Informasi ini Mei dapatkan tadi ketika kuliah Farmakologi tentang obat-obatan saluran pencernaan. Dosen Mei menjabarkan bahwa pada saat ini, banyak obat ulkus peptikum di pasaran yang berisi campuran antara antasida, antagonis H2, dan sukralfat. Obat-obat tersebut gencar dipromosikan bahwa ketiganya dapat disatukan sehingga memberikan banyak efek menguntungkan. Salah satunya adalah efek dari sukralfat yang dapat membentuk mukosa pelindung lambung. Padahal faktanya, sukralfat tidak bisa diberikan bersama antagonis H2 dan antasida karena aktivasinya yang memerlukan suasana lambung dalam keadaan asam.
Jadi, jika ada iklan atau yang penawaran obat seperti itu maka hal tersebut patut ditertawakan. Karena sebenarnya, obat yang diminum itu hanyalah mengandung antasida atau antagonis H2 saja, TANPA ADA EFEK SUKRALFAT. Apalagi obat-obat tersebut menjadi lebih mahal karena 'menjual' potensi sukralfat tadi. Lebih baik meminum obat yang kandungannya hanya berisi antasida atau antasida dan antagonis H2, tergantung penyebabnya.
Sebenarnya, apakah obat antasida itu ? Antasida merupakan basa lemah yang bereaksi dengan asam lambung untuk membentuk air dan garam sehingga menghilangkan keasaman lambung. Antasida juga mengurangi aktivitas enzim peptin yang mensekresikan asam lambung karena enzim ini menjadi inaktif pada pH diatas 4. Selain itu, antasida juga bisa mengurangi kolonisasi Helicobacter pylori, yang dapat menginfeksi luka lambung/ulkus peptikum.
Antasida yang biasa digunakan adalah garam alumunium dan magnesium seperti alumunium hidroksida (Al(OH)3) dan magnesium hidroksida/milk of magnesia (Mg(OH)2). Penggunaan alumunium dan magnesium ada yang bentuk tunggal, ada pula yang kombinasi. Adalagi kalsium karbonat (CaCO3) (Tums, Rolaids) dan Natrium bikarbonat (NaHCO3).
Penggunaan antasida jangka panjang dapat menimbulkan efek samping. Oleh karena itu, sebaiknya hanya digunakan paling lama 3 hari. Jika nyeri maag masih berlanjut, patut dicurigai adanya kerusakan lambung yang lebih parah dan diperlukan endoskopi.
Alumunium hidroksida dapat menyebabkan konstipasi sedangkan magnesium hidroksida menyebabkan diare. Kombinasi keduanya membantu menormalkan fungsi usus. Natrium karbonat melepaskan gas karbondioksida sehingga menyebabkan sendawa dan kembung. Selain itu, absorbsinya secara sistemik, dapat menyebabkan alkalosis metabolik. Pada pasien hipertensi dan gagal jantung kongestif, penggunaannya perlu disertai pemantauan fungsi ginjal atau lebih baik diganti dengan antasida yang lain. Kalsium karbonat dapat merangsang pelepasan gastrin.
Antasida harus diminum sebelum makan karena makanan akan memperlambat pengosongan lambung sehingga menurunkan penyerapan sempurna antasida. Selain itu, jangan mengkonsumsi obat apapun bersama antasida karena obat ini mengubah pH lambung dan urin, mempengaruhi kelarutan absorbsi, bioavailibilitas, dan eliminasi melalui ginjal untuk berbagai macam obat.
Lalu apakah obat antagonis H2 itu ? Obat ini merupakan kompetitor histamin pada reseptor H2 yang merangsang sekresi asam lambung. Jadi, penggunaan obat ini digunakan untuk menghentikan asam lambung. Obat-obatnya adalah ranitidin, simetidin, famotidin dan nizatidin. Penggunaan simetidin saat ini dihindari karena efek antiandrogennya yang menyebabkan ginekomastia (tumbuhnya payudara pada pria), galaktorea (pengeluaran ASI berkepanjangan), dan pengurangan jumlah sperma. Saat ini penggunaan ranitidin lebih disukai karena masa kerjanya panjang dan efek samping minimal. Atau famotidin yang efeknya 20 kali lebih kuat dari ranitidin.
Sukralfat merupakan kompleks alumunium hidroksida dan sukrosa sulfat yang berikatan dengan kelompok protein bermuatan positif dan glikoprotein dari mukosa lambung yang sehat maupun yang rusak. Kompleks tersebut berbentuk gel dengan mukus/getah lambung sehingga menciptakan penghalang yang menghalangi difusi HCl/asam lambung dan degradasi mukus oleh pepsin. Obat ini juga merangsang pelepasan getah lambung dan keluaran bikarbonat, dan menghambat pencernaan pepsin. Dengan cara kerja tersebut, sukralfat dapat menyembuhkan ulkus duodenum dengan efektif dan dapat digunakan sebagai terapi pemeliharaan jangka panjang untuk mencegah kekambuhan.
Jadi, bila akan meminum suatu obat, periksalah dahulu isi kandungannya, petunjuk pemakaian, efek samping, dan kontraindikasi/keadaan yang tidak boleh untuk mengkonsumsi obat tersebut.
Sumber : Lippincott's Illustrated Review : Pharmacology.
0 comments to “Pembodohan Publik Pada Obat Ulkus Peptikum”
Posting Komentar