Akibat kelainan pada kelenjar tiroid dapat muncul berbagai komplikasi pada organ tubuh, misalnya gangguan menelan atau bernafas. Selain itu muncul gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga yang paling parah adalah penyakit jantung kongestif yaitu keadaan ketika jantung tidak kuat lagi memompa darah ke seluruh tubuh. Dampak lain akibat gangguan hormon tiroid adalah osteoporosis (pengeroposan tulang). Hormon tiroid yang berlebihan dapat meningkatkan proses penyerapan tulang, akibatnya tulang menjadi keropos dan mudah patah. Kondisi yang perlu penanganan segera pada penderita gangguan tiroid adalah krisis tirotoksikosis. Akibat terjadinya peningkatan berlebihan hormon, maka akan muncul gangguan pada organ penting seperti jantung, otak, dan organ lain. Kondisi ini dapat mengancam nyawa dan perlu mendapatkan pengobatan segera.

Pengobatan kelainan tiroid tergantung pada jenis kelainan yang terjadi. Jika kelainannya jinak dan tidak mengganggu mungkin hanya perlu diobservasi saja. Jika kelainannya disebabkan kekurangan yodium maka diberikan yodium sesuai kebutuhan. Peningkatan kadar hormon tiroid berlebihan perlu mendapatkan terapi untuk menurunkannya. Biasanya penderita mendapat obat levotiroksin. Efek samping pengobatannya bisa terjadi gangguan jantung dan tulang. Oleh karena itu obat tersebut tidak direkomendasikan pada usia lanjut.

Pemberian radioaltif iodine dilakukan pada penderita akibat fungsi berlebihan kelenjar tiroid. Setelah masuk ke dalam tubuh, selanjutnya zat radioaktif tersebut diserap. Hal ini akan mengakibatkan nodul mengecil dan gejala hipertiroid berkurang. Selain menggunakan radioaktif, pengurangan besar nodul juga dapat dilakukan dengan terapi menggunakan alkohol.

Pada umumnya bila tidak ada kontraindikasi, sebagian besar pembesaran kelenjar gondok akan delakukan operasi sebagai terapinya, kecuali bila pembesaran tersebut diakibatkan oleh keadaan kelebihan hormon tiroid (hipertiroid). Jika pasien sudah berada pada stadium lanjut keganasan tiroid maka operasi dilakukan hanya untuk mengurangi gejala. Risiko operasi adalah cedera pada saraf yang mengontrol suara atau kerusakan pada kelenjar paratiroid. Setelah operasi mungkin saja penderita harus minum obat  hormonal selama beberapa waktu untuk mengganti fungsi hormon tiroid. Pada kasus keganasan, obat itu diberikan selama terus-menerus untuk mencegah terjadinya kekambuhan setelah operasi.

Untuk menentukan apakah suatu nodul tiroid itu ada indikasi bedahnya atau tidak, maka dapat melihat beberapa aspek berikut ;
  • Adanya kecurigaan tumor tersebut ganas atau karsinoma
  • Adanya gejala klinis yang jelas
  • Kegagalan terapi dengan obat
  • Adanya keluhan kosmetik
Fungsi dari terapi dengan obat (medikamentosa) adalah untuk mengembalikan kondisi eutiroid (kadar hormon tiroid normal). Terapi tersebut diharapkan dapat dicapai dalam waktu enam minggu. Sekitar 80-90% penderita tirotoksitosis dapat disembuhkan hanya dengan pengobatan medikamentosa yang benar.

Pengobatan kelainan tiroid yang jinak selain dengan menggunakan terapi medikamentosa juga dapat dilakukan dengan pembedahan berupa lobektomi atau isthmolobektomi. Terkadang pembedahan ini dilakukan dengan mengangkat hampir sebagian besar kelenjar tiroid bahkan bias sampai keseluruhan apabila seluruh jaringan tiroid sudah berubah menjadi tumor atau jaringan patologis. Setelah tindakan pembedahan pengangkatan tiroid secara total, maka pasien akan diberikan terapi hormon tiroid. Hal ini penting untuk mengatasi penurunan jumlah tiroid yang dihasilkan.

Bagi kasus-kasus yang terbukti ganas, pembedahan dapat dilanjutkan dengan terapi sinar (radioterapi). Jenis pembedahan yang dilakukan tergantung dari ekstensi tumor. Seperti halnya tindakan medis yang lain, pembedahan tiroid berpotensi menimbulkan komplikasi sebagai berikut ;
  • Suara serak atau kehilangan suara karena terjadi edema (pembengkakkan) pita suara akibat balon NTT (NasoTracheal Tube), atau saat mencabut NTT lupa tidak dikempeskan balonnya. Hal lain yang dapat menyebabkannya adalah trauma atau terputusnya saraf laringeus inferior yang mempersarafi pita suara. Jika kerusakan terjadi bilateral (kiri dan kanan) maka suara jadi hilang bahkan mungkin sampai tidak bias bernapas akibat kelumpuhan pita suara.
  • Terangkatnya kelenjar paratiroid yang dapat mengakibatkan gangguan metabolisme kalsium. Akibatnya bias terjadi hipokalsemia dengan gejala mulai dari kesemutan daerah wajah sampai kejang.
  • Trakeomalasia (kelemahan dinding saluran tenggorok) yang dapat menyebabkan sumbatan jalan napas. Hal ini dapat diakibatkan oleh penyebaran tumor ke tenggorokan atau akibat trauma operasi.
  • Perdarahan yang terjadi di daerah leher karena area ini kaya vaskularisasi (banyak dilintasi pembuluh darah).
  • Kemungkinan infeksi dan gangguan penyembuhan luka.
Pada saat ini, untuk menghindari resiko-resiko yang terjadi pada operasi besar maka dikembangkan teknik laparoskopi. Dengan menggunakan kamera kecil yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh, teknik operasi laparoskopi tidak lagi membutuhkan luka sayatan yang besar. Cukup dengan luka sebesar 0,5 cm untuk memasukkan alat, dokter ahli bedah sudah dapat melakukan operasi. Teknik operasi ini sudah dapat digunakan untuk operasi usus buntu, batu kandung empedu, dan operasi hernia.

Operasi kelenjar tiroid dengan invasi menggunakan teknik laparoskopi dikenal sebagai MIVAT (Endoscopic minimalliy invasive video-assisted thyroidectomy) telah diperkenalkan di beberapa Negara terutama Eropa dan Asia. Awalnya dimulai pada tahun 1988 di Eropa untuk mengangkat kelenjar paratiroid dengan menggunakan alat endoskopi dan pisau yang kecil (harmonic scapel). Sekarang teknik untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar sudah dapat dilakukan di dalam negeri, salah satunya di RS Awalbros Batam.

Tidak semua pembesaran kelenjar gondok dapat diatasi dengan metode ini. Salah satu syarat untuk dapat dilakukan dengan teknik ini bila ukuran benjolan kurang dari 5 cm. Pasien dengan pembesaran di kedua kelenjar gondok (bilateral) dapat dilakukan melalui sisi yang sama untuk pengangkatan keduanya atau melalui sisi yang berbeda sesuai dengan kemampuan operator.

Beberapa keuntungan teknik operasi jenis ini diantaranya :
  • Luka sayatan yang relatif kecil memberikan keuntungan bekas operasi secara kosmetik lebih baik dan tidak terdapat bekas sayatan yang lebar di daerah leher.
  • Rasa nyeri yang lebih sedikit dibandingkan bila dilakukan sayatan di daerah leher.
  • Komplikasi operasi juga dapat dihindari. Salah satu yang dikhawatirkan akibat operasi mengatasi pembesaran kelenjar tiroid adalah cedera pada saraf rekuren laring.
  • Karena luka kecil, waktu perawatan juga berkurang, hanya sekitar 1-2 hari setelah operasi.
Apabila setelah dilakukan pengambilan jaringan kemudian diketahui bahwa tumor yang didapatkan ganas maka operasi tetap dilanjutkan dengan teknik konvesional. Artinya dilakukan operasi dengan luka sayatan untuk mengangkat sisa kelenjar yang masih ada karena teknik ini tidak dapat melakukan tindakan tersebut.

Adanya teknik terbaru ini diharapkan dapat menjadi pilihan bagi para penderita kasus pembesaran kelenjar gondok pada taraf dini. Seringkali pasien dihadapkan pada pilihan sulit, memiliki bekas luka operasi yang cukup besar di leher bagian depan. Bagi pasien wanita, menjadi kekhawatiran sebelum operasi dilakukan, terutama bila ia memiliki kecenderungan timbulnya keloid (bekas luka menjadi sangat terlihat). Kekhawatiran inilah yang acapkali membuat pasien membatalkan operasi dan beralih ke pengobatan lain.

0 comments to “Komplikasi, Terapi, dan Penatalaksanaan Gondok”