Disfungsi Ereksi adalah ketidakmampuan seorang laki-laki untuk mencapai atau mempertahankan kekerasan ereksi yang cukup untuk bisa melakukan hubungan seks yang memuaskan. Disfungsi ereksi merupakan gangguan yang membuat ereksi hilang sebelum ejakulasi. Kondisi ini disebabkan oleh adanya berbagai penyakit yang bisa menyebabkan disfungsi ereksi dan faktor gaya hidup dengan tingkat stres yang tinggi. Selain itu Disfungsi ereksi juga dapat terjadi sebagai dampak terapi obat, operasi besar atau radioterapi.
Dua faktor penyebab utama disfungsi ereksi adalah faktor psikogenik (kejiwaan) seperti depresi dan faktor penyakit (organik) seperti diabetes mellitus (penyakit kencing manis) dan hipertensi. Jumlah penderita disfungsi ereksi karena faktor organik lebih besar walaupun orang sering salah kaprah dengan mengatakan bahwa disfungsi ereksi hanya disebabkan oleh masalah psikis sehingga harus berobat ke psikolog atau psikiater. Meskipun demikian, faktor psikogenik dan organik tidak dapat dipisahkan. Kelainan organik yang disebabkan karena pertambahan usia akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit-penyakit metabolik yang menjadi penyebab disfungsi ereksi. Saat seseorang gagal dalam berhubungan seks akibat menderita penyakit tertentu (misalnya diabetes atau hipertensi) maka secara psikis akan terganggu.
Selain dua faktor di atas, disfungsi ereksi juga dapat dipengaruhi oleh faktor hormonal meskipun kasusnya jarang terjadi. Beberapa gangguan hormonal yang berperan diantaranya hipogonadisme, hiperprolaktinemia, hipertiroidisme, dan hipotiroidisme. Gangguan ini bersifat sekunder karena dorongan seksual yang menurun. Faktor lain yang berperan diantaranya pembedahan yang dapat mencederai persarafan yang berperan dalam proses ereksi (misalnya operasi prostat). Selain itu trauma yang menyebabkan cedera pada tulang belakang dan kebiasaan buruk seperti minum alkohol serta merokok.
Pada penderita usia kurang dari 40 tahun, sebagian besar menderita disfungsi ereksi karena faktor psikis sedangkan pada usia lebih dari 50 tahun penyebabnya adalah faktor organik, yaitu terjadinya suatu kelainan pada organ tubuh. Saat ini disfungsi ereksi lebih banyak melanda kalangan muda karena penyakit seperti diabetes, hipertensi, hiperkolesterol, gangguan liver, dan gangguan ginjal sudah bisa diderita kalangan tersebut. Belum lagi karena faktor kebiasaan merokok dan gaya hidup yang rentan stres akibat tekanan kerja. Disfungsi ereksi sering pula dihubungkan dengan munculnya rasa depresi, hilangnya rasa percaya diri, persepsi diri yang buruk, serta meningkatnya rasa gelisah atau ketegangan dengan pasangan seksual.
Kelainan disfungsi ereksi masih bisa disembuhkan tergantung penyebab dan tingkat keparahannya. Diagnosis yang tepat merupakan kunci utama pengobatan disfungsi ereksi. Diagnosis ditegakkan atas dasar keluhan penderita yang ditunjang dengan wawancara yang cermat oleh dokter serta pemeriksaan fisik. Bila perlu juga ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah umum, kadar gula darah, kolesterol, fungsi liver, ginjal serta hormon-hormon seks. Dari diagnosis tersebut maka dapat ditentukan pengobatan berdasarkan tingkat keparahan yang diderita dan jenis pengobatan yang membutuhkan terapi oral atau cukup hanya dengan terapi kejiwaan.
Lini pertama pengobatan disfungsi ereksi adalah pemberian obat oral pada pasien. Saat ini di Indonesia ada tiga jenis obat oral yang bisa digunakan yaitu golongan sildenafil, tadalafil, dan vardenafil. Golongan sildenafil dan vardenafil efek mulai kerjanya antara beberapa menit hingga 5 jam, lewat dari 5 jam sudah tidak berfungsi lagi. Sedangkan golongan tadalafil, pengaruh kerjanya mulai dari satu jam hingga 36 jam. Obat oral ini memiliki kontraindikasi yang tidak boleh diberikan pada pasien penderita penyakit jantung yang sedang menjalani pengobatan menggunakan golongan nitrat.
Jika pengobatan obat oral tidak berhasil, lini kedua adalah dengan menggunakan vakum atau menyuntikkan langsung zat tertentu ke penis (intrakavernosa). Cara vakum kurang disukai karena lebih rumit sehingga pasien lebih memilih suntikan intrakavernosa. Cara suntikan awalnya dilakukan oleh dokter namun setelah dilatih, penderita bisa melakukannya sendiri. Cara ini cukup efektif dan bisa menimbulkan ereksi setelah 5 sampai 20 menit disuntikkan dan bertahan hingga satu jam. Permasalahannya, pengobatan ini mengakibatkan munculnya jaringan parut pada penis akibat suntikan jarum dan terkadang pasien merasa tidak nyaman dengan pengobatan ini.
Sedangkan pengobatan lini ketiga adalah pemasangan alat bantu ereksi (implant) pada penis. Terapi ini merupakan pilihan terakhir karena pemasangan alat tersebut bisa merusak struktur penis. Jadi bila alat tersebut dipasang, selamanya penderita bergantung pada alat tersebut. Saat akan berhubungan, penderita bisa membuat alat mengembang sehingga penis menjadi keras. Pengobatan dengan cara ini relatif mahal dan hanya diberikan pada kasus yang parah saja.
Selain beragam pengobatan yang tersedia, penderita disfungsi ereksi perlu diberikan konseling seksual karena pasien yang mengalami disfungsi ereksi akan merasa rendah diri dan malu untuk berobat. Dalam kondisi tersebut, dokter perlu proaktif untuk mengetahui keadaan sebenarnya dari disfungsi ereksi yang diderita oleh pasien. Hal ini penting karena dapat membantu pasien tidak hanya berhasil dalam segi pengobatan melainkan juga memberikan dorongan psikologis sehingga penanganan dapat dilakukan secara menyeluruh.
Semakin banyaknya penderita disfungsi ereksi menandakan bahwa masyarakat perlu edukasi yang baik mengenai kesehatan seksual. Adanya proses pendidikan kepada masyarakat bahwa gangguan fungsi seksual seperti disfungsi ereksi bukanlah hal yang tabu tetapi justru hal yang positif karena gangguan seksual tersebut bisa menjadi pertanda adanya penyakit lain yang lebih serius seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan jantung.
Category:
Organ Reproduksi (Ginekologi Genitalia)
Labels:
Organ Reproduksi (Ginekologi Genitalia)
| 2 Comments
asalamualakum...info yg bagus..ttg disfubgsi ereksi : sangat perlu diwaspadai untuk laki laki..jgn samapai deh saya kena..
btw makasih infonya