Muhammad : 31
"Dan sesungguhnya benar-benar Kami akan menguji kamu, agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kamu dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu."
Al-Hadid : 22-23
"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab Lauh Mahfuzh sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Alloh. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Alloh tidak menyukai setiap orang sombong dan membanggakan diri."
Saat kenyataan tak seirama dengan kehendak, terasa pil pahit yang mau tak mau mesti ditelan. Sekuat apa pun seseorang menolaknya, kekecewaan tetap akan bertumpuk-tumpuk dan berlanjut pada kecemasan karena terbayang kekelaman yang akan menimpanya nanti. Sebagian orang mengatasi perasaan semacam itu (cemas/takut) dengan melakukan mekanisme pertahanan diri (self-defense mechanism). Istilah ini diperkenalkan oleh Freud untuk menunjukkan upaya-upaya mengurangi kecemasan, frustasi, stres, atau konflik, yang dilakukan secara sadar maupun tidak, untuk melindungi diri dari situasi yang tidak mampu ditanggulangi.
Berikut ini adalah 4 contoh self-defense mechanism yang dapat dilihat pada orang-orang di sekitar Anda atau bahkan mungkin Anda sendiri menggunakannya.
Tipe Denial "Saya Baik-Baik Saja" (Padahal Hati Hancur)
Pada kondisi tertentu, seseorang akan sulit mengakui bahwa dia sedang sedih, marah, atau kecewa pada suatu hal. Untuk menutup diri, kata-kata sakti yang sering diucapkan adalah, "saya baik-baik saja kok." Berpura-pura semua baik-baik saja dan menyangkal adanya hal yang tidak menyenangkannya, itulah denial.
Tipe Reaction Formation "Saya Tidak Ingin Mereka Tahu"
Seseorang berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya dan menampilkan ekspresi wajah/tindakan yang berlawanan dengan yang sebenarnya. Dengan cara ini mereka dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi sesuatu/hal yang tidak menyenangkan. Misalnya pada seseorang yang menutupi rasa cinta dengan bersikap datar atau bahkan memusuhi orang yang dicintainya karena takut diketahui perasaannya.
Tipe Proyeksi "Saya Tidak Kok, Dia Kali"
Dalam mekanisme ini, seseorang membalikkan kenyataan dan menyalahkan orang lain atas kesalahan atau kenyataan yang dia miliki. Kalimat yang khas dari tipe ini yaitu, "Tidak kok, saya tidak mencintainya. Dia kali yang cinta saya, saya sih biasa saja." (Bentuk pembalikkan fakta)
Tipe Represif
Dalam mekanisme ini, seseorang akan menekan keinginan/pikiran-pikiran yang membuatnya cemas hingga ke bawah alam sadarnya dan saat melakukannya pun tanpa sadar pula. Misalnya pada orangtua yang memiliki anak dengan vonis penyakit mematikan, selalu menekan perasaan dengan menganggap anaknya baik-baik saja dan tidak mengalami sakit apapun.
Mekanisme pertahanan diri sebetulnya merupakan proses alami dari seseorang demi mempertahankan keseimbangan dan keutuhan mentalnya agar tetap normal. Namun bukan berarti mekanisme tersebut menjadi sebuah pelaziman. Pertahanan diri memang dapat menyelamatkan seseorang dari kecemasan atau sakit namun cara ini menyerap energi begitu besar. Tingginya frekuensi penggunaan mekanisme ini akan bermuara pada bermacam-macam gangguan dan sindrom berupa gelisah, cemas, sedih, sulit tidur, nyeri, disfungsi organ, bahkan bisa membuat orang tersebut tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Yang terparah adalah orang tersebut bisa sampai mengalami gangguan kejiwaan berat seperti skizofrenia.
Lalu mengapa banyak orang yang memilih lari dari kenyataan daripada mengakuinya ? Ada banyak alasan dan pada umumnya bersumber pada perasaan malu, takut atau merasa tidak enak. Takut ditolak, takut dihakimi, takut diremehkan, takut ditinggalkan, takut dipermalukan menjadikan seseorang lebih nyaman untuk bersembunyi. Padahal langkah seperti itu malah menyiksa diri karena terpenjara dalam topeng kepalsuan.
Satu hal yang perlu diingat adalah, apapun yang dilakukan seseorang untuk mengurangi kecemasan dengan mekanisme pertahanan diri, tidak akan bisa mengurangi permasalahan yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, Yakinkanlah bahwa menerima diri sendiri jauh lebih baik daripada harus berada dalam topeng yang hanya bisa dipakai sesaat saja. Berusahalah untuk jujur dan bersyukur. Manusia yang sehat adalah manusia yang memiliki kadar self-defense mechanism rendah.
Masalah tercipta bukanlah untuk dihindari melainkan untuk diselesaikan. Masalah merupakan bagian dari hidup manusia yang tidak akan pernah bisa dihilangkan, dihindari ataupun ditolak kedatangannya. Masalah diciptakan untuk mendewasakan pemikiran seseorang dan meningkatkan kemampuan dirinya bertahan melawan arus kehidupan. Jika seseorang selalu melarikan diri dari masalah maka dia tak kan pernah hidup dalam ketenangan dan akan selalu merepotkan orang-orang yang berhubungan dengan dirinya.
Dari pengalaman pribadi, saya sarankan jika sedang berada dalam masalah besar, hal pertama yang Anda lakukan adalah menertawakan kebodohan diri sendiri. Meski hati gelisah dan takut akan konsekuensi yang dihadapi nanti namun dengan tertawa seperti itu, Anda akan bisa rileks dan siap menyusun serangkaian cara menghadapi setiap kemungkinan buruk yang terjadi. Hal penting yang harus Anda lakukan selanjutnya adalah mendekatkan diri kepada Alloh karena Dialah yang memberikan masalah tersebut dan Dia pula yang memiliki jalan keluarnya. Hal selanjutnya adalah jangan berpikiran negatif. Anda boleh memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa Anda alami namun janganlah terpaku seolah-olah kemungkinan itu sudah terjadi. Setelah Anda rileks, segera cari cara untuk mengatasi segala kemungkinan terburuk tersebut dan pastikan Anda berpikiran positif. Semoga saran saya bisa Anda pergunakan, insya Alloh semua akan menjadi baik.
Al-Insyirah : 5-6
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Bersama kesulitan ada kemudahan."
"Dan sesungguhnya benar-benar Kami akan menguji kamu, agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kamu dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu."
Al-Hadid : 22-23
"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab Lauh Mahfuzh sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Alloh. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Alloh tidak menyukai setiap orang sombong dan membanggakan diri."
Saat kenyataan tak seirama dengan kehendak, terasa pil pahit yang mau tak mau mesti ditelan. Sekuat apa pun seseorang menolaknya, kekecewaan tetap akan bertumpuk-tumpuk dan berlanjut pada kecemasan karena terbayang kekelaman yang akan menimpanya nanti. Sebagian orang mengatasi perasaan semacam itu (cemas/takut) dengan melakukan mekanisme pertahanan diri (self-defense mechanism). Istilah ini diperkenalkan oleh Freud untuk menunjukkan upaya-upaya mengurangi kecemasan, frustasi, stres, atau konflik, yang dilakukan secara sadar maupun tidak, untuk melindungi diri dari situasi yang tidak mampu ditanggulangi.
Berikut ini adalah 4 contoh self-defense mechanism yang dapat dilihat pada orang-orang di sekitar Anda atau bahkan mungkin Anda sendiri menggunakannya.
Tipe Denial "Saya Baik-Baik Saja" (Padahal Hati Hancur)
Pada kondisi tertentu, seseorang akan sulit mengakui bahwa dia sedang sedih, marah, atau kecewa pada suatu hal. Untuk menutup diri, kata-kata sakti yang sering diucapkan adalah, "saya baik-baik saja kok." Berpura-pura semua baik-baik saja dan menyangkal adanya hal yang tidak menyenangkannya, itulah denial.
Tipe Reaction Formation "Saya Tidak Ingin Mereka Tahu"
Seseorang berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya dan menampilkan ekspresi wajah/tindakan yang berlawanan dengan yang sebenarnya. Dengan cara ini mereka dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi sesuatu/hal yang tidak menyenangkan. Misalnya pada seseorang yang menutupi rasa cinta dengan bersikap datar atau bahkan memusuhi orang yang dicintainya karena takut diketahui perasaannya.
Tipe Proyeksi "Saya Tidak Kok, Dia Kali"
Dalam mekanisme ini, seseorang membalikkan kenyataan dan menyalahkan orang lain atas kesalahan atau kenyataan yang dia miliki. Kalimat yang khas dari tipe ini yaitu, "Tidak kok, saya tidak mencintainya. Dia kali yang cinta saya, saya sih biasa saja." (Bentuk pembalikkan fakta)
Tipe Represif
Dalam mekanisme ini, seseorang akan menekan keinginan/pikiran-pikiran yang membuatnya cemas hingga ke bawah alam sadarnya dan saat melakukannya pun tanpa sadar pula. Misalnya pada orangtua yang memiliki anak dengan vonis penyakit mematikan, selalu menekan perasaan dengan menganggap anaknya baik-baik saja dan tidak mengalami sakit apapun.
Mekanisme pertahanan diri sebetulnya merupakan proses alami dari seseorang demi mempertahankan keseimbangan dan keutuhan mentalnya agar tetap normal. Namun bukan berarti mekanisme tersebut menjadi sebuah pelaziman. Pertahanan diri memang dapat menyelamatkan seseorang dari kecemasan atau sakit namun cara ini menyerap energi begitu besar. Tingginya frekuensi penggunaan mekanisme ini akan bermuara pada bermacam-macam gangguan dan sindrom berupa gelisah, cemas, sedih, sulit tidur, nyeri, disfungsi organ, bahkan bisa membuat orang tersebut tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Yang terparah adalah orang tersebut bisa sampai mengalami gangguan kejiwaan berat seperti skizofrenia.
Lalu mengapa banyak orang yang memilih lari dari kenyataan daripada mengakuinya ? Ada banyak alasan dan pada umumnya bersumber pada perasaan malu, takut atau merasa tidak enak. Takut ditolak, takut dihakimi, takut diremehkan, takut ditinggalkan, takut dipermalukan menjadikan seseorang lebih nyaman untuk bersembunyi. Padahal langkah seperti itu malah menyiksa diri karena terpenjara dalam topeng kepalsuan.
Satu hal yang perlu diingat adalah, apapun yang dilakukan seseorang untuk mengurangi kecemasan dengan mekanisme pertahanan diri, tidak akan bisa mengurangi permasalahan yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, Yakinkanlah bahwa menerima diri sendiri jauh lebih baik daripada harus berada dalam topeng yang hanya bisa dipakai sesaat saja. Berusahalah untuk jujur dan bersyukur. Manusia yang sehat adalah manusia yang memiliki kadar self-defense mechanism rendah.
Masalah tercipta bukanlah untuk dihindari melainkan untuk diselesaikan. Masalah merupakan bagian dari hidup manusia yang tidak akan pernah bisa dihilangkan, dihindari ataupun ditolak kedatangannya. Masalah diciptakan untuk mendewasakan pemikiran seseorang dan meningkatkan kemampuan dirinya bertahan melawan arus kehidupan. Jika seseorang selalu melarikan diri dari masalah maka dia tak kan pernah hidup dalam ketenangan dan akan selalu merepotkan orang-orang yang berhubungan dengan dirinya.
Dari pengalaman pribadi, saya sarankan jika sedang berada dalam masalah besar, hal pertama yang Anda lakukan adalah menertawakan kebodohan diri sendiri. Meski hati gelisah dan takut akan konsekuensi yang dihadapi nanti namun dengan tertawa seperti itu, Anda akan bisa rileks dan siap menyusun serangkaian cara menghadapi setiap kemungkinan buruk yang terjadi. Hal penting yang harus Anda lakukan selanjutnya adalah mendekatkan diri kepada Alloh karena Dialah yang memberikan masalah tersebut dan Dia pula yang memiliki jalan keluarnya. Hal selanjutnya adalah jangan berpikiran negatif. Anda boleh memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa Anda alami namun janganlah terpaku seolah-olah kemungkinan itu sudah terjadi. Setelah Anda rileks, segera cari cara untuk mengatasi segala kemungkinan terburuk tersebut dan pastikan Anda berpikiran positif. Semoga saran saya bisa Anda pergunakan, insya Alloh semua akan menjadi baik.
Al-Insyirah : 5-6
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Bersama kesulitan ada kemudahan."
0 comments to “Self-Defense Mechanism”
Posting Komentar