Mei benar2 bersyukur dan sangat berterima kasih kepada teman sekaligus adik tingkat Mei, Fitri Kurniasari (Medical '05), yang sudah meminjamkan buku Anis Matta berjudul Serial Cinta. Buku itu amat bagus untuk belajar memahami arti cinta dan mencintai dalam bentuk yang universal. Berikut ini merupakan cuplikan salah satu bab dari buku tersebut yang berjudul sama dengan judul tulisan kali ini. Mei harap semoga para pembaca mendapat pengetahuan dan manfaat baru tentang arti cinta dari tulisan ini, amiinn. Jika kurang puas ya silakan Anda membelinya di toko buku atau silakan menghubungi penerbit Tarbawi Press hehee. Selamat menikmati.
^_^

Seperti ketika Rasululloh saw tertawa – tawa menyaksikan Aisyah dan Saudah saling bertengkar dan saling menimpuk wajah mereka dengan kue, atau seperti ketika Ummu Salamah menjawab enteng pertanyaan Anas bin Malik tentang Rasululloh saw yang selalu refleks mencium Aisyah tapi tidak begitu dengan beliau, kita semua belajar tentang sebuah fakta bahwa ternyata cinta memang punya mekanismenya sendiri dalam menyelesaikan masalah – masalahnya.

Pembiaran. Yah pembiaran. Mereka dengan sengaja membiarkan sebagian masalah itu terjadi. Dan tidak memikirkannya. Apalagi menyelesaikannya. Karena tidak semua masalah memang harus dipikirkan. Karena tidak semua masalah memang harus diselesaikan. Karena memang ada banyak masalah yang selesai karena tidak dipikirkan dan tidak diselesaikan. Persis seperti ketika kita membiarkan seorang bocah kecil menangis dan tidak menghiraukannya, ia akan berhenti dengan sendirinya. Sebab yang ada “ruang pelepasan jiwa” yang mengharuskan kita “tega” menyaksikan untuk lepas bebas, sembari menanti dengan cukup “yakin” bahwa ia akan kembali tenang dengan sendirinya. Bahkan misalnya ketika Ibnul Qayyim mengatakan bahwa menangis itu bagus untuk kesehatan jantung anak – anak, sebenarnya menangis juga bagus untuk perempuan, khususnya untuk kehalusan kulit mereka.

Jadi mekanisme pembiaran menuntut adanya keyakinan dan sedikit ketegaan.

Pada tamsil yang lain kita bisa belajar dari mekanisme kerja tubuh yang sehat. Badan sehat menyembuhkan penyakitnya sendiri, khususnya penyakit – penyakit kecil. Selain memiliki imunitas sebagai sistem perlindungan tubuh, badan sehat juga menyelesaikan penyakit – penyakit kecil seperti flu dan demam melalui istirahat dan tidur yang cukup. Jadi tidak semua penyakit harus dibawa ke dokter. Walau itu tidak harus berarti bahwa bukan karena merasa sehat maka kita merasa tidak memerlukan dokter.

Begitu juga cinta, punya mekanisme pembiaran. Semacam toleransi bahwa masalah – masalah yang muncul ini bukan suatu bahaya yang mengancam hubungan jangka panjang. Tapi hanya riak – riak yang menghiasi keteduhan laut. Bahkan seringkali masalah – masalah itu justru menyimpan berkah terselubung. Misalnya, cemburu. Seringkali keluar ia dibahasakan dengan tudingan dan tuntutan. Tapi sebenarnya ke dalam ia membangun kesadaran introspeksi diri yang lebih baik. Kenapa bisa begitu ? karena cemburu berbaur secara manusiawi dengan bahan dasar cinta, dicampur rasa malu, digabung egoisme. Yang keluar cinta juga akhirnya. Walaupun mungkin sudah “babak belur” dalam pembahasaan.

Jadi semua yang tumbuh dari bibit cinta pada akhirnya akan berbuah cinta juga.

Ujian paling berat bagi para pecinta sejati adalah pada keyakinannya terhadap kesejatian cintanya sendiri, dan keyakinannya pada kekuatan cinta untuk terus menerus melahirkan kebajikan – kebajikan. Pembiaran tampaknya merupakan manajerial dari keyakinan itu.

Category: Labels: | 0 Comments

0 comments to “Pembiaran”