KAU
Memang di musim salju
Tak ada bunga kuncup walau sepucuk
Tapi di dasar kalbuku
Kau setangkai angkuli
Mekar sudah
Malam hanya angin dingin
Mengetuk-ngetuk jendela kamarku
Menggigilkan pepohonan
Tapi bara yang kau taruh dalam hatiku
Berkobar
Menjelma api,
menghangatkan pikir dan rasa
Mencairkan gairah hidupku yang nyaris beku
Sepadat batu
Di lain waktu
Kau adalah arus air
Mendenyutkan sungai yang dikerontangkan
Terik matahari
Kau arah yang kutuju
Bebas dari kehancuran
[Soni Farid Maulana, 2001]
Note :
Tak perlu kau Termangu
Cukup beri aku ilmu
Tak perlu bujuk rayu
Apalagi bunga yang cepat layu
Cukup untukku
Buku buku dan logikamu
In love,
Nothing exists between heart and heart.
Speech is born out of longing,
True description from the real taste.
The one who tastes, knows ;
The one who explains, lies.
How can you describe the true form of Something
In whose presence you are blotted out ?
And in whose being you still exist ?
And who lives as a sign for your journey ?
- Rabia al Basri -
* Dari beberapa bait puisi karya Badruddin Emce
Seluruh yang engkau tulis, tengadah.
Seluruh yang tengadah, rekah.
Seluruh yang rekah, menggugah.
Perkenankan kami menjadi lebah !
Bagaimana terbang lepas
seperti makhluk paling bebas.
Berputar-putar seperti kerumunan gila belajar.
Lalu meluncur
seperti hanya akan ambil manis sarinya
menolak sepah kosongnya.
Sebelum sentuh membangkitkan,
tak perlu kiranya dituliskan.
Menyusuri jalan yang ditentukan angin
kami akan datang melupakan
rimbun pohon-pohon jauh tinggi !
Sepanjang engkau bebas dari napsu,
dengan seluruh urat daya,
pertahankan itu tengadah rekah.
Aduhai, Cinta..
Latif pintamu, HATIF
TerSADAP bulir hujan malam
Larut di GAYUNG mimpi
O, Cinta..
Ingatkan aku, LANYAU bibirmu
MenCERABIH ASA
: Persenyawaan kita
(Ah, kita.. Sungkan meNOLAK takdir, enggan putuskan RANTAI nasib)
JINGGA berpendar, tersentak sentak
Laun berKOBAR, serentak
"Ya, aku mau. Cinta."
Untuk Arisan Kata edisi 9
http://topenkkeren multiply.com/journal/item/151
Hasil karya peserta Arisan Kata 9
http://topenkkeren.multiply.com/journal/item/153
Karya : Andi Gunawan @ndigun
Seumpama manusia serupa kata, diksi adalah tingkahnya, rupa-rupa, sembarang, tak melulu seirama.
Adalah makna yang tak dimiliki kata, ia mencarinya sendiri dalam sejuta ambiguitas duniawi.
Lantas, usahlah sendu ketika diksimu tak sejalan mau kerangka aksara.
Adalah lumrah, adalah biasa, adalah sudah jangan kau sesali dalam panjang alinea sesudahnya.
Habis titik, semailah frase baru pada lembaran kekinianmu, karena lalu adalah lalu.
P.S. Puisi Akrostik : puisi atau bentuk tulisan lain dimana huruf, silabus, atau kata pertama dari tiap baris atau paragraf mengeja sebuah kata atau pesan. Biasanya sama dengan judul.
Http://tujuhrasa.wordpress.com
Sulur asa merambati hatiku perlahan
Mencari cahaya fotosintesa cinta
Mekar merekah tersiram cita
Unsur hara kenangan meresap merambati impian
Dipupuk tawa dan airmata
Selaksa romansa menyuburkan kuncup kuncup jiwa
Akulah anggrek cinta
Hidup merambati relung relung hati
Akarku menggantung menghiba sayang
Melilit erat angan, tak menjerat
Waspadalah tanda Ia mengeram magma
Tak perlu duapuluhsatu hari
Untuk tiba 'awas' menetaskan erupsi
Ah, merapi tak pernah ingkar janji
Mungkin ia jemu akan cinta buta mereka
Darah biru lalai jadikan ia sekutu atas Empunya
Kali ini
Kiamat kecil pun jemput sang juru kunci
Ah, merapi tak pernah ingkar janji
Jangan amuk abu menumpuk
Jangan kecam darah tertumpah
Bukan
Ini bukan saat bagi kita lempar handuk
Namun ini momentum kembali
Ke sebebar-benar tunduk.
By : Jaraway
Pagi ABU ABU
Memulai hari, tanpa tetes tetes embun
Duka menggantung, lara bersenandung
ERUPSI MERAPI menari di atas lirih
Negara bertabur mayat, kabarkan KIAMAT
Sejenak, seketika
Cerita tergenang di luahan tsunami
Tentang sketsa manusia LALAI
Agar hanyut, agar ingat
Perihal kami :
Abai tunduk berSUJUD pada Yang Satu
Asyik bersekutu menyekutukan CINTA-Mu
Nurani luput, diliputi HANDUK kekafiran
Jiwa tamak mengERAMi maksiat
Kemalangan..
: Makanan terbaik rakyat bersama DARAH airmata
Datang berulang, saban tahun kekuasaan
Asa mengazab penguasa, hakim hakim durjana
Menanti langit menobatkan sang khalifah
Untuk Arisan Kata 8
http://topenkkeren.multiply.com/journal/item/147
Hasil karya peserta Arisan Kata 8
http://topenkkeren.multiply.com/journal/item/149
Ya Rabb..
Ku sebut namaMu dalam gumam
Ku ingat Engkau saat alam begitu gelap
Ku mohon ampuni kami
Naungi jiwa jiwa ini dari bencana kerusakan
Amiin
[Seuntai Doa Dariku Untuk Kita]
Kau nyata bukan semu | Rindu yang selalu membuatku bersemu | Kala kita bertemu | Rela memberiku cinta dan ilmu | Walau aku hanya, pramutamu.
Kita, cinta dalam satu birama | Tak seirama meski satu rima | Dimainkan tiap malam yang sama | Purnama | Akankah bersama, untuk waktu yang lama ?
Nyatanya kita hanya gema | Yang terputus, tanpa tema | Cinta tanpa skema, penuh dilema | Bagai vokal aksara 1 kata terpisahkan trema.
RIUH perkara berdetik tiada sejenak terhenti
Resah meLILIT sukma, kesah tiada bertepi
Pedih lisan bicara dogma
Tersiakan, ditelan stigma tanpa DERAI DERAI aksioma
PANORAMA MURAM menjalar liar ke hari hari yang tereka
Tanpa pernah bisa diterka
Kecambah asa selalu tumbuh dari GERIAP duka
Biar nestapa berujung di entah, hikmah tersimpul dalam DATA DATA luka
Musim bertukar,
LEMBAYUNG asa menggantung cantik di langit manja
Di tepi ceruk ceruk sunyi, secangkir SUSU coklat panas lamat lamat teresapi
Di kelopak malam, berjatuhan doa doa berSAHAJA
Semesta memamah keheningan, mensyukuri hari hari yang terlewati
Untuk Arisan Kata 6
http://topenkkeren.multiply.com/journal/item/137/Arisan_Kata_Edisi_Enam
Hasil karya peserta Arisan Kata 6
http://topenkkeren.multiply.com/journal/item/139
Ku TENUN MUAK dan LARA membentuk PERMADANI MANIS penuh MISTERI
Dibaliknya terSEMBUNYI hati yang menCELOS, terpuruk di palung benci
Diatasnya terbaring TULANG JANIN cinta sang MANTAN
Mati diaborsi keraguan dan ketidakpastian
MAHKAMAH takdir menetapkan,
Semua dikumpul menyatu terbungkus KAFAN kenangan
Terkubur bersama BELANG dusta dan DURI rindu, di dalam KOLAM masa lalu
PAPAN penopang RANTING BATANG kasih sayang ikut dikaramkan
Tanpa NUANSA kesedihan, semua cepat tenggelam dan menghilang
Tiada SIMFONI SENDU mengalun mengiringi
NAMA dan nomor HANDPHONE terhapuskan
TerKUNCI dalam memori penafikkan dan keacuhan
WANGI GAS dendam menyeruak mengGANTUNG tertahan lama di udara
Menutupi nostalgia, menghalangi iba
Sekian waktu terlewati, sabar ku telusuri LORONG kesendirian
CAHAYA cinta belum mampu lagi menembus SEKAM amarah
Hanya seCANGKIR susu coklat panas, setia menemani MALAM-MALAM sepi insomnia
Dan gigitan NYAMUK HUTAN menjadi OBAT analgesi trauma hati
Sila berkata egoku keras bagai batu KARANG
Tak kan ku gubris, walau GENTA pernikahan membahana
Semua KERTAS undangan ku buang ke pojokan
Pesta hanyalah ajang pamer, sepasang SANDAL murahan
P.S. Semua kata kunci yang digunakan merupakan kata kunci dari Arisan Kata 1-4. Total kata kunci 4 periode adalah 40 kata.
SILUET basah bayangmu terajah CANTIK dalam CAKRAWALA imajiku
Berkelebat liar ke segala penjuru kalbu, menit ke menit
Memancarkan harap dari waktu ke waktu
Mengubah kiblat hatiku hingga ku bersembahyang di hatimu
Bagiku kau MALAIKAT sesat
Meski hati kita terlilit erat terpaut cinta
Namun detik demi detik rindumu tiada berGEMING
Hilang rasa dalam batinmu, lantak bersama kelam malam
Mungkinkah kau terlalu NARCIS ?
Amat erat kau peluk POSTER profilmu
Laksana munafik yang melata, kau tuangkan racun dusta dalam tiap kata
Dan tanpa RIKUH kau tebar ke tiap sudut dunia
Kini semua melesap bagai spirtus lampu PETROMAK
Kenangan mengering terbakar muak dan benci
Bertemu realita, kasih meLAPUK seawal fajar
Endapkan mimpi-mimpi, kandaskan asa
Untung semua tersibak bersama ombak senja
Musnah segala, terbungkus kafan nostalgia
Tanpa sesal, ku larung jauh ke lautan kecewa
Biar hari baru mendekatiku,
ku kecup detaknya sambil menanti matahari sejati
Untuk Arisan Kata 5
http://topenkkeren.multiply.com/journal/item/134/Arisan_Kata_Edisi_Lima
Hasil karya peserta Arisan Kata 5
http://topenkkeren.multiply.com/journal/item/135/Peserta_Arisan_Kata_Edisi_Lima
Sejak dahulu kala | saat pertama ku kenal dunia | meski belum tersaji nyata | kata telah membuaiku
Pertama ku kenal kata | hanya berupa suara | kadang bernada, acap tanpa nada | namun selalu ada makna
Tak semua kata ku mengerti | hanya rasa ku coba pahami | dari buku pertama yg ku baca | raut muka
Ketika dunia makin nyata | lidah kulatih, mulut kuberdayakan | ku eja perlahan, lamat-lamat kurangkai lambat | kerap terdengar, itulah kukatakan
Sekian tahun terlewati, selaksa kata termaknai | mulailah belajar tulis-baca | tak semua kata dihantar suara | ada kala cukup dalam tulisan
Makin kenal dunia, makin bertanya | apa kata hanya kata ? | lama ku pelajari, sampailah pada kata palsu | agar tak ambigu, kata perlu tindak nyata
Bimbang silih berganti tanya | seberapa cinta ku pada kata ? | kadang aku pecinta, sering penikmat, sesekali pemuja | tergantung siapa berkata
Kala kata sekedar kata | cukuplah aku penikmat kata | saat kata dibalut tindak nyata | akulah pecinta dan pemuja kata
Cinta jua pemiliknya
Tak selamanya TULANG tegak terpancang laksana KARANG
Kadang tinggi mengGANTUNG menggapai kenikmatan
Sesekali terCELOS dalam LORONG kenestapaan
Derita pun menghujam meninggalkan jejak harapan kosong
Membuat hati tertutup berlumur debu hitam zaman
Namun ancaman zaman tak kan jadi beban
Hingga badan berselimutkan kain KAFAN
Cukuplah Alloh menjadi Sang Penolong
Jadikan zikir OBAT penawar menyibak kelam
CAHAYA Ilahi merekahkan hati bagai fajar menjelang pagi
Biarkan takdir berjalan tanpa tali kekang
KERTAS catatan ketentuan telah tertuliskan
MAHKAMAH langit pun telah menetapkan
Kegembiraan datang setelah kesusahan
Jalan keluar datang setelah keputusasaan
Untuk Arisan Kata 4 . Ingin tahu lebih lanjut dan ikut bermain, baca Arisan Kata.
Beberapa Hasil Karya Peserta Arisan Kata 4.