Iris merupakan bagian mata dengan struktur jaringan yang sangat kompleks, tersusun dari selaput halus yang berlapis-lapis. Di dalamnya terkandung beratus-ratus ribu sel yang langsung tersambung ke organ tubuh vital manusia. Seluruh susunan ini juga terhubung dengan otak melalui serabut-serabut saraf dan pembuluh kapiler darah. Berdasarkan struktur anatomi yang seperti itulah maka dalam dunia kedokteran iris dapat digunakan sebagai salah satu diagnosis kesehatan yang bersifat kualitatif yaitu iridologi. Ilmu iridologi mempelajari iris mata melalui perubahan warna, rupa, bentuk, dan simbol yang terdapat pada bagian mata. Dari tingkat radang, stress, kondisi organ tubuh, tumpukan dan sebaran racun, kecukupan oksigenasi di pembuluh darah, sampai sumbatan pada sistem kelenjar getah bening, semua terekam di dalam iris. Letak organ yang bermasalah dan tingkat keparahan gangguannya pun bisa diketahui lewat iris, termasuk penggolongan tingkat keparahannya yang bersifat subakut, kronis, atau degeneratif. Iris mata kiri digunakan untuk mendeteksi organ tubuh sebelah kiri manusia, sedangkan iris kanan untuk mendeteksi organ di bagian kanan tubuh.

Konsep iridologi pertama kali dipopulerkan oleh Theodore Kriege lewat buku Chiromatica Medica di Dresden, Jerman, pada tahun 1670. Seabad kemudian, Christian Haertels menerbitkan disertasi di Gottingen berjudul De Oculo et Signo (Mata dan Tanda-Tandanya). Pada abad ke-19, Ignatz Von Peclezy (1826-1911) tidak sengaja menemukan burung hantu yang patah kakinya disertai goresan hitam pada matanya. Anehnya, setelah burung hantu itu sembuh, goresan di matanya pun hilang. Akhirnya, setelah melakukan penelitian pada manusia, Ignatz menghasilkan iridologi untuk mengotopsi tubuh manusia guna mengetahui dan memastikan letak penyakit. Chart iridologi selanjutnya disempurnakan oleh Bernard Jensen pada 1982 dan sampai sekarang digunakan oleh praktisi iridologi di seluruh dunia.

Iridologi berguna dalam pengobatan preventif (bersifat pencegahan). Metode ini bisa menyingkapkan keadaan organ tubuh sebelum munculnya tanda dan gejala suatu penyakit. Informasi kekuatan dan kelemahan organ terekam dalam iris. Misalnya seseorang yang terindikasi menderita sakit lever dengan kerusakan 20% dipastikan belum mengalami gangguan dalam kesehariannya namun melalui pemeriksaan iris, tanda-tanda itu sudah tampak. Tanda-tanda penyembuhan juga ditunjukkan melalui iris mata (healing line) sesuai dengan proses penyembuhan yang sedang dan telah berlangsung di dalam tubuh. Hal ini sangat penting dalam memantau terapi yang telah diberikan dokter kepada pasiennya. Dalam wilayah proses penyembuhan pada iris, dokter dapat menilai jenis obat, cara pemberian, dan jenis penyakit yang memberikan hasil terapi yang efektif dan efisien. Hal ini menjadikan iridologi sebagai general check-up yang bisa dilakukan secara kilat, tanpa rasa sakit, mudah, dan ongkosnya tak terlampau mahal.

Selama ini, pemantauan iris mata dilakukan secara manual. Praktisi iridologi biasanya hanya melihat langsung mata pasien dengan alat bantu semacam senter atau sorotan cahaya. Pengamatan manual bisa berakibat salah diagnosis. Pada tahun 2006 sampai dengan akhir 2008, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan program piranti lunak untuk iridologi dengan bahasa pemrograman Delphi yang berorientasi obyek. Program ini disebut LIPIRISm@. Saat ini LIPIRISm@ 2.0 merupakan versi terakhir aplikasi ini. Selain lebih murah, LIPIRISm@ mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan alat sejenis dari luar negeri, diantaranya fitur pustaka tanda-tanda iris, rekam medis data pasien, pengaturan iris, pengaturan grafis ANW (Autonomic Nerve Wreath) orang yang berbeda, dan penampakan dua iris secara bersamaan. Berdasarkan penelitian LIPI, tingkat akurasinya dalam mendeteksi penyakit mencapai 80%. Dengan kehadiran piranti lunak iridologi, maka praktisi iridologi akan sangat terbantu dalam menentukan letak presisi kelainan yang terindikasi oleh iris. Selain itu, tentu saja bisa memperkecil kesalahan pemeriksaan manual karena iris memiliki banyak titik yang berdekatan sehingga memungkinkan praktisi iridologi salah mendiagnosis organ yang terganggu. LIPIRISm@ memberikan panduan yang lebih akurat untuk mengenali letak organ yang terganggu seperti yang tergambar pada iris secara tepat.

Diagnosis iridologi hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Pasien tinggal duduk dan difoto. Foto-foto iris yang diambil akan diolah ke dalam komputer yang dilengkapi piranti lunak LIPIRISm@. Sekali klik, gambar di layar komputer langsung menunjukkan detail bagian iris mata dengan jelas baik warna, rupa, maupun bentuknya. Pada saat yang sama, ahli iridologi bisa langsung menerangkan kondisi organ tubuh berdasarkan pengamatan iris, sesuai dengan peta iris buatan bapak iridologi modern, Dr.Bernard Jensen. Maka penyakit pasien tersebut pun sudah langsung dapat diketahui. Misalnya warna putih seperti cincin di atas iris, menggambarkan kandungan kolesterol pada manusia.

Diagnosis dengan iridologi diklaim lebih unggul dalam menemukan adanya kelemahan organ dibandingkan pemeriksaan laboratorium. Hasilnya pun dapat diketahui real time (pada saat itu juga). Sebagai perbandingan, untuk general check-up, pasien harus melewati sederet pemeriksaan : periksa darah, air seni, feses, roentgen, dan sebagainya. Tes laboratorium juga memakan waktu cukup lama dan ongkosnya mahal. Sementara uji laboratorium bisa menghabiskan biaya jutaan, iridologi hanya butuh puluhan ribu rupiah. Adapun kelemahan iridologi adalah tidak bisa mendeteksi penyakit secara detail dari segi kuantitatif. Misalnya besarnya nilai kadar kandungan gula dalam darah.

Category: Labels: | 0 Comments

0 comments to “LIPIRISM@, Iridology Software Buatan Indonesia”