Nyeri kepala tipe tegang merupakan hasil dari proses kontraksi (ketegangan) otot kepala, wajah, rahang, dan leher. Biasanya ditimbulkan antara lain oleh stres fisik maupun psikis, juga sikap dan posisi badan serta kepala yg salah dan terus menerus dalam waktu lama. Nyeri akan terasa di kedua sisi kepala terutama di bagian belakang sampai leher dan bahu terasa tegang. Nyeri akan bertambah hebat saat beraktifitas fisik seperti berjalan atau naik tangga. Keadaan ini bisa berlangsung singkat yaitu 30 menit atau bahkan lebih lama, sekitar 7 hari, tanpa ada pemicu khusus.
Mekanisme Nyeri
Jika seseorang mengalami stres fisik atau kelelahan emosi maka biasanya pernafasan orang tersebut akan menjadi hiperventilasi (nafas cepat) sehingga kadar CO2 dalam darah turun, akibatnya keseimbangan asam basa dalam darah terganggu dan terjadi alkalosis (lebih basa). Dalam keadaan demikian, kalsium menjadi masuk ke dalam sel. Padahal kalsium adalah zat yg bisa menimbulkan kontraksi otot dan membuat otot menjadi kaku tegang. Akhirnya timbullah nyeri kepala. Hal ini dapat menjelaskan alasan terjadinya nyeri kepala tipe tegang yg lebih banyak dialami oleh perempuan dewasa muda. Pada perempuan yg sistem hormonalnya belum stabil, akan membuat emosi menjadi tidak stabil sehingga timbul proses tersebut.
Gejala
Gejala2 yg bisa digolongkan dalam nyeri kepala tipe tegang adalah :
- Nyeri kepala bersifat konstan dan terus menerus.
- Terasa berat seperti tertekan atau seperti terikat, diperas, mau meledak.
- Tempat sakitnya tidak dapat ditentukan
- Frekuensi, fluktuasi, dan intensitas nyeri sangat bervariasi. Biasanya akan bertambah pd masa2 penuh tekanan seperti pubertas, pindah sekolah, masalah pekerjaan atau perkawinan.
Selain dari gejala, dokter juga akan menanyakan mengenai riwayat keluarga. Biasanya nyeri kepala tipe tegang dikaitkan dgn kelainan yg disebut spasmohilia. Kelainan ini adalah kecenderungan seseorang yg otot2nya lebih mudah utk kontraksi (tegang). Spasmohilia memiliki kemungkinan diturunkan atau ada faktor keluarga. Selain itu juga akan ditanyakan mengenai kemungkinan adanya stres fisik maupun psikis.
Pemeriksaan
Biasanya tidak akan didapati kelainan pd pemeriksaan fisik secara umum, namun bila dilakukan pemeriksaan khusus ke arah neurologi, yaitu dgn tes adanya refleks patologis, maka akan didapatkan hasil positif. Pemeriksaan penunjang yg bisa dilakukan utk memastikan diagnosa adalah elektromiografi (EMG), yaitu teknik utk memeriksa dan merekam sinyal otot.
Penanganan
Penanganan dibedakan menjadi 2 yaitu pd fase akut dan fase selanjutnya. Pada fase akut, permasalahannya adalah nafas yg cepat, maka utk mengatasinya pasien diminta utk tenang dan mengatur nafas. Alat bantu yg bisa dipakai adalah kantong kertas BUKAN KANTONG PLASTIK. Dgn bernafas di dalam kantong kertas maka kadar CO2 bisa kembali normal. Bila di rumah sakit, fungsi kantong kertas bisa digantikan dgn masker rebreathing. Selain itu pasien juga perlu diberi obat pereda nyeri (analgesic), penenang, dan pelemas otot (muscle relaxan) agar otot2nya lemas. Ketika nafasnya kembali normal dan otot sudah tidak kaku lagi maka keluhan pun akan hilang.
Meski nyeri kepala tipe ini gejalanya sudah hilang, belum berarti bisa disebut sembuh. Selama masih ada faktor2 yg bisa memicu stres maka keluhan bisa timbul kembali. Oleh sebab itu diperlukan penanganan komprehensif yg terbagi menjadi farmakologi dan non farmakologi. Penanganan non farmakologi termasuk didalamnya adalah fisioterapi dan psikoterapi. Dgn fisioterapi maka pasien dilatih agar tidak melakukan aktivitas atau posisi yg salah dan pelatihan pelemasan otot. Psikoterapi dimaksudkan utk mengatasi stresor2 yg ada. Sedangkan yg termasuk penanganan farmakologi adalah penggunaan analgetik, anti depresan, dan relaksan otot. Pemakaian obat2an ini tidak bisa dihentikan secara mendadak melainkan secara bertahap dalam tenggang waktu 8-12 minggu.
mba mey, anak unila ya?