Bayi premature ialah bayi yang pada waktu lahir organ-organ tubuhnya belum tumbuh sempurna dan secara fungsional belum matang sehingga resiko mengalami kematian meningkat dan jika hidup pun kemungkinan mengalami gangguan fisik dan intelektual meningkat. Usia kehamilan ibu untuk bayi pra terme kurang dari 37 minggu.
Tiap kehamilan yang mungkin tidak dapat mencapai aterm merupakan kehamilan dengan resiko tinggi. Fetus premature yang dapat hidup akan menderita gannguan fisik atau psikologi sebagai akibat keadaan antepartum, intrapartum dan keadaan neonatal yang kurang menguntungkan. Dengan perawatan intensif yang baik, kematian neonatal akan berkurang, tetapi jumlah bayi yang cacat mungkin akan meningkat, misalnya kemunduran mental, kemampuan akademik yang kurang baik, kelainan traktus pyramidalis, dan defect visual.
Pada umumnya sebab terjadinya partus premature tidak dapat diketahui dengan tepat. Keadaan yang merupakan predisposisi bisa dilihat dari keadaan ibu dan janin. Pada ibu ditentukan dengan adanya riwayat cervix incompeten, anomali uterus, uterus yang membesar karena hydroamnion atau kehamilan kembar, dan penyakit ibu yang gawat seperti pneumonia, pyelonephritis, peritonitis, dan lainnya. Sedangkan pada janin dapat disebabkan karena ketuban pecah spontan, placentasi yang abnormal (perdarahan sebelum trismester ketiga, solutio placenta, placenta previa), adanya riwayat partus prematur atau abortus pada keahamilan sebelumnya, dan riwayat fetus meninggal.
Tanda-tanda fetus premature, yaitu :
- Kepala bulat atau ovoid, ubun-ubun luas dengan sutura melebar, rambut seperti bulu kuduk. Telinga lembek karena berkartilago sedikit. Pada hidung dan kadang-kadang pada dagu terdapat banyak milia.
- Nodulus mammae kecil atau tidak ada.
- Kulit halus kemerah-merahan, epidermis tipis, pembuluh darah mudah terlihat. Jaringan lemak berkurang, muka tampak tua dan kulit mengeriput. Suhu badan normal dan naik tidak teratur.
- Lambut lanugo banyak terutama pada ekstensor ekstremitas, dahi dan bagian atas punggung.
- Kuku jarang mencapai ujung jari.
- Pada bayi lelaki testis hanya turun sedikit dan scrotum kosong.
- Menangis lemah, monoton dan merengek. Mengisap lemah dan tidak ada.
- Otot-otot lemah dan gerakan lambat.
Usaha-usaha mencegah partus premature sebagai berikut :
- Istirahat rebah dengan tiduran miring.
- Pemberian obat tokolitik yang penting untuk mencegah kontraksi uterus, yaitu :
- Anesthesia : ether, halothane.
- Ethanol
- β - stimulant ( β-minetik, adrenergic) yang terdiri dari β1 - stimulant (isoxuprine) dan β2 – adrenergic seperti albuterol (salbutamol), terbutalin, metaproterenol (orciprenaline, alupent), nylidrin (buphenine,dilatol), fenoterol HBr (Th 1165a, partusisten, berotec), ritodrine HCl preparat.
- Antagonis prostaglandin : aspirin dan senyawa salisilat lainnya, indomethacine, naproxen, asam meclofenamat.
- Obat – obat lainnya misalnya : alpha-blocking, antagonis kalsium, antagonis insulin.
Indikasi Pemberian Tokolitik
- Pemberian tokolitik selama hamil :
a. Profilaktik :
- Inkompeten cervix.
- Sebelum dan sesudah operasi berencana misalnya operasi McDonald, enukleasi myoma dan operasi ekstragenital selama kehamilan.
- Kehamilan kembar.
- Insuffisiensi plasenta (gestosis, sindrom pyelitis).
b. Therapeutik :
- Abortus imminens ≥ 16 minggu.
- Partus premature ≥ 28 minggu.
- Insuffisiensi placenta kronik.
- Perdarahan karena placenta previa.
- Versi luar pada presentasi bokong.
- Pemberian tokolitik selama persalinan dengan gawat janin akut.
Indeks Tokolitik digunakan untuk membandingkan hasil bermacam – macam obat/material dan untuk mendapatkan batas tokolitik yang masih berkhasiat digunakan. Indeks tokolitik atau penilaian partus premature terdiri atas penilaian terhadap kontraksi uterus, adanya perdarahan, besarnya kemungkinan terjadi ketuban pecah dan pembukaan cervix.
Nilai 1 diberikan pada keadaan kontraksi irreguler, ketuban tidak pecah, ada spotting, dan pembukaan 1 cm. Nilai 2 diberikan pada keadaan kontraksi reguler, kemungkinan ketuban pecah tinggi/tidak jelas, ada perdarahan dan pembukaan mencapai 2 cm. Nilai 3 diberikan pada keadaan tidak adanya kontraksi, perdarahan dan kemungkinan pecah ketuban namun pembukaan telah mencapai 3 cm. Nilai 4 diberikan pada keadaaan tidak adanya kontraksi, kemungkinan pecah ketuban rendah, tidak ada perdarahan namun pembukaan telah mencapai 4 cm. Indeks tokolitik ≥ 8 merupakan keadaan yang praktis tidak menunjukkan perubahan dengan pemberian tokolitik dan karena itu dianggap merupakan kontraindikasi.
Bayi yang lahir jauh sebelum aterm merupakan calon yang akan menderita gawat pernapasan. Faktor utama timbulnya sindrom gawat napas ialah produksi surfaktan yang tidak memadai.Keadaan-keadaan klinis yang merupakan predisposisi menaikkan produksi surfaktan ialah kehamilan yang disertai dengan komplikasi sebagai berikut :
- Komplikasi pada ibu seperti penyakit ginjal kronik atau kardiovaskuler kronik, preeclampsia-eklampsia, penyakit “sickle cell”, pecandu heroin atau hiperthiroidism.
- Komplikasi pada plasenta dan amniochorion seperti infark placenta, hemorrhagia retroplacenta chronic focalis, chorioamnionitis atau ketuban pecah.
- Komplikasi pada fetus seperti pasangan kembar parabiotik yang anemic atau pasangan kembar non-parabiotik yang lebih kecil.
Persalinan yang tertunda setelah ketuban pecah sebelum kehamilan aterm kadang-kadang akan merangsang maturitas paru-paru karena surfaktan yang bertambah, tetapi sebaliknya makin lama ketuban pecah makin bertambah kemungkinan terjadinya infeksi. Akibatnya adalah fetus menghadapi bahaya infeksi yang berat ketika ketuban pecah sehingga tidak ada alasan untuk menunda persalinan.
Pemberian terapi dengan betamethason atau senyawa kortikosteroid agaknya akan mengurangi frekuensi gawat nafas apabila persalinan terjadi sebelum 7 hari setelah terapi lengkap dengan betamethason. Setelah pemberian betamethason, surfaktan bertambah sekilas dan pada hari ke 8-10 surfaktan dan akan turun lagi hingga mencapai nilai sebelum pemberian terapi. Karena itu dianjurkan pemberian terapi ulangan apabila persalinan tidak terjadi dalam 7 hari dari pemberian terapi inisial. Sebaliknya kadang-kadang tidak ada perbedaan antara keadaan foetus tanpa pemberian betamethason dan keadaan foetus dengan pemberian betamethason. Tidak ada perbedaan IQ pada anak-anak berumur 4 tahun yang ibunya mendapat terapi betamethason. Pemberian terapi betamethason dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
1. Komplikasi pada ibu :
- Gangguan metabolism yang terdapat pada diabetes mellitus akan menjadi berat.
- Hipertensi kehamilan akan menjadi berat
- Bahaya infeksi meningkat
- Kesembuhan luka terganggu, terutama pada kasus dengan operasi.
2. Komplikasi pada foetus/bayi
- Bahaya sepsis meningkat karena pemberian steroiddan menunda persalinan.
- Pada binatang percobaan ternyata kemayian foetus meningkat dan jika hidup akan timbul gangguan pertumbuhan sedemikian sehingga berat badan, berat otak, jantung, hepar, rend an adrenal berkurang.
Pada umumnya makin immature foetus, makin besar pula bahayanya pada persalinan. Meskipun tidak ada masalah adanya disproporsi foetus-pelvic namun sebaiknya segera dilakukan episiotomi setelah kepala mencapai perineum.
thanks for your article, i ask your permission to cited this. Do you mind?