Usus buntu (apendiks) atau umbai cacing adalah kantung kecil yg berbentuk seperti cacing yg melekat erat pd usus besar. Sejauh ini,fungsi umbai cacing tersebut tidak diketahui. Tanpa usus buntu sebenarnya seseorang tetap bisa hidup sehat namun bila usus buntu meradang dan bocor malah bisa mengancam jiwa. Radang usus buntu umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri,makanan,minuman atau benda asing dalam tubuh,hingga cacingan. Penyakit ini bisa menyerang segala usia dgn kasus terbanyak pd usia 10-30 tahun. Radang usus buntu jarang terjadi pd anak di bawah usia 2 tahun.

Gejala radang usus buntu sangat bervariasi,umumnya nyeri menetap lebih dari 7 hari,demam tidak terlalu tinggi dan rasa tidak enak di bagian tengah perut. Gejala itu datang dan pergi sehingga sering dikira sakit perut biasa dan tidak menyangka jika itu adalah gejala usus buntu. Penetapan akut atau kronisnya radang usus buntu berdasarkan keluhan pasien dan pemeriksaan fisik. Bila dokter masih ragu maka akan diminta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium,ultrasonografi (USG),roentgen apendiks,dan lainnya.

Pemeriksaan fisik pd apendisitis akut akan didapati adanya pembengkakan (swelling) rongga perut karena dinding perut tampak mengencang (distensi). Pd perabaan (palpasi) di daerah perut kanan bawah,seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign). Pemeriksaan dilanjutkan dgn tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat atau tungkai diangkat tinggi2. Jika tindakan ini membuat rasa nyeri di perut semakin parah,maka benar itu radang usus buntu. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila dgn pemeriksaan colok dubur dan atau periksa dalam vagina,menimbulkan nyeri juga. Suhu dubur (rektal) yg lebih tinggi dari suhu ketiak (aksila),lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.

Pd pemeriksaan laboratorium biasanya akan ditemukan jumlah leukosit lebih rendah. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya yg meliputi metode pencitraan dgn barium enema (apendikogram),USG,computed tomography (CT),endoskopi dan laparoskopi. Di Indonesia,barium enema lebih sering digunakan karena biayanya lebih murah. Jika hasil pemeriksaan fisik dan penunjang menunjukkan hasil konsisten dgn apendisitis akut,pasien umumnya langsung menjalani operasi apendiktomi. Jika dari hasil pemeriksaan tidak menunjukkan tindakan operasi darurat,maka pasien dapat diobservasi selama 6-10 jam utk mengklarifikasi diagnosis tanpa meningkatkan risiko.

Bila yg terjadi adalah radang usus buntu kronik yg bisa dilihat dari gejala2 yg umumnya lebih ringan,maka biasanya sebagian besar penderita tidak memiliki indikasi utk tindakan operasi. Penatalaksanaan standar utk apendisitis kronik adalah dgn diberikan terapi konservatif berupa pemberian antibiotik spektrum luas,tirah baring,dan antispasmodik (antispasmolitik). Pilihan antibiotik yg dapat diberikan berupa sefalosporin generasi ke-3 atau ke-4,atau kuinolon berkombinasi dgn metronidazol. Meski tergolong aman dan relatif bisa tertangani dgn obat2an,tingkat kekambuhannya dapat mencapai 35%. Utk itu pastikan diagnosa dgn benar dan ikutilah anjuran pengobatan dari dokter.

0 comments to “Radang Usus Buntu (Appendisitis)”