Tidak sedikit dokter yang tidak dapat membedakan antara mitos dengan fakta mengenai seksualitas. Diperlukan pendidikan kepada para dokter dan juga masyarakat luas untuk memahami lebih jauh tentang seksualitas.
Mitos : Disfungsi ereksi berarti hilangnya keinginan untuk melakukan seks, kehilangan gairah atau steril.
Fakta : Dalam banyak kasus, penderita disfungsi ereksi mempunyai keinginan untuk berhubungan seks dan mampu mencapai orgasme serta berejakulasi. Disfungsi ereksi adalah kesulitan untuk mencapai ereksi atau mempertahankan, bukan kehilangan keinginan untuk berhubungan seks, steril ataupun berkurangnya vitalitas.
Mitos : Disfungsi ereksi merupakan kelainan yang berdiri sendiri, tidak ada hubungan dengan penyakit lain.
Fakta : Disfungsi ereksi sering merupakan suatu gejala dan indikasi adanya gangguan kesehatan lain seperti diabetes mellitus, penyakit jantung atau tekanan darah tinggi.
Mitos : Disfungsi ereksi adalah penyakit yang memalukan dan sebaiknya dibiarkan saja agar dapat sembuh dengan sendirinya.
Fakta : Rasa malu dan ketidakinginan untuk membicarakannya secara terbuka hanya akan menyebabkan tak terdiagnosanya penyebab disfungsi ereksi. Sangatlah penting untuk mencari konsultasi medis dan pengobatan yang tepat.
Mitos : Disfungsi ereksi adalah bagian alami dari proses penuaan seorang pria.
Fakta : Tidak semua orang tua mengalami disfungsi ereksi. Biasanya hal itu terjadi berhubungan dengan usia tua dan penyakit yang menyertainya, semisal diabetes mellitus dan hipertensi. Orang tua yang sehat bisa saja melakukan hubungan seksual secara normal. Saat ini orang muda dengan penyakit tertentu atau memiliki kebiasaan hidup yang buruk seperti minum alkohol dan merokok juga bisa mengalami disfungsi ereksi.
Mitos : Diagnosa disfungsi ereksi menggunakan beberapa pengujian yang memalukan dan menyakitkan.
Fakta : Diagnosa disfungsi ereksi menggunakan teknik analisa riwayat medis dan riwayat seksual pasien seperti menanyakan kebiasaan merokok, minum alkohol, dan pengobatan yang pernah dijalaninya. Diagnosa yang dilakukan hanya pemeriksaan fisik standar termasuk memeriksa tekanan darah. Tes laboratorium darah dan urin akan membantu mendiagnosa masalah kesehatan yang mendasari disfungsi ereksi. Dari hasil laboratorium tersebut nantinya mungkin akan membutuhkan pengobatan lebih lanjut.
Selain mitos diatas, ada pula sejumlah kesalahan persepsi pria tentang disfungsi ereksi sehingga pria tidak mau berkonsultasi ke dokter dan menceritakan masalahnya terutama mengenai seks. Para pria menganggap hal yang menyangkut aktivitas seksual tabu untuk dibicarakan. Selain itu ada dua penghalang utama pria untuk mencari pertolongan mengenai masalah seks yaitu faktor psikologis karena rasa malu untuk mencari pertolongan dan pengaruh sosial budaya berupa mitos, pengobatan alternatif menggunakan kekuatan mistis ataupun pengobatan tradisional. Mereka cenderung menganggap bahwa pilihan pengobatan kurang atau beresiko.
Perasaan takut dan mitos yang salah tersebut haruslah dilawan, salah satunya dengan cara mendiskusikan hal tersebut dengan pasangannya. Pasangan wanita perlu memberikan lebih banyak waktu untuk berkomunikasi dengan pasangan prianya dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ereksi. Untuk itulah, konseling seksual perlu dilakukan bukan hanya kepada pria yang menderita disfungsi seksual melainkan perlu pula ikut menyertakan pasangan wanitanya.
Category:
Organ Reproduksi (Ginekologi Genitalia)
Labels:
Organ Reproduksi (Ginekologi Genitalia)
| 0 Comments
0 comments to “Mitos dan Fakta Disfungsi Ereksi”
Posting Komentar