Kepuasan optimal dalam berhubungan seksual dapat tercapai secara optimal bila tingkat kekerasan ereksi yang tercapai juga optimal. Melalui suatu instrument yaitu Erection Hardness Score (EHS), pengukuran tingkat kekerasan ereksi dapat dilakukan sendiri. Metode pengukuran ini mudah dilaksanakan karena menggunakan empat skala pengukuran yang sederhana.

Erection Hardness Score dikembangkan oleh Dr. Irwin Goldstein ketika menggunakannya pada uji klinis sildenafil sebagai  alat ukur tambahan pada pengujian efikasi obat. Alat ini berfungsi sebagai standar yang mengukur derajat kekerasan ereksi sekaligus mengukur efektivitas pengobatan pada pasien yang menderita disfungsi ereksi. Peluncuran Erection Hardness Score pertama kali dilakukan pada pertemuan tahunan European Association of Urology (EAU) ke-22 di Berlin, Jerman pada Maret 2007. Konsesus terbaru yang dimuat Journal of Sexual Medicine menetapkan tingkat kekerasan ereksi sebagai faktor utama dalam mencapai seks yang lebih baik.

Erection Hardness Score menggunakan skala penilaian 1 – 4 sebagai acuan untuk melihat status seksual dan efektivitas pengobatan. Tingkat yang paling bagus dan dapat meningkatkan keharmonisan dalam hubungan seksual adalah tingkat keempat. Berikut ini adalah keterangan skala pada Erection Hardness Score.
  1. Penis membesar namun tidak mengeras. Jika diibaratkan seperti tapai. Artinya, penderita mengalami disfungsi ereksi berat dengan acuan International Index of Erectile Function (IIEF) menunjukkan derajat 6-10.
  2. Penis mengeras tetapi tidak cukup untuk penetrasi. Jika diibaratkan seperti pisang matang. Artinya, penderita mengalami disfungsi ereksi derajat sedang dengan nilai IIEF mencapai 11-16.
  3. Penis keras dan cukup untuk penetrasi tetapi belum maksimal karena tidak seluruhnya keras. Jika diibaratkan seperti sosis. Artinya, penderita mengalami disfungsi ereksi ringan dengan nilai IIEF mencapai 17-25.
  4. Penis keras dan kaku maksimal karena penis keras dan tegang secara menyeluruh dan sepenuhnya. Jika diibaratkan seperti timun. Artinya, sasaran tujuan pengobatan optimal bagi pria yang mengalami disfungsi ereksi telah tercapai dengan nilai IIEF yang dicapai antara 26-30.
Konsensus baru menganjurkan penggunaan Erection Hardness Score hingga pasien mencapai ereksi sempurna. Tingkat kekerasan ereksi penting diukur sebagai penilaian kuantitatif dalam praktik klinik yang akan memperbaiki performa hubungan seksual dan hasil pengobatan. Dengan metode ini, praktisi kedokteran dapat memonitor kemajuan pengobatan disfungsi seksual dan mengubah dosis secara efektif sesuai kebutuhan pasien. Selain itu metode ini sangat mudah dipahami dan meningkatkan komunikasi yang baik antara pasien dan dokter. Metode Erection Hardness Score melibatkan pasien dalam pengobatan, perencanaan, dan penilaian maka metode ini memiliki kemampuan memberdayakan serta meningkatkan kepatuhan pasien terhadap proses terapi.

0 comments to “Erection Hardness Score, Mengukur Kualitas Ereksi”