Leukimia merupakan suatu keganasan (kanker) dari sel darah. Kanker adalah penyakit yang disebabkan sekelompok sel yang memperbanyak diri secara tidak terkendali dan dapat keluar serta hidup di tempat lain yang tidak biasanya. Pada leukemia, sel darah putih membelah diri tak terkendali dan sel darah muda yang biasanya hidup di sumsum tulang, keluar dari tempatnya tersebut menuju sirkulasi dan bertahan hidup.
Semua sel kanker dari leukemia berasal dari satu sel dan menghasilkan keturunan dengan gen yang sama sehingga dapat diidentifikasi. Misalnya sel induk kanker mempunyai sifat CD3+ maka semua anak sel kankernya memiliki CD3+.
Secara garis besar, leukemia dibedakan menjadi leukemia akut dan kronik. Perjalanan penyakit pada leukemia kronik lama dan cenderung tidak bergejala dibandingkan leukemia akut. Meskipun demikian, kemungkinan sembuh leukemia akut lebih besar dibandingkan leukemia kronik yang mudah kambuh. Penggolongan selanjutnya berdasarkan jenis sel kanker yaitu limfoblastik atau mielositik.
Penyebab pasti leukemia belum dapat ditentukan. Sel darah mudah dapat menjadi sel kanker diperkirakan karena gen sel tersebut mengalami mutasi (perubahan) berulangkali sehingga berubah sifatnya dan menjadi ganas. Jadi sebenarnya sel darah perlu waktu bertahun-tahun untuk berubah menjadi sel kanker. Sebenarnya tubuh sudah mempunyai mekanisme pertahanan terhadap sel yang mengalami perubahan tersebut karena sel yang demikian dianggap abnormal. Tugas itu dilakukan oleh sel limfosit yang juga berada dalam darah. Karena perubahan sel berjalan perlahan dan berulangkali dalam waktu yang lama maka limfosit gagal mengenali sel tersebut sebagai sel abnormal yang perlu dibasmi.
Perubahan gen pada leukemia disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa halpenting yang berpengaruh adalah paparan terhadap zat karsinogenik (zat yang dapat menyebabkan atau memberi kontribusi terbentuknya kanker) dan susunan genetik. Karsinogenik yang terbukti terkait erat dengan leukemia adalah benzena (pelarut dalam industri yang berperan dalam pembuatan plastik dan karet sintetis), rokok, asbes, serta radioaktif. Infeksi virus juga dapat menyebabkan perubahan gen. Virus yang dimaksud adalah virus Epstein Barr (EBV).
Mengenai susunan genetik, memang terdapat kecenderungan etnis dalam hal kerentanan terhadap kanker tertentu. Untuk kasus leukemia, belum ada bukti yang menunjukkan kecenderungan seperti itu. Walaupun leukemia dilatarbelakangi perubahan gen, leukemia bukanlah penyakit keturunan karena setiap individu mempunyai gen yang berbeda, tidak ada yang persis sama. Hal yang benar adalah susunan gen individu tertentu memang lebih rentan untuk menderita leukemia. Sayangnya, belum ada penelitian yang dapat mengidentifikasi gen spesifik yang rentan leukemia.
Pada dasarnya gejala dan tanda leukemia muncul sebagai akibat dari bertambah banyaknya sel leukemia itu sendirinserta "racun" yang dikeluarkan oleh sel kanker. Sel kanker menyebabkan terdesaknya pertumbuhan sel darah di sumsum tulang sehingga tidak heran kalau pasien leukemia mengalami anemia sehingga lemas dan pucat.
Racun yang dimaksudkan adalah sitokin seperti interleukin atau tumor necrosing factor (TNF). Sitokinlah yang dapat menyebabkan demam, berat badan turun, dan tidak nafsu makan. Gejala lain adalah sakit kepala, nyeri tulang, serta pembengkakkan kelenjar yang biasanya terdapat di ketiak atau leher. Biasanya gejala tersebut tidak begitu kelihatan pada kasus leukimia kronik. Sebaliknya pada leukimia akut, tandanya sangat nyata karena sel kanker aktif memproduksi sitokin.
Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis leukemia adalah pemeriksaan darah yang terdiri dari tes laboratorium rutin (hitung jumlah sel darah), sitologi dan morfologi (menggunakan mikroskop), pemeriksaan imunologis, dan pemeriksaan genetik (kromosom). Selain pemeriksaan darah diperlukan juga pemeriksaan sumsum tulang.
Tatalaksana leukemia berbeda tergantung jenis dan stadiumnya. Pengobatan leukemia kronis tidak seagresif leukemia akut. Untuk leukemia kronik, obat yang diberikan lebih sederhana dan dapat diberikan per oral (diminum) seperti hidrea dan klorambusil. Tujuannya hanya sebatas mengendalikan pertumbuhan sel kanker. Leukemia kronis dalam perjalanannya dapat kambuh dan menjadi leukemia akut. Pada episode kambuh tersebut, maka pengobatan yang dilakukan sesuai dengan terapi leukimia akut.
Untuk leukemia akut, terapi bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker sampai habis (remisi). Pelaksanaannya bertahap dan terdiri atas beberapa siklus. Tahapnya adalah induksi (awal), konsolidasi, dan pemeliharaan. Tahap induksi bertujuan memusnahkan sel kanker secara progresif. tahap konsolidasi untuk memberantas sisa sel kanker agar tercapai remisi sempurna, biasanya terdiri atas 2 siklus. Tahap pemeliharaan untuk menjaga agar tetap remisi dan mencegah kambuh. Terapi yang tersedia adalah kemoterapi, radioterapi, atau ditambah dengan transplantasi sumsum tulang. Saat pasien sudah dianggap bersih dari sel kanker maka diberikan transplantasi sumsum tulang. Apabila berhasil sampai tahap itu, kemungkinan sembuh sebesar 70-80% tapi masih mungkin kambuh karena kemungkinan masih adanya sisa sel kanker di sumsum tulang. Kalau tidak transplantasi, kemungkinan sembuh hanya 40-50%.
Pengobatan suportif sangat penting bagi pasien leukemia. Hal itu karena penyebab kematian terbanyak bukan karena leukemia itu sendiri melainkan akibat faktor penyulit (komplikasi) seperti infeksi, perdarahan, atau trombosis (pembekuan darah). Pengobatan suportif bertujuan utnuk mencegah dan mengobati infeksi, memberikan gizi yang baik, mencegah perdarahan, dan menjaga ketahanan tubuh. Daya tahan tubuh (imunitas) sangat penting karena leukemia mudah sekali kambuh bila imunitas pasien menurun.
Semua sel kanker dari leukemia berasal dari satu sel dan menghasilkan keturunan dengan gen yang sama sehingga dapat diidentifikasi. Misalnya sel induk kanker mempunyai sifat CD3+ maka semua anak sel kankernya memiliki CD3+.
Secara garis besar, leukemia dibedakan menjadi leukemia akut dan kronik. Perjalanan penyakit pada leukemia kronik lama dan cenderung tidak bergejala dibandingkan leukemia akut. Meskipun demikian, kemungkinan sembuh leukemia akut lebih besar dibandingkan leukemia kronik yang mudah kambuh. Penggolongan selanjutnya berdasarkan jenis sel kanker yaitu limfoblastik atau mielositik.
Penyebab pasti leukemia belum dapat ditentukan. Sel darah mudah dapat menjadi sel kanker diperkirakan karena gen sel tersebut mengalami mutasi (perubahan) berulangkali sehingga berubah sifatnya dan menjadi ganas. Jadi sebenarnya sel darah perlu waktu bertahun-tahun untuk berubah menjadi sel kanker. Sebenarnya tubuh sudah mempunyai mekanisme pertahanan terhadap sel yang mengalami perubahan tersebut karena sel yang demikian dianggap abnormal. Tugas itu dilakukan oleh sel limfosit yang juga berada dalam darah. Karena perubahan sel berjalan perlahan dan berulangkali dalam waktu yang lama maka limfosit gagal mengenali sel tersebut sebagai sel abnormal yang perlu dibasmi.
Perubahan gen pada leukemia disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa halpenting yang berpengaruh adalah paparan terhadap zat karsinogenik (zat yang dapat menyebabkan atau memberi kontribusi terbentuknya kanker) dan susunan genetik. Karsinogenik yang terbukti terkait erat dengan leukemia adalah benzena (pelarut dalam industri yang berperan dalam pembuatan plastik dan karet sintetis), rokok, asbes, serta radioaktif. Infeksi virus juga dapat menyebabkan perubahan gen. Virus yang dimaksud adalah virus Epstein Barr (EBV).
Mengenai susunan genetik, memang terdapat kecenderungan etnis dalam hal kerentanan terhadap kanker tertentu. Untuk kasus leukemia, belum ada bukti yang menunjukkan kecenderungan seperti itu. Walaupun leukemia dilatarbelakangi perubahan gen, leukemia bukanlah penyakit keturunan karena setiap individu mempunyai gen yang berbeda, tidak ada yang persis sama. Hal yang benar adalah susunan gen individu tertentu memang lebih rentan untuk menderita leukemia. Sayangnya, belum ada penelitian yang dapat mengidentifikasi gen spesifik yang rentan leukemia.
Pada dasarnya gejala dan tanda leukemia muncul sebagai akibat dari bertambah banyaknya sel leukemia itu sendirinserta "racun" yang dikeluarkan oleh sel kanker. Sel kanker menyebabkan terdesaknya pertumbuhan sel darah di sumsum tulang sehingga tidak heran kalau pasien leukemia mengalami anemia sehingga lemas dan pucat.
Racun yang dimaksudkan adalah sitokin seperti interleukin atau tumor necrosing factor (TNF). Sitokinlah yang dapat menyebabkan demam, berat badan turun, dan tidak nafsu makan. Gejala lain adalah sakit kepala, nyeri tulang, serta pembengkakkan kelenjar yang biasanya terdapat di ketiak atau leher. Biasanya gejala tersebut tidak begitu kelihatan pada kasus leukimia kronik. Sebaliknya pada leukimia akut, tandanya sangat nyata karena sel kanker aktif memproduksi sitokin.
Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis leukemia adalah pemeriksaan darah yang terdiri dari tes laboratorium rutin (hitung jumlah sel darah), sitologi dan morfologi (menggunakan mikroskop), pemeriksaan imunologis, dan pemeriksaan genetik (kromosom). Selain pemeriksaan darah diperlukan juga pemeriksaan sumsum tulang.
Tatalaksana leukemia berbeda tergantung jenis dan stadiumnya. Pengobatan leukemia kronis tidak seagresif leukemia akut. Untuk leukemia kronik, obat yang diberikan lebih sederhana dan dapat diberikan per oral (diminum) seperti hidrea dan klorambusil. Tujuannya hanya sebatas mengendalikan pertumbuhan sel kanker. Leukemia kronis dalam perjalanannya dapat kambuh dan menjadi leukemia akut. Pada episode kambuh tersebut, maka pengobatan yang dilakukan sesuai dengan terapi leukimia akut.
Untuk leukemia akut, terapi bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker sampai habis (remisi). Pelaksanaannya bertahap dan terdiri atas beberapa siklus. Tahapnya adalah induksi (awal), konsolidasi, dan pemeliharaan. Tahap induksi bertujuan memusnahkan sel kanker secara progresif. tahap konsolidasi untuk memberantas sisa sel kanker agar tercapai remisi sempurna, biasanya terdiri atas 2 siklus. Tahap pemeliharaan untuk menjaga agar tetap remisi dan mencegah kambuh. Terapi yang tersedia adalah kemoterapi, radioterapi, atau ditambah dengan transplantasi sumsum tulang. Saat pasien sudah dianggap bersih dari sel kanker maka diberikan transplantasi sumsum tulang. Apabila berhasil sampai tahap itu, kemungkinan sembuh sebesar 70-80% tapi masih mungkin kambuh karena kemungkinan masih adanya sisa sel kanker di sumsum tulang. Kalau tidak transplantasi, kemungkinan sembuh hanya 40-50%.
Pengobatan suportif sangat penting bagi pasien leukemia. Hal itu karena penyebab kematian terbanyak bukan karena leukemia itu sendiri melainkan akibat faktor penyulit (komplikasi) seperti infeksi, perdarahan, atau trombosis (pembekuan darah). Pengobatan suportif bertujuan utnuk mencegah dan mengobati infeksi, memberikan gizi yang baik, mencegah perdarahan, dan menjaga ketahanan tubuh. Daya tahan tubuh (imunitas) sangat penting karena leukemia mudah sekali kambuh bila imunitas pasien menurun.
empat tipe leukimia
1. Leukemia Limfositik Akut (LLA) merupakan tipe leukemia paling sering pada anak. Penyakit ini juga terdapat pada orang dewasa terutama yang telah berumur 65 tahun atau lebih.
2. Leukemia Mielositik Akut (LMA) lebih sering terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak. Tipe ini dulu disebut leukemia nonlimfositik akut.
3. Leukemia Limfositik Kronik (LLK) sering diderita oleh orang dewasa berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda dan hampir tidak ada pada anak-anak.
4. Leukimia Mielositik Kronik (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak namun sangat sedikit.
Tipe yang sering diderita orang dewasa adalah LMA dan LLK, sedangkan LLA sering terjadi pada anak-anak.
1. Leukemia Limfositik Akut (LLA) merupakan tipe leukemia paling sering pada anak. Penyakit ini juga terdapat pada orang dewasa terutama yang telah berumur 65 tahun atau lebih.
2. Leukemia Mielositik Akut (LMA) lebih sering terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak. Tipe ini dulu disebut leukemia nonlimfositik akut.
3. Leukemia Limfositik Kronik (LLK) sering diderita oleh orang dewasa berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda dan hampir tidak ada pada anak-anak.
4. Leukimia Mielositik Kronik (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak namun sangat sedikit.
Tipe yang sering diderita orang dewasa adalah LMA dan LLK, sedangkan LLA sering terjadi pada anak-anak.
Penatalaksanaan leukimia terus berkembang mencari terapi yang efektif dan efisien. Saat ini berkembang metode baru yang disebut pengobatan target yaitu pengobatan yang diarahkan pada sejenis protein yang hanya terdapat pada permukaan sel leukemia. Ditemukannya gen BCR/ABL pada kasus Chronic Myeloid Leukemia (CML) menunjukkan titik terang dalam upaya penyembuhan leukemia kronis. Walaupun dalam penelitian selanjutnya ternyata pengobatan target BCR/ABL dapat pula menimbulkan resistensi tetapi masih ada harapan. Penelitiannya masih terus berjalan. Pengobatan suportif pun terus berkembang. Sudah banyak obat-obatan baru yang terbukti efektif melindungi jantung, ginjal, serta organ lainnya dari dampak kemoterapi atau radioterapi sehingga diharapkan kualitas hidup pasien leukemia menjadi lebih baik.
0 comments to “Leukemia”
Posting Komentar