan darah juga akan menurun. Kondisi ini akan membantu kualitas tidur.

3. Mengistirahatkan lambung.

Lambung manusia berbentuk seperti tabung berbentuk koma dengan ujung katup keluaran menuju usus menghadap kearah kanan bawah. Jika seorang tidur kesebelah kiri maka proses pengeluaran chime (makanan yang telah dicerna oleh lambung dan bercampur asam lambung) akan sedikit terganggu, hal ini akan memperlambat proses pengosongan lambung. Hambatan ini pada akhirnya akan meningkatkan akumulasi asam yang akan menyebabkan erosi dinding lambung. Posisi ini juga akan menyebabkan cairan usus yang bersifat basa bias masuk balik menuju lambung dengan akibat erosi dinding lambung dekat pylorus.

4. Meningkatkan pengosongan kandung empedu, pankreas.

Adanya aliran chime yang lancar akan menyebabkan keluaran cairan empedu juga meningkat, hal ini akan mencegah pembentukan batu kandung empedu. Keluaran getah pancreas juga akan meningkat dengan posisi mirin ke kanan.

5. Meningkatkan waktu penyerapan zat gizi.

Saat tidur pergerakan usus menigkat. Dengan posisi sebelah kanan, maka perjalanan makann yang telah tercerna dan siap di serap akan menjadi lebih lama, hal ini disebabkan posisi usus halus hingga usus besar ada dibawah. Waktu yang lamam selamat tidur memungkinkan penyerapan bias optimal.

6. Merangsang buang air besar (BAB)

Dengan mtidur miring ke sebelah kanan , proses pengisian usus besar sigmoid (sebelum anus) akan lebih cepat penuh, jika sudah penuh akan merangsang gerak usus besar diikuti relaksasi dari otot anus sehingga mudah buang air besar.

7. Mengisitirahatkan kaki kiri

Pada orang dengan pergerakan kanan, secara ergonomis guna menyeimbangkan posisi saat beraktifitas cenderung menggunakan kaki kiri sebagai pusat pembebanan. Sehingga kaki kiri biasanya cenderung lebih merasa pegal dari kanan, apalagi kaki posisi paling bawah dimana aliran darah balik cenderung lebih lambat. Jika tidur miring kanan , maka pengosongan vena kaki kiri akan lebih cepat sehingga rasa pegal lebih cepat hilang. Dari uraian diatras tampak banyak manfaat tidur dengan posisi miring. Mudah-mudahan uraian tersebut dapat membawa manfaat bagi umat dalam mengamalkan salah satu sunnah nabi.

Sumber : Kitab Shohih Al Bukhori, Kitab Shohih Muslim
copas from my inbox message, group http://www.facebook.com/group.php?gid=183217354056

Bayi prematur merupakan bayi yang lahir kurang bulan menurut masa gestasi (usia kehamilan). Normalnya yaitu 37 - 41 minggu. Bayi lahir prematur cenderung bermasalah dibanding bayi lahir normal sehingga dibutuhkan kesabaran dan kecermatan ekstra dari dokter yang merawat maupun dari orangtuanya. Kelahiran prematur dapat menyebabkan ketidakmatangan pada semua sistem organ, misalnya sistem pernapasan (organ paru-paru), sistem peredaran darah (jantung), sistem pencernaan dan sistem saraf (otak). Ketidakmatangan pada sistem-sistem organ itulah yang membuat bayi prematu mengalami kelainan. Misalnya :

  • Sindrom gangguan pernapasan yang terjadi karena kurang matangnya paru-paru sehingga jumlah surfaktan (cairan pelapis paru-paru) kurang dari normal. Hal ini menyebabkan paru-paru tidak dapat berkembang sempurna.
  • Perdarahan otak yang terjadi pada minggu pertama kelahiran terutama pada bayi prematur yang lahir kurang dari 34 minggu. Karena hal ini maka bayi prematur biasanya tumbuh menjadi anak yang relatif kurang cerdas dibanding anak yang lahir normal.
  • Kelainan jantung yang biasanya terjadi adalah Patent Ductus Arteriosus (adanya hubungan antara aorta dengan pembuluh darah jantung yang menuju ke paru-paru)
  • Kelainan usus yang disebabkan kurang matangnya sistem pencernaan sehingga tidak bisa menyerap nutrisi secara sempurna.
  • Anemia
  • Infeksi

Angka kejadian persalinan prematur memang tidak terlalu banyak akan tetapi perlu perhatian khusus.
Konsekuensinya, bayi prematur akan membutuhkan dukungan dari ruangan khusus NICU (Neonatal Care Intensive Unit) sesuai dengan keperluan bayi tersebut.

Beberapa pemeriksaan dan faktor risiko dapat dijadikan prakiraan kelahiran prematur. Namun belum ada yang benar-benar akurat. Tes serviko vaginal fetal fibronectin (fFN) merupakan salah satu pemeriksaan yang paling mutakhir dalam memprediksi kelahiran prematur dengan akurat. Fetal fibronectin merupakan protein seperti lem yang merekatkan janin dengan rahim ibu. Keberadaannya dapat dideteksi dalam sekret vagina pada awal kehamilan yakni ketika baru terbentuk dan pada akhir kehamilan ketika sudah siap untuk melahirkan. Setelah usia kehamilan 35 minggu, fFN mulai terpecah secara alamiah sehingga bisa terdeteksi, artinya ibu sudah siap untuk melahirkan. Jika ternyata akan ada kelahiran prematur maka fFN sudah terdeteksi sejak sebelum usia kehamilan mencapai 35 minggu. Dokter dapat memprediksi adanya persalinan ataupun tidak dalam 2 minggu setelah diketahui hasil pemeriksaan tersebut. Prinsip pemeriksaan ini adalah untuk menilai adanya fFN yang terlepas dan ditemukan di vagina.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada usia kehamilan 24 – 34 minggu dengan membran amnion yang masih intak dan dilatasi serviks kurang dari 3 sentimeter. Tujuan pemeriksaan ini adalah memprediksi kemungkinan kehamilan dapat melewati minggu ke-34. Saat ini pemeriksan fFN dapat dilakukan dengan cepat dan aman. Hal terpenting dari pemeriksaan ini adalah keakuratannya. Hasil pemeriksaan negatif dapat meyakinkan dokter maupun orangtua bahwa risiko terjadinya kelahiran prematur rendah. Harga test fibronectin skrining saat ini adalah Rp. 800.000 (di luar jasa medis).

Category: Labels: | 0 Comments

Katarak biasanya menyerang kalangan lanjut usia dan merupakan penyakit mata paling banyak di Indonesia. Malah populasi penderita katarak di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Setiap tahun penderita katarak di Indonesia bertambah sekitar 200 ribu orang. Katarak terjadi karena perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya, menjadi keruh. Penyebabnya sebagian besar karena faktor usia. Akibat lensa mengeruh maka cahaya sulit mencapai retina sehingga penglihatan pun terganggu.

Untuk mengatasi hal tersebut, lensa mata yang keruh tadi harus dikeluarkan dari mata melalui operasi kemudian diganti dengan lensa buatan. Biasanya untuk mengeluarkan lensa mata yang keruh dan untuk menanamkan lensa baru dibutuhkan sayatan sebesar lensa yang rusak, sekitar 9 milimeter. Bagian sisi mata disayat dengan cukup lebar lalu lensa rusak dikeluarkan secara utuh melalui sayatan tadi. Selanjutnya baru dimasukkan lensa buatan sebagai pengganti. Setelah itu, luka sayatan ditutup dengan jahitan.

Sekarang ada teknologi operasi katarak terbaru yaitu menggunakan teknik Micro Incision Catarast Surgery (MICS). Dengan teknih bedah mata terbaru ini, sayatan yang dibutuhkan hanya selebar 1,8 milimeter untuk mengeluarkan dan memasukkan lensa. Saking kecilnya sayatan tersebut maka tak dibutuhkan lagi jahitan untuk menutup luka sayatan itu dan pemulihan pun semakin cepat sehingga kemungkinan untuk terjadi kelainan silinder mata (astigmatisme) akibat katarak pun juga semakin kecil. Pasien pun tak perlu dibius dengan menggunakan bius umum, cukup bius lokal sehingga kondisi pasien dapat segera pulih hanya dalam seminggu.

Proses teknik dimulai dengan menghubungkan jarum tipis berongga dengan mesin fakoemulsifikasi, kemudian menyelipkan jarum tersebut ke dalam mata melalui sayatan kecil selebar 1,8 milimeter. Jarum akan digetarkan dengan getaran ultrasonik hingga lensa mata hancur. Serpihan kecil lensa kemudian dialiri air lalu disedot keluar melaui jarum tadi. Setelah itu ditanamkan lensa buatan baru ke dalam mata untuk mengganti fungsi lensa lama. Seluruh proses ini hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit, dan setelah beristirahat pasien bias langsung pulang.

Seiring dengan keberadaan teknik MICS, teknologi lensa tanam pun ikut berkembang pesat. Kini lensa tanam sudah terbuat dari bahan elastis yang mudah digulung (foldable lens). Dengan tergulung sangat kecil, lensa dapat diselipkan ke dalam mata secara mudah melalui sayatan 1,8 milimeter. Saat ini ada 2 jenis lensa tanam pengganti untuk penderita katarak yaitu lensa monofokal yang digunakan hanya untuk memperbaiki penglihatan jauh dan lensa multifokal yang mampu mengoreksi penglihatan jauh dan dekat. Pada pengguna lensa monofokal, pasien membutuhkan bantuan kacamata untuk penglihatan jarak dekat atau membaca, sedangkan pengguna lensa multifokal tidak perlu lagi menggunakan kacamata.

Penanganan katarak memang tak bias sembarangan. Teknologi terbaik memerlukan dokter yang berpengalaman sebagai operator dan juga lensa yang sesuai. Teknik MICS ini masih sangat jarang di Indonesia begitu pula dengan ketersediaan lensa tanam yang sangat kecil lipatannya. Saat ini di Indonesia baru tersedia di Jakarta Eye Centre.

Category: Labels: | 2 Comments

Kornea merupakan bagian transparan dari mata yang letaknya di depan lensa mata. Tebalnya 0,5 mm dan jika mengalami luka atau infeksi akan menghalangi dan mengaburkan pandangan. Akibatnya terjadi gangguan penglihatan atau bahkan kebutaan. Kornea terdiri dari beberapa lapisan bening, kerusakan bisa terjadi pada lapisan kornea terluar atau terdalam saja bahkan bisa juga mengenai keduanya. Namun jika yang rusak adalah lapisan paling dalam, proses penggantian lapisan akan menjadi lebih sulit.

Transplantasi kornea sudah sejak lama terbukti mampu menyembuhkan kebutaan atau kerusakan penglihatan yang terjadi akibat permasalahan pada kornea. Tingkat kesuksesan terapi ini pun cukup tinggi. Namun pada terapi pemasangan lapisan kornea baru ke dalam mata, sekitar 30 – 40% sel – sel kornea baru dapat mengalami kerusakan. Akibatnya pemulihan pasien setelah operasi menjadi lebih lama.

Teknik yang biasa digunakan para ahli bedah mata untuk transplantasi kornea adalah dengan mengganti seluruh jaringan kornea pasien, biasa disebut Penetrating Keratoplasty. Untuk memasukkan kornea baru ke lapisan paling dalam, kornea baru akan dilipat menjadi setengah lalu diselipkan melalui sayatan kecil di samping mata dengan menggunakan sepasang forceps. Setelah masuk, udara ditiupkan ke dalam kornea untuk membuka lipatan kornea baru tadi. Salah satu kelemahan teknik ini ada pada proses pelipatan kornea baru yang akan merusak sel – sel kornea baru karena bagian dalam kornea bersentuhan dengan bagian luar. Masalah semakin buruk pada mata orang – orang Asia yang pada umumnya memiliki kelopak mata yang lebih kecil daripada orang Kaukasia sehingga lebih sulit membuka lipatan kornea.

Pada saat ini telah ditemukan teknik transplantasi yang memungkinkan para ahli bedah mata untuk mengganti lapisan kornea hanya pada lapisan yang terganggu. Jika lapisan luar yang rusak, cukup diganti lapisan luarnya dan jika hanya lapisan dalam yang rusak maka yang diganti hanya lapisan dalam. Prosedur transplantasi sebagian lapisan saja ini dinamakan Lamellar Keratoplasty. Diharapkan dengan prosedur ini, maka resiko penolakan transplantasi kornea dapat menurun secara signifikan. Teknik yang digunakan dinamakan Descemet Stripping Automated Endothelial Keratoplasty (DSAEK). Prosedur dan teknik tersebut diciptakan oleh Profesor Donald Tan yang merupakan direktur dari Pusat Nasional Kesehatan Mata di Singapura (Singapore National Eye Centre/SNEC) dan Professor Jodhbir Mehta yang merupakan konsultan opthalmologis di SNEC. Mereka berdua menciptakan suatu alat yang dapat digunakan oleh ahli bedah mata khusus kornea yaitu Tan Endoglide. Dengan prosedur, teknik dan alat terbaru ini diharapkan kerusakan yang dialami kornea donor bisa ditekan hingga hanya berkisar 7 – 19%.

Pada teknik terbaru ini, lapisan kornea donor tak perlu dilipat melainkan langsung dimasukkan ke dalam mata. Kornea baru akan diletakkan di atas lembaran plastik tipis yang disebut Tan Endoglide, kemudian plastik ini akan dimasukkan melalui sayatan kecil selebar 5 milimeter di samping mata. Selanjutnya lapisan kornea ditarik dengan forceps dari sisi mata sebelahnya sehingga masuk ke posisi yang benar. Prosedur ini tak membutuhkan jahitan sehingga kondisi mata menjadi lebih kuat. Selain itu, tanpa luka jahitan maka penglihatan akan pulih dalam waktu lebih cepat.

Sebelumnya, kornea baru untuk transplantasi mata hanya didapat dari kornea donor dari orang yang telah meninggal dunia. Melalui riset yang dilakukan selama hampir 10 tahun oleh Profesor Tan bersama rekannya di Singapore Eye Center Institute (SERI) yaitu Profesor Roger Beuerman yang merupakan Senior Scientific Director of SERI, untuk pertama kalinya di dunia mereka berhasil menumbuhkan jaringan kornea mata baru dari sel induk (stem cells) manusia di dalam laboratorium. Jaringan kornea mata baru ini dapat dipakai pada mata pasien yang normal yang kemudian ditransplantasi ke mata yang mengalami kerusakan untuk memperbaiki penglihatan pasien. Mereka tidak menggunakan sel – sel hewn atau serum untuk menumbuhkan sel induk agar mengeliminasi resiko penularan penyakit.

Selain mengembangkan kornea donor dari sel induk, Profesor Tan juga sering melakukan prosedur operasi kornea yang rumit yaitu “tooth-in-eye”. Operasi ini merupakan cara terakhir jika prosedur transplantasi kornea sudah tidak bisa dilakukan atau teknik tersebut tidak memberikan hasil yang bagus karena kondisi kornea mata pasien yang sudah terlalu parah. Caranya dengan memasang silinder plastic kecil menembus kornea mata. Silinder ini akan berfungsi menyalurkan cahaya ke retina mata sehingga pasien dapat melihat kembali. Dengan majunya teknik pembedahan mata, maka pasien pun penglihatannya dapat cepat pulih tanpa bekas luka jahitan.

Category: Labels: | 0 Comments