“Jika kau tak bisa beramal dengan hartamu, maka beramallah dengan mulutmu, jika kau tidak bisa beramal dengan mulutmu, maka beramallah dengan tanganmu, jika masih tidak bisa, maka berdoalah kepada Allah agar diberi kemudahan dalam beramal.”

Menulis adalah perkara susah – susah gampang, dalam menulis sesuatu, kita dituntut untuk bertanggung jawab atas resiko dari tulisan tersebut, dari situlah diperlukan ilmu untuk bisa menulis. Nah bagaimana ilmu tersebut bisa bermanfaat bagi para pembaca ? jawabannya, tidak lain dan tidak bukan, “buatlah tulisan demi al Haq (kebenaran)”. Karena hanya tulisan – tulisan itulah yang akan menambah amal – amal kita (insya Allah).

Memang, dikalangan pemuda – pemudi Islam banyak yang tidak mau menegakkan agamanya sendiri, meskipun dengan tulisan. Mereka dihinggapi rasa malas untuk memulai, padahal jika dicoba mereka bisa mamulainya. Dan jika sudah mengerjakannya, pastilah ada keasyikan tersendiri baginya. Seorang yang sedang uzlah sekalipun, maka senjata terbaiknya adalah pena. Tiada teman terbaik dalam kesendirian selain pena.


Allah pun mengajarkan para Nabi-Nya menulis.

“…dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis,” (al Ma’idaah : 110)

Tidakkah kita melihat moyang kita dahulu, mereka para pengusa peradaban dunia. Di saat Eropa masih terlelap dalam kebodohannya, kaum Muslimin sudah merajai dunia. Kenapa mereka bisa begitu ? karena mereka belajar, mengajar dan menulis. Dengan begitu, mereka bisa sumbangkan penemuan – penemuan terbaiknya bagi dunia.

Kita lihat kakek kita, Al Idrisi / Edrisi / Dreses (pencipta Globe)
Al Idrisi (Abu Abdullah Muhammad ibn Al Idrisi Ash Sharif) Dengan tulisan dan penemuannya yang memukau, terutama di dalam kitab termasyhurnya “Nazhah al Muslak fii Ikhtira al Falak (Tempat Orang yang Rindu Menembus Cakrawala), bahkan kitab ini diterjemahkan pula oleh orang2 barat ke dalam bahasa latin menjadi Geographia Nubensis. Mendengan kemasyhurannya, beliau diundang Raja Roger II sang penguasa Sicilia, pada tahun 1138 M. karena kemasyhuran beliau –Al Idrisi- menjadi seorang geographer dan kartografer Muslim abad 12 M membuat sang raja Nashrani kepincut dan terperanjat. Bahkan sang raja Nashrani itu minta dibuatkan peta oleh seorang ilmuwan Muslim. Maklum, pada saat itu belum ada geographer dan kartografer Kristen Eropa yang mampu membuat peta dunia secara akurat dan terpercaya. Bahkan di dalam buku “Al Idrisi and Roger’s Book” karya Frances Carney Gie mengatakan, “Saat itu, ahli geografi dan kartografi Barat masih menggunakan pendekatan simbolis dan fantasi.” Masya Allah, suatu pertanda bahwa bangsa Barat adalah bangsa pengkhayal.

Kita lihat kakek kita, Musa Al Khawarizmi (geographer Muslim yang handal)
Perkembangan pesat Ilmu Geografi di dunia Islam dimulai ketika era Khalifah Al Ma’mun (813 – 833 M) terbukti pada saat itu bangsa Barat masih asyik dengan kebodohan duniawinya. Sang Kahlifah memerintahkan sarjana – sarjana Muslim untuk mengukur kembali jarak bumi. Sejak saat itulah muncul istilah mil untuk mengukur jarak, sedangkan bangsa Yunani menggunakan istilah stadion. Terbukti istilah dari Yunani tidak laku dan dunia sampai saat ini menggunakan istilah mil. Dengan tulisan – tulisan dan ilmu – ilmu yang dikembangkan oleh kaum Muslimin, ummat Islam akhirnya bisa menghitung volume dan keliling bumi. Masya Allah. Sang Kahlifah pun memerintahkan geografi Muslim menciptakan peta bumi. Majulah seorang yang bernama Musa Al Khawarizmi untuk membuat apa yang diperintahkan sang Khalifah. Bersama 70 geografer lainnya, Musa Al Khawarizmi berhasil membuat globe pertama di dunia pada tahun 830 M. beliau juga menulis kitab geografer “Surah al Ard” (Morfologi Bumi), sebuah koreksi dan bantahan terhadap Ptolemeus. Kitab ini pun akhirnya menjadi landasan ilmiah bagi Geografer Muslim Tradisional. Dan masih banyak lagi geographer – geographer Muslim handal yang kisahnya mungkin tidak muat jika ditulis semua di note ini, seperti Al Kindi, Abu Zayd Al Balkhi, Al Biruni, Abu Ubayd Al Bakry, Qutubuddin Asy Syirazy, Yaqut Ar Rumi, dll.


Kita lihat juga kakek kita, Ibnu Khaldun (sang Inspirator kemajuan Barat)
Beliau adalah Abdurrahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn al Hasan ibn Muhammad ibn Jabir ibn Muhammad ibn Ibrahim ibn Abdurrahman ibn Khaldun. Akrab dengan panggilan Ibnu Khaldun. Beliau berasal dari keluarga Andalusia (Spanyol), dilahirkan di Tunis 27 Mei 1332 M. semenjak masih kanak – kanak beliau sudah 21 kali khatam al Qur’an dan hafal 7 ragam bacaan al Qur’an, begitu juga dengan hadist dan fiqh mazhab Maliki. Beliau juga suka berpolitik sambil mengembara, menulis kitab, mengajar dsb. Salah satu kitab termasyhurnya “al Ibar” yang sering dicontek Barat dan diakui sebagai karyanya. Teorinya yang paling terkenal adalah teori Ashabiyyah”, diterjemahkan sebagai solidaritas social, siatu istilah yang menggambarkan jatuh bangunnya suatu peradaban atau kekuasaan karena kekuatan hubungan social kelompok yang ada di pusat pemerintahan atau peradaban. Adapun kitab – kitabnya yang lain, seperti “Muassal Akrar al Mutaqaddimin wa al Mutaakhkhirin” kitab ini disusun saat beliau berusia 19 tahun untuk mengomentari pemikiran kalam Fakhruddin ar Razi, kitab “Lubab al Muhasshal fi Ushul ad Din”, kitab “Sifa’u I’Sa’il” yang membahas tentang sufisme, dan juga kitab yang membahas ilmu logika “Allaqa lil Silthan”.


Dan masih banyak lagi para cendekia Muslim pada abad pertengahan dan juga kitab – kitabnya yang menghasilkan buah pemikiran. Suatu cambuk bagi kita untuk mau belajar dan menulis. Karena ummat Islam tidak bisa lepas dari 2 perkara tersebut. Berbeda dengan dunia Barat yang jahil, jauh dari ilmu pengetahuan, ketika Galileo Galilee disiksa, Bruno disiksa, Copernicus disiksa oleh Paus (Baba), Sedangkan Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun mendapatkan perhatian penuh oleh sang Khalifah. Begitu menutup dirinya bangsa barat dari ilmu pengetahuan, tetapi setelah mereka sadar dan mendapat ilmu dari ummat Islam. Mereka langsung mengklaim bahwa merekalah yang menemukan semuanya. Kitab – kitab para pemikir Islam pun dibakar dan dibajak oleh kaki tangan Napoleon. Bahkan penemuan benua Amerika pun diklaim oleh Columbus. Terbukti, 603 tahun sebelum Columbus datang dan menjajah bangsa Indian di Amerika. Penjelajah Muslim sudah bolak – balik melakukan eksplorasi di Amerika. Bahkan banyak juga yang menetap, menikah dan menjadi penduduk lokal disana.

Bukti yang tak bisa dibantahkan lagi adalah jika antum membuka peta (atlas) Amerika buatan McNally, antum akan temukan itu nama – nama kota di Amerika yang berasal dari kosa kata bahasa Arab, seperti di tengah kota Los Angeles terdapat kawasan AlHambra, teluk El Morro, dan Alamitos, serta kawasan – kawasan seperti Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, AlCazar, Alameda, Alomar, Azure, dan La Habra.

Di bagian tengah Amerika, dari Selatan hingga Ilinois terdapat nama – nama Albany, Andalusia, Attala, Lebanon, Tullahoma.

Di Negara bagian Washington sendiri, ada kota Salem, di Karibia (yang sudah berasal dari Arab) dan Amerika Tengah terdapat kawasan Jamaika, Pulau Cuba (dari kata Quba) dengan ibukotanya La Habana (Havana), pulau Grenada, Barbados, Bahama, dan Nassau.

Di Amerika Selatan sendiri terdapat nama Cordoba (di Argentina), al Cantara dan Bahia (di Brazil). Juga di pegunungan, seperti Appalachian (Apala-che).

Bahkan Dr. A Zahoor juga menulis bahwa nama bagian seperti Alabama berasal dari kata Allah Bamya. Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah. Tennessee dari Tanasuh (bersuci). Tallahassee di Florida berasal dari bahasa Arab yang artinya “Allah akan menganugerahkan sesuatu di kemudian hari.”

Bahkan, di Indiana ada kota Mecca, di Idaho, North Dakota, Ohio, Tennessee, Texas, Ontario, dan New York ada kota yang bernama Medina, bahkan di Medina, Texas berpenduduk 26 ribu jiwa.

Kota Mahomet di Ilinois, Mona di Utah dan Arva di Ontario, Canada. Ketika Columbus menginjakan kaki di kepulauan Bahama, 12 Oktober 1492 M, pulau itu sudah diberi nama Guanahani oleh penduduknya. “Guanahani” berasal dari bahasa Mandika, turunan dari bahasa Arab yang artinya “Tempat Keluarga Hani Bersaudara” Columbus si pembajak boleh berkata, “semua penduduk di sini baik, ramah, dan suka menolong.” Tapi dia seenak perutnya mengubah nama Guanahani menjadi “San Salvador” dan merampas kepemilikannya dari penduduk setempat. Sungguhpun begitu, hingga hari ini dan detik ini kata “guana” yang berasal dari kata ikhwana (saudara) ini, masih banyak dipakai sebagai nama kawasan di Amerika Tengah, Selatan, dan Utara. SubhanaLLah. Tidak tanggung – tanggung Allah memuliakan kita.

Dari pengungkapan – pengungkapan di atas, sudah jelas, bahwa bangsa barat adalah bangsa yang LICIK, PICIK, dan BURIK. (afwan, ga ada kata lain lagi, yang akhirannya ik)

Mungkin ada yang bertanya – tanya, mengapa sih Columbus bisa tenar dan terkenal ? Jawabannya adalah, karena sejarah itu milik penguasa. Kita sebagai kaum yang dianggap jelata, tidak dibolehkan memiliki kewenangan atas itu. Dan juga atas bantuan dan kebohongan kaum Yahudi –laknatuLLah alaihim-. Perlu diketahui oleh kita semua, selaku kaum Muslimin bahwa “penemuan” benua Amerika dikirim pertama kali oleh Columbus si picik pada kawan – kawannya Yahudi di Spanyol. Selanjutnya, komunitas Yahudi memanfaatkan momen ini dengan cara mempublikasikan kebohongan pelayaran Columbus si picik pada dunia untuk menciptakan legenda di dunia pelayaran.. Lalu, sejak jatuhnya keKhalifahan Islam di Andalusia (Spanyol), media massa dan publikasi dikuasai oleh orang – orang Yahudi, maka ketidakjujuran dalam penulisan sejarah yang dilakukan secara sistematis dan terorganisir, menjadi modal utama Yahudi –laknatuLLah alaihim- untuk menjatuhkan Islam dan peradaban yang KARIM lagi QUDUS.

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)." Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” (al Baqarah : 120)

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (at Taubah : 122)

Maka, dari itu kita semua harus bangkit dari keterpurukan, meskipun hanya menulis, selembar 2 lembar demi al HAQ (Kebenaran). Apa salahnya tulisan tangan kita jika tertoreh di dalam sejarah diri kita sendiri, bahkan mungkin akan dibacakan di Yaumul Hisab nanti tulisan – tulisan kita tersebut (Insya Allah).

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (az Zalzalah : 8)


*boleh di copast, share, disebar pake helikopter juga boleh…..(biar ga nanya – nanya lagi nantinya)

thanks for Syami Al Fahmy

Category: Labels: | 2 Comments

2 comments to “MENULISLAH DEMI AL HAQ DAN UNGKAPLAH YANG HAQ DENGAN CARA – CARA YANG HAQ PULA”

  1. teruskan perjuangan

  1. terima kasih utk kunjungan dan supportnya. moga Anda sukses selalu,amiinn