Selain makanan, susu sapi merupakan salah satu penyebab alergi pada anak-anak usia dini. Angka kejadiannya sekitar 2-3 % dari populasi. Di Jakarta, angka kejadiannya mencapai 4 %. Hal ini berkaitan dengan banyaknya ibu bekerja yang tidak menyusui anaknya sehingga anak diberi susu formula yang berbahan dasar susu sapi.

Pada anak yang memiliki bakat alergi (atopic), terjadi reaksi antara IgE (immunoglobulin E) dengan protein susu sapi. IgE akan bereaksi terhadap protein susu sapi. Protein ini dianggap sebagai benda asing oleh tubuh. Dengan kata lain, tubuh sang anak hipersensitif terhadap protein susu sapi. Jenis protein Whey dan Casein pada susu sapilah yang sering merangsang terjadinya alergi.

Alergi susu sapi kerap menyapa anak usia kurang dari 3 tahun karena sistem pencernaan pada usia tersebut masih belum sempurna sehingga protein susu sapi dikenali sebagai benda asing. Sejalan pertambahan usia, pada usia di atas 3 tahun ketika saluran cerna dan enzim-enzimnya sudah mulai berkembang dengan baik, gejala-gejala alergi susu sapi ini menghilang (toleran). Namun untuk kasus-kasus tertentu keadaan ini dapat berlangsung sampai dewasa.

Gatal-gatal, kulit kering dan kemerahan di kulit seperti gejala eksim sering terdapat pada pipi dan beberapa bagian tubuh lainnya. Hal ini sering disalahartikan sebagai alergi ASI dan dianggap karena ada ASI yang tumpah saat menyusu padahal gejala tersebut merupakan akibat alergi susu sapi yang dikonsumsi anak dan bisa juga disebabkan oleh makanan alergenik yang dikonsumsi ibu seperti telur, kacang tanah, seafood atau ibu yang mengkonsumsi susu sapi. Muntah, sembelit dan diare yang disertai darah juga merupakan gejala alergi susu sapi dan sering disalahartikan sebagai disentri amoeba.

Gejala alergi susu sapi tak hanya mengenai anak yang mendapat susu sapi namun juga pada anak yang diberi ASI. Hal ini terjadi akibat ibu mengonsumsi zat alergi yang masuk ke ASI. Sehingga penting untuk ibu-ibu yang mempunyai bayi dengan bakat atopic untuk menghindari susu sapi dan produk olahannya serta zat-zat alergen lainnya.

Saat ditemukan gejala alergi susu sapi, maka segera bawa anak ke dokter yang akan menanyakan riwayat penyakit anak dan mencatat makanan-makanan yang dikonsumsinya. Untuk memastikan gejala, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan.

Salah satunya tes kulit yang dilakukan pada anak berusia di atas 3 tahun. Tes lain berupa penilaian IgE spesifik susu sapi, uji eliminasi dan provokasi. Pada tes ini anak tidak diperbolehkan minum susu sapi selama 2-3 minggu sampai gejala berkurang. Anak kemudian diberi susu sapi secara bertahap. Jika gejala alergi tidak timbul maka hasil negatif namun jika timbul gejala maka positif alergi. Tes diulang lagi 6 bulan berikutnya untuk mengetahui timbulnya toleransi dan tidak mengalami alergi lagi.

Selain mengobati eksim yang diderita, pemberian susu sapi dan produk olahannya harus dihentikan. Pemberian ASI eksklusif sangat dianjurkan sebagai upaya pencegahan alergi susu sapi. Makanan pendamping ASI juga tidak boleh mengandung susu sapi dan olahannya. Sekarang telah tersedia bubur bayi bersifat hipoalergen.

Untuk kondisi tertentu ketika ibu tidak dapat memberi ASI, bayi dapat diberikan susu sapi yang telah dihidrolisis sebagian ataupun sempurna. Susu sapi hidrolisis parsial memiliki protein susu sapi yang hanya dipecah sebagian dan diberikan pada bayi yang salah satu atau kedua orangtuanya berbakat atopic walaupun belum terdapat gejala alergi. Pada bayi yang sudah terjadi gejala alergi maka bayi diberi susu sapi hidrolisis ekstensif yang proteinnya terpecah sempurna. Jika gejala yang ditimbulkan berat misalnya sampai terjadi syok anafilaksis, maka bayi diberikan formula asam amino.

Susu formula berbahan kedelai dapat menjadi alternatif pada anak yang tak alergi komponen kedelai. Susu ini kurang enak tapi masih lebih enak dibandingkan dengan susu hidrolisis dan asam amino yang kurang disukai bayi. Formula kedelai diberikan hanya pada bayi usia 6 bulan ke atas. Susu kedelai murni tidak dapat digunakan sebagai alternatif karena tak cukup gizi dan masih mengandung zat-zat yang tak cocok untuk anak.

Saat ini telah banyak kelompok-kelompok di masyarakat dan fasilitas kesehatan yang menyediakan jasa konselor ASI untuk membimbing ibu-ibu agar dapat menyusui dengan baik sehingga bayi tetap mendapatkan ASI yang cukup.

0 comments to “Alergi Susu Sapi”