"The doctor of the future will give no medicine, but will interest his patient in the care of the human frame, in diet, and in the cause and prevention of disease." (Thomas Alva Edison, 1847-1931)

Suatu paradigma/pola pikir yang salah bila memandang segala sesuatu secara mekanistik instrumentalis dan beranggapan bahwa pergi ke dokter seperti membawa mobil yang perlu diservis ke bengkel. Dampak pemilahan tubuh manusia yang dipandang seperti mesin pun membuat timbulnya suatu retorika yang salah kaprah yaitu : Bagaimana mereparasi tubuh yang sakit. Padahal yang seharusnya perlu dikaji adalah : Mengapa tubuh menjadi sakit. Sesungguhnya, mesin hanyalah sekedar perangkat mekanis yang terdiri dari suku cadang dan karenanya disebut unity of orders, kesatuan dari tatanan, dari banyak terakit menjadi satu unit. Sedangkan hakekat manusia adalah unity of substance, kesatuan substansi dari alam, yaitu dari yang satu, Alloh. Dari Sang Pencipta Maha Tunggal, manusia diciptakan menjadi satu sel yang kemudian berkembang menjadi satu embrio lalu terlahir menjadi satu kehidupan.

Suatu kebrutalan teknologi dan penjajahan/pelecehan martabat manusia bila metodologi ilmiah yang bersifat reduktif (memilah segala sesuatunya menjadi unit terkecil agar mudah lebih mudah dipahami) tidak dikembalikan ke dalam konteks keutuhan hidup manusia secara keseluruhan. Dengan dalih "demi kesehatan", manusia dijadikan sarana atau alat, bukan tujuan bagi dirinya. Paradigma pengobatan dan teknologi medis bercampur aduk dan berkembang pesat tanpa diimbangi tumbuhnya kesadaran manusia akan tanggung jawab merawat diri dan memilah gaya hidup sebagai penentu kualitas hidupnya.

Hasil-hasil penelitian ilmiah yang rata-rata dipublikasikan secara berat sebelah demi menunjang pemasaran produk teknologi dan farmasi, menunjukkan ciri marketing of fear. Agar laku, ditumbuhkanlah rasa ketakutan dalam diri konsumen. Misalnya, memasuki usia paruh baya menjadi khawatir dengan keropos tulang dan ancaman serangan jantung. Setelah tumbuh kekhawatiran lalu merasa butuh berobat. Maka konsumen sering terlupa bahwa pemegang kendali kesehatan adalah dirinya sendiri dan seharusnya konsumen sadar bahwa penipisan tulang adalah sesuatu yang wajar dan normal terjadi dengan bertambahnya usia. Yang penting bukan menambah obat atau teknologi, melainkan cukup mengganti alas kamar mandi dari pel menjadi keset antislip, lalu sering berjalan kaki bermandi cahaya matahari, menukar porsi lontong opor dengan semangkuk besar salad segar. Jadi yang dibutuhkan bukan lagi dokter yang mengobati dan menjual teknologi yang berkolaborasi dengan kepentingan tertentu melainkan dokter yang mampu menyembuhkan pasien dan memahami nilai tubuh manusia sebagai manusia. Lebih baik lagi jika dokter bisa menjadi contoh bagi pasien-pasiennya misalnya dengn tidak merokok, tidak mengalami obesitas, memiliki motivasi jernih dalam memberdayakan aktualisasi hidup sehat.

Teknologi memang dibutuhkan oleh manusia namun penelitian dan pengembangannya seharusnya diarahkan untuk kualitas hidup yang lebih bermakna. Misalnya perkembangan baru dari teknologi terapi gen yang diharapkan menjadi solusi penanganan berbagai penyakit, menyadarkan masyarakat modern untuk kembali ke alam dengan mengembalikan status kesehatan yang utamanya bersifat preventif serta mendorong kemampuan tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Sebuah pelajaran bisa dipetik dari sini bahwa tidak mudah mengintervensi sebuah sistem kehidupan yang sudah didesain dengan maha sempurna. Ada kekuatan atau energi hidup yang tidak akan tersentuh oleh kemajuan teknologi, bahkan kemampuan daya pikiran manusia. Inilah bagian penting yang memberikan kesadaran bahwa kesehatan seseorang bukan semata-mata diturunkan dari nenek moyang.

Karena itu, ada yang lebih mendasar untuk dicermati sebagai kajian etis yang selalu harus diikuti pembaruan ilmu kesehatan dan kedokteran : Apakah manusia menjadi tujuan bagi dirinya atau sekedar sarana bagi yang lain ? Seringnya kita mendengar promosi di bidang kesehatan yang nampaknya menjanjikan kesembuhan dan kebugaran namun di ujung kalimat ada tanda bintang (seperti iklan kartu kredit) dengan keterangan dalam tulisan kecil "selama diikuti dengan latihan fisik teratur dan pola makan sehat berimbang..." Sudah saatnya kedokteran meninggalkan paham marketing of fear untuk kembali merangkul marketing of life.

Category: Labels: | 0 Comments

0 comments to “Ilmu Kedokteran Masa Depan”